Burung cekakak-pita biasa: Ekor panjangnya sungguh memesona

Burung cekakak-pita biasa / common paradise kingfisher (Tanysiptera galatea) mempunyai penampilan yang tidak biasa. Dibandingkan dengan jenis cekakak lainnya, burung ini terlihat lebih cantik dengan ekor yang lebih panjang. Tak heran jika burung cekakak-pita biasa dijuluki “Dewi Laut”. Spesies ini sangat dikagumi Alfred Russel Wallace, seorang penjelah mashyur di Nusantara yang terkenal dengan Garis Wallacea.

Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.

Burung cekakak-pita biasa termasuk salah satu anggota keluarga Alcedinidae. Postur tubuhnya besar, dengan panjang sekitar 33-43 cm. Paruhnya merah, mahkota biru terang, tunggir putih, dan tubuh bagian bawah bercoret putih. Ekornya pun lebih panjang daripada jenis burung cekakak / raja-udang lainnya..

Spesies ini terdiri atas 15 subspesies / ras yang tersebar mulai dari Halmahera, Ambon, Seram, Boano, Buru, hingga ke Papua. Luasnya wilayah persebaran tersebut membuat Badan Konservasi Dunia (IUCN) menetapkan statusnya sebagai burung dengan risiko rendah alias Least Concern / LC.

Baca lagi: Eksotisme cekakak-pita (paradise kingfisher), burung endemik Indonesia

Seperti disinggung di awal tulisan, burung cekakak-pita biasa memiliki nama ilmiah Tanysiptera galatea. Tanysiptera berasal dari bahasa Yunani Kuno, tanusipteros, yang artinya ekor panjang. Adapun galatea adalah sosok legenda Dewi Laut dalam mitologi Yunani.

Tidak mengherankan apabila para peneliti dan ahli burung menyebut spesies ini sebagai common paradise-kingfisher, terutama karena penampilannya yang unik dan cantik.

Sebagaimana cekakak-pita pada umumnya, burung cekakak-pita biasa memiliki bentuk paruh berwarna merah serta bulu-bulu tubuh biru metalik. Tetapi ekornya yang lebih panjang membuat burung ini tampak lebih cantik ketimbang kerabatnya yang lain.

Pada musim kawin, burung cekakak-pita biasa akan bersarang di bekas sarang rayap yang terdapat di pohon-pohon besar. Sepasang induk memiliki wilayah teritori seluas 0,3 – 0,5 hektare di habitat aslinya. Spesies ini sangat agresif, terutama ketika menjaga wilayahnya bersarang.

Taksonomi mengenai burung cekakak-pita biasa pertama kali dideskripsikan oleh Kepala Seksi Ornithologi dari British Museum, George Robert Gray (tahun 1859. Gray pula yang memberikan nama ilmiah Tanysiptera galatea.

Di museum tersebut terdapat koleksi spesimen yang dibawa Alfred Russel Wallace, yang pernah melakukan ekspedisi di bagian barat Papua. Bagi para ornitholog (ahli burung) dunia, nama Wallace sudah tidak asing lagi. Namanya cukup mahsyur saat menjelajahi Nusantara di masa lalu, serta penemuan Garis Wallacea yang mampu melengkapi teka-teki Teori Evolusi melalui seleksi alam yang ditemukan Charles Darwin.

Dalam bukunya yang berjudul The Malay Archipelago (1869), Wallace mencatat kekagumannya pada spesies burung cekakak saat melakukan ekspedisi di Ambon, Desember 1857. Ia menganggap cekakak-pita biasa merupakan salah satu spesies paling unik dan cantik dari keluara Alcedinidae, terutama karena penampilan bulu yang berkilauan dan bentuk ekornya yang memanjang.

Suara burung cekakak-pita biasa

Selain penampilannya yang cantik, burung cekakak-pita biasa juga memiliki suara kicauan sangat menarik. Berikut ini suara kicauannya yang dapat Anda dengar atau download untuk masteran:

• Suara cekakak-pita biasa versi 1 | DOWNLOAD

• Suara cekakak-pita biasa versi 2 | DOWNLOAD

Itulah sekilas tentang burung cekakak-pita biasa, salah satu plasma nutfah asli Indonesia yang sangat mengagumkan. Semoga bisa menambah pengetahuan kita bersama.

Penting: Burung Anda kurang joss dan mudah gembos? Baca dulu yang ini.