Penangkaran murai batu Rio Murai BF Jogja –Awalnya, tahun 2012, Om Rio Septiawan beternak kenari. Tetapi karena harga kenari menukik tajam, dia ingin beralih ke penangkaran murai batu. Dua tahun kemudian, Om Rio mulai belajar mengenali karakter murai batu dan proses breedingnya.

Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.

Om Rio bersama istri bahu-membahu mengelola dan mengembangkan Rio Murai BF.

Setelah enam bulan belajar, pada pertengahan tahun 2014, Om Rio mendirikan penangkaran murai batu yang diberi Rio Murai Bird Farm (BF), dan bermarkas di Desa Tlogoadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman.

Saat itu Rio Murai BF baru memiliki tiga petak kandang dengan jumlah induk dua pasang. Kini, empat tahun berselang, Om Rio sudah memiliki 10 kandang dengan koleksi 11 pasang induk murai batu dari Sumatera.

“Ada cita-cita sih untuk menambah materi induk dari jenis impor, terutama murai batu dari Thailand  yang memiliki ekor lebih panjang. Namun karena modal masih terbatas, ya masih sekadar cita-cita,” kata lelaki yang sehari-hari bekerja pada salah satu SPBU di Sleman.

Ada dua model kandang yang dimiliki Rio Murai BF, yaitu kandang poligami minimalis dan kandang konvensional. Apa perbedaaan kedua model kandang tersebut?

Kandang poligami minimalis: Disekat menjadi 3 bagian untuk induk betina.

Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.

Kandang poligami minimalis memiliki ukuran panjang 180 cm, lebar 60, dan tinggi 120 cm. Kandang disekat menjadi tiga bagian, di mana setiap bagiannya diisi seekor induk betina. Induk jantan secara bergiliran dipindah dari bagian yang satu ke bagian lainnya.

Kandang konvensional biasa dijumpai pada penangkaran murai batu lainnya. Ukurannya 150 x 100 cm2, dengan tinggi 2 meter.

Kandang konvensional dengan panjang 150, lebar 100 cm, dan tinggi 2 meter.

Suasana kandang dibuat senyaman mungkin, sinar matahari cukup, sirkulasi udara lancar, dan harus aman dari gangguan binatang predator (ular, tikus, dan kecoak).

Suasana kandang murai batu di penangkaran Rio Murai BF Jogja.

Proses penjodohan murai batu

Dalam proses penjodohan murai batu, Om Rio menempatkan calon induk jantan dan betina dalam sangkar yang terpisah. Kedua sangkar diletakkan saling menempel, termasuk ritual penjemuran yang dilakukan selama 10 hari.

Setelah itu, calon induk betina dilepaskan ke kandang polier atau umbaran. Calon induk jantan juga dimasukkan ke kandang polier, namun dalam kondisi masih di dalam sangkarnya.

Om Rio akan terus memantau perkembangan kedua calon induk. “Kalau keduanya tidur berdekatan, itu berarti mulai terlihat tanda-tanda berjodoh,” kata Om Rio kepada omkicau.com.

Salah satu induk jantan koleksi Rio Murai BF.

Selanjutnya murai batu jantan dilepas dari sangkarnya, sehingga akan kontak langsung dengan murai batu betina. Pengamatan harus makin ditingkatkan, untuk memastikan apakah kedua burung saling menyerang atau tidak.

Apabila keduanya tidak bertarung, berarti positif berjodoh. Namun jika tetap belum berjodoh, maka proses penjemuran perlu diperpanjang. Burung jantan pun harus kembali dimasukkan dalam sangkar yang berada di kandang polier.

Jenis pakan untuk induk murai batu

Dapatkan aplikasi Omkicau.com Gratis...

Persediaan obat dan pakan, termasuk pakan hidup berupa ikan guppy.

Jika sudah berjodoh, maka pasangan baru ini akan dipindah ke kandang penangkaran. Pakan utama yang digunakan berupa jangkrik alam (wajib ada, sekenyangnya), ulat hongkong (10 ekor), serta ikan guppy / cetul (10 ekor).

Ketiga jenis pakan itu diberikan kepada setiap ekor induk tiap hari. Khusus Jumat, induk murai diberi cacing merah. Obat-obatan, vitamin, dan mineral juga selalu tersedia.

Sebagian telur ditetaskan dalam inkubator.

Untuk meloloh anakan murai batu yang baru dipanen, Om Rio menggunakan AMS dicampur jangkrik yang telah dilembutkan.

Mengenai pemasaran hasil ternak, Om Rio memanfaatkan Grup FB Murai Batu Indonesia (MBI) serta Murai Batu Jogja. Selain itu, pemasaran juga terbantu melalui getok tular berdasarkan referensi para pelanggannya.

Induk murai batu bersama anakan sebelum dipanen.

Seekor trotolan murai batu dibanderol seharga Rp 2 juta hingga Rp 5 juta, tergantung kualitas induk. Omzet per bulan juga fluktuatif. Terkadang hanya Rp 5 juta, namun sering juga mencapai Rp 30 juta atau lebih per bulan.

Om Rio sudah merasakan suka-duka selama mengelola Rio Murai BF. Namun lebih banyak suka yang dirasakannya, karena usahanya ini dilandasi sebagai hobi.

Istri Om Rio membawa piyikan murai batu pasca-panen.

Dukanya antara lain ketika burung tiba-tiba mati, penjodohan gagal yang berakibat salah satu induk mati, induk betina mengalami egg binding, telur tidak menetas, anakan mati, telur dibuang induknya sendiri. “Paling ngenes, kalau pelanggan menawar semaunya, he.. he..,” jelas Om Rio. (neolithikum)

Pengepakan trotolan murai batu, siap dikirim ke pelanggan.
Salah seorang pelanggan Rio Murai BF.

Trotolan (gambar atas) dan murai batu remaja hasil breeding Rio Murai BF.

Rio Murai BF Jogja

Kontak: Om Rio (WA 0856-4360-4616)

Farm: Dukuh Gandekan RT 05 / RW 11, Desa Tlogoadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, DIY.

Cara gampang mencari artikel di omkicau.com, klik di sini.