Menurunnya jumlah burung liar yang biasa ditemukan di kawasan perkotaan mengundang ketertarikan para ahli untuk melakukan penelitian. Tim peneliti dari Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Institut Pertanian Bogor (IPB), yang beranggotakan Muhammad Hasan, Ani Mardiastuti, dan Yeni Aryati Mulyani mencoba menganalisis perubahan keberadaan jenis burung liar yang ada di perkotaan dan perdesaan di Bogor, Jawa Barat.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Dalam Konferensi Peneliti dan Pemerhati Burung Indonesia (KPPBI) III di Universitas Udayana, Bali, 2-4 Februari 2017, Muhammad Hasan memaparkan hasil penelitian timnya. Disebutkan, penurunan jumlah jenis burung liar di kawasan perkotaan mengindikasikan bahwa burung merespons negatif gangguan yang terjadi pda habitatnya.
Pembangunan yang terus berkembang sangat berdampak terhadap perubahan habitat, sehingga ikut memengaruhi keanekaragaman satwa liar di dalamnya. Untuk itu, tim meneliti populasi burung liar di tiga lokasi:
- Wilayah perdesaan, dengan contoh kasus kawasan hutan penelitian Haurbentes, Jasinga
- Wilayah perkotaan, dengan lokasi penelitian di Kebun Raya Bogor
- Wilayah pinggiran kota, yaitu Kampus IPB
Ketiga lokasi penelitian ini memiliki luasan yang hampir sama. Riset yang dilakukan selama April – Mei 2016 itu menemukan sekitar 30 jenis burung di kawasan perkotaan, 32 di pinggiran kota, dan 36 di kawasan perdesaan.
Adapun komposisi jenis burung pemakan serangga (insectivora) yang terdapat pada ketiga lokasi tersebut cukup dominan, terutama pada habitat di pinggiran kota.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Para peneliti mencatat ada 11 jenis burung pemakan serangga (34,7 persen) di wilayah perkotaan, serta 21 dan 18 jenis di pinggiran kota dan perdesaan. Terjadi pergeseran yang menunjukan bahwa burung liar kini mulai menjauhi kawasan perkotaan.
Menurunnya jumlah burung liar di kawasan perkotaan juga sempat disinggung Sebastian van Balen, ornitholog asal Belanda yang sudah berpengalaman melakukan penelitian burung di Indonesia.
Menurut van Balen, sebelum tahun 2000, dia sering menjumpai keberadaan kelompok besar burung kacamata di kawasan hutan Gunung Salak. Bahkan dia pernah mencatat lebih dari 200 ekor dalam satu kelompok. Tapi kini, hal tersebut sudah sangat sulit ditemukan.
“Dahulu burung kacamata begitu umum. Jika naik angkot di Bogor, saya sering mendengar kicauannya. Waktu saya lihat, burungnya sedang bertengger di dahan sepanjang jalan. Tapi sekarang, kalaupun mendengar kicauannya, bisa dipastikan bahwa burung itu berkicau dalam sangkar yang digantung di pinggir jalan,” ujarnya.
Baca juga: Populasi burung di Kebun Raya Bogor menipis
Penting: Burung Anda kurang joss dan mudah gembos? Baca dulu yang ini.