Breeding murai batu Bowo Bird Farm (BF) di Citeurep, Bogor, makin berkembang pesat. Produknya pun laris-manis, mulai dari trotolan murai batu, murai batu prospek (lepas umur trotol) full isian, hingga pasangan induk siap ternak. “Kami memang menyediakan murai batu untuk penggemar rumahan, pemain, hingga kalangan penangkar,” ujar Om Saidi, pemilik Bowo BF.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Boleh dibilang, Bowo BF Citeureup termasuk salah satu breeder murai batu terbesar di wilayah Bogor. Hal ini bisa dilihat dari jumlah kandang yang dimilikinya, yakni 124 petak yang berada di dua lokasi terpisah.
Nama Bowo BF Citeureup pun terus berkibar, seiring dengan banyaknya murai batu hasil ternaknya yang moncer di tangan para pemain yang menjadi pelanggannya. Tak hanya itu, Om Saidi juga aktif berbagi ilmu dengan menjadi pembina beberapa peternak pemula yang membeli materi induk dari Bowo BF.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Kesuksesan ini tidak terlepas dari usahanya dalam melakukan regenarasi (replacement) materi induk jantan dan betina. Semua calon induk diseleksi ketat dalam berbagai aspek.
Khusus induk jantan, Om Saidi hanya menggunakan burung-burung yang pernah menjuarai lomba, lantaran usaha yang dikembangkannya ini memang fokus menghasilkan anakan murai batu trah juara.
Karena itulah, Om Saidi aktif memantau murai-murai unggulan dalam even latber, latpres, dan lomba. “Biasanya, saya mencari murai batu dengan materi dan durasi kerja yang bagus. Volume, gaya main, dan penampilan fisiknya harus bagus. Kondisi fisik burung harus proporsional, mulai dari paruh, kepala, leher, badan, serta panjang ekornya. Diharapkan anakannya punya tampilan, gaya, dan materi di atas rata-rata,” jelasnya.
Beberapa induk jantan yang menjadi favorit di kandang Bowo BF antara lain Kobra, Rambo, Gatot Kaca, Asoka, Gegana, Semar, Brotoseno, Granit, Simbad, Pamvire, Pedro, dan Bimo. Untuk induk betina, hampir semuanya merupakan hasil breeding sendiri, namun sudah diseleksi secara ketat.
Petak-petak kandang indukan dibangun di lantai dua, dan tertata rapi. Dindingnya terbuat dari batako, tanpa diplester. Untuk meredam panas, lantai kandang terbuat dari tanah berlapis pasir, lengkap dengan pepohonannya.
Ukuran setiap petak kandang seragam, yakni panjang 2,5 meter, lebar 90 cm, dan tinggi 3 meter. Petak kandang tertutup rapat, kecuali bagian atas yang sebagian terbuka dan berlapis kawat halus untuk sirkulasi udaranya.
Perlengkapan di dalam kandang antara lain bak mandi, kotak sarang dari bahan triplek yang ditempatkan di pojok atas, serta saluran air yang terhubung dengan bak mandi. Air mengalir secara rutin ke bak mandi, sehingga airnya selalu bersih dan bisa menambah kesejukan di dalam kandang.
Jika induk jantan atau betina sedang mabung, kru Bowo BF akan memindahkannya ke kandang terpisah. “Jika kondisinya sudah normal, burung bisa dijodohkan kembali dengan pasangannya,” tambah Om Saidi.
Sebagaimana penangkar murai batu lainnya, anakan akan dipanen dari kandang induk setelah berumur 7 hari atau lebih. Pada umur 2 minggu, anakan dipasangi ring dengan kode Bowo BF dan Saidi Wong Pati.
Sejak dipanen, anakan ditempatkan dalam boks khusus yang sudah dilengkapi dengan lampu penghangat. Setelah berumur dua bulan atau sudah bisa makan sendiri, anakan ditempatkan di kandang umbaran, dan sebulan kemudian langsung dipasarkan.
Namun tak semua anakan murai batu harus disapih sejak dini. Sebab ada juga yang dibiarkan dalam perawatan induknya hingga umur 1,5 bulan. Setelah itu baru dipisahkan dari induknya, agar pasangan induk bisa kembali berproduksi.
Nah, trotolan murai batu yang dibesarkan oleh induknya ini akan ditempatkan dalam kandang aviary, sehingga leluasa bergerak, sambil diajari mengkonsumsi voer.
Om Saidi melakukan dua model penyapihan ini, karena banyak juga pembeli yang lebih suka trotolan murai batu hasil rawatan langsung induknya. Karakternya memang sedikit liar, tidak sejinak jika dipanen pada umur 7 hari.
Harga trotolan murai batu umur 2-3 bulan hasil penangkaran Bowo BF dibanderol mulai dari Rp Rp 3,5 juta per ekor. Untuk murai batu prospek umur lepas trotol (sekitar 5 bulan), dan sudah memikiki berbagai isian suara burung lain, harganya mulai dari Rp 5 juta hingga Rp 7 juta.
Selain itu, tersedia juga pasangan induk siap ternak, untuk memenuhi permintaan para breeder lainnya. Bahkan lelaki asal Pati, Jawa Tengah, ini juga menyediakan anakan dan pasangan induk jalak bali hasil ternak sendiri, lengkap dengan sertifikat dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Jawa Barat. (d’one)
BOWO BIRD FARM CITEUREUP
Alamat lengkap dan nomor kontak, klik di sini.
Penting: Burung Anda kurang joss dan mudah gembos? Baca dulu yang ini.
Komentar Terbaru