Lima kicaumania asal Jogja berangkat menuju Mungkid, ibu kota Kabupaten Magelang, untuk mengikuti lomba burung berkicau Hari Pers Nasional (HPN) di Lapangan Soepardi, Minggu (19/2). Para kicaumania yang tergabung dalam Jogja Finch Story (JFS) ini menggunakan mobil bak terbuka. Kehadiran mereka tak sia-sia, karena dua kelas campuran impor berhasil dijuarainya.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Para personel JFS itu antara lain kakak-beradik Om Bodhonx dan Elya Kurniawan, Om Supriyadi Kenthut, Om Budi Jabunk, dan Om Sujarno. Blackthroat Kingkong Gun orbitan Om Bodhonx / Elya menjuarai dua kelas (CJM dan Koran).
Posisi runner-up pada kedua kelas itu juga ditempati jagoan-jagoan JFS, masing-masing Mbah Rois milik Om Supriyadi Kenthut dan Gentho kepunyaan Om Budi Jabung. Sebagaimana Kingkong Gun, Mbah Rois dan Gentho juga jenis blackthroat.
Yang menarik lagi, dalam even akbar tersebut, mereka memperkuat tim yang berbeda. Om Bodhonx dan adiknya, Elya Kurniawan, memperkuat Fitri BKS Samarinda yang akhirnya meraih gelar juara umum SF. Adapun Om Supriyadi, Om Budi, dan Om Sujarno memperkuat Jabung Brother.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Inilah indahnya dunia lomba burung kicauan bagi mereka yang memahaminya. Berangkat bersama, dari komunitas yang sama pula, namun memperkuat tim yang berbeda, dan pulangnya tetap bersama dalam kegembiraan lantaran sama-sama bawa piala / trofi.
Elya Kurniawan merupakan personel paling muda, lantaran masih kelas 3 SMA. Namanya belakangan ini menjadi trending topic di dunia kicaumania, karena di usia muda sudah sukses menangkar aneka burung master impor.
Lihat juga Elya Kurniawan: Masih kelas 3 SMA sukses beternak burung master impor
Meski blackthroat Mbah Rois menempati peringkat kedua, Om Supriyadi mengatakan bahwa jagoannya tak kalau dari Kingkong Gun. “Tentu tim juri mempunyai pandangan lain,” ujarnya.
Sebelumnya, Mbah Rois pernah meraih double winner dalan even Kala Ijo. Burung ini juga pernah tampil di Piala Raja. Prestasinya terus meningkat, bahkan pernah ditawar dengan mahar Rp 12 juta. Namun Om Supriyadi enggan melepasnya.
“Syukurlah pernah ada yang pengen menawar dengan harga dua belas ribu (maksudnya dua belas juta). Berarti gacoan saya dinilai orang punya kualitas bagus,” tuturnya santai.
Om Budi Jabung pun sangat puas melihat kinerja blackthroat Gentho dalam even HPN, meski harus puas di peringkat kedua Kelas Koran. Burung ini didapatkannya Oktober 2016.
“Gentho bukan berarti preman lho, namun maksudnya adalah Jawara. Saya ingin Gentho dapat menjadi jawara dalam berbagai even. Bulan Februari ini saja, Gentho sudah empat kali juara latpres, yaitu Posma Sembego, SBC, KLI, dan di Kadisobo,” ujarnya.
Menurut Om Budi, ikut lomba itu bukan sekadar untuk mendapat gelar juara. Lebih dari itu, banyak hal yang bisa diperolehnya. Misalnya bertemu dengan teman-teman kicaumania, kemudian saling bertukar ilmu dan pengalaman masing-masing, yang bisa menjadi bekal dalam perawatan harian dan settingan di lapangan.
Sebagaimana Elya dan Om Bodhonx, Jabung Brother juga sukses menangkar berbagai jenis master impor dengan nama Jabung Finch Breeder. Semuanya saling mendukung dan memberi motivasi.
Om Bodhonx pun gembira melihat para personel JFS selalu kompak, baik di lapangan maupun dalam hal penangkaran burung master impor. Dia berharap semua penggemar burung finch bahu-membahu, agar masing-masing bisa meningkatkan kualitas hasil ternaknya, maupun makin berprestasi di lapangan.
“Mohon doa dan dukungannya, kami dan rekan-rekan pecinta finch di Jogja berencana menggelar lomba khusus finch, April mendatang,” tandas Om Bodhonx. (Galuh Candra)
Penting:Â Burung Anda kurang joss dan mudah gembos? Baca dulu yang ini.