Om Cahyo Nofrianto merupakan anggota Polri, dan saat ini menjabat Kepala Seksi Umum (Kasium) Polsek Lembah Masurai, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. Meski demikian, dia masih bisa meluangkan waktunya untuk menekuni hobi burung. Dua tahun lalu, Om Cahyo mendirikan penangkaran murai batu yang diberi nama Aisyah BF Merangin.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Sebenarnya Om Cahyo sudah lama menekuni hobi burung, terutama saat masih mukim di Kota Jambi. Pada tahun 2008, misalnya, dia mencoba menangkar lovebird. Ada 10 pasang induk yang dikoleksinya ketika itu. Sambil beternak, dia juga aktif mengikuti berbagai lomba burung kicauan di Kota Jambi.
Tapi breeding lovebird akhirnya vakum pada tahun 2012, karena Om Cahyo melangsungkan pernikahan dan pindah ke kampung istrinya di pedesaan. “Saya jual semua burung piaraan di Kota Jambi,” tuturnya kepada omkicau.com.
Dua tahun berselang, 2014, Om Cahyo mencoba beternak ayam potong (broiler). Saat itu, dia teringat hobi lamanya memelihara burung. Dia ingin beternak burung lagi, khususnya murai batu. Keinginan itu akhirnya terwujud pada Desember 2017.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
“Saya ingin menggabungkan hobi burung dengan bisnis, sehingga bisa menghasilkan tambahan uang. Murai batu menjadi pilihan saya,” tambahnya.
Modal awalnya hanya sepasang induk murai batu siap produksi, yang dibelinya seharga Rp 13 juta / pasang dari Dengling BF Cilacap. Namun berbeda dari lovebird, penangkaran murai batu membutuhkan kesabaran yang lebih, karena tingkat kesulitannya memang lebih tinggi.
Sampai dua bulan diternak, pasangan induk murai batu itu belum bertelur. Tetapi Om Cahyo tak menyerah. Bahkan pada Februari 2018 , dia membangun 10 kandang ternak permanen untuk murai batu. Selanjutnya, mencari pejantan-pejantan juara lomba, yang dibelinya dari para pemain di lapangan.
Adapun induk betina dibelinya dari sejumlah breeder ternama di Indonesia, antara lain Adipulpis Bahorok, Murai Abadi Perkasa, Om Sukisno, dan Om Egy Catur Purnomo. Breeder-breeder senior itu terbukti piawai menghasilkan anakan-anakan murai batu yang kemudian menjadi jawara lomba.
“Akhirnya saya bisa panen pertama pada Juli 2018. Jadi, untuk bisa melihat langsung piyikan hasil breeding sendiri, butuh waktu sekitar enam bulan dihitung dari Desember 2017,” kata Om Cahyo.
Saat ini Aisyah BF Merangin yang dikelolanya sudah memiliki 20 pasangan induk murai batu. Tetapi baru 13 pasang induk yang sudah produksi. Selebihnya sudah dalam proses angkut sarang, dan ada juga yang masih dalam proses penjodohan.
Yang menarik, kandang setiap pasangan induk mempunyai nama seperti nama bank-bank di Indonesia. Om Cahyo berharap dengan beternak murai batu seolah-olah dia memiliki bank sendiri, di mana ia bisa menarik dana sesuka hatinya. Tentu saja dengan cara menjual trotolan murai batu.
Proses penjodohan murai batu
Dalam menjodohkan murai batu, seorang penangkar mesti tahu karakter jantan dan betina. Dengan begitu, proses produksi menjadi lebih efektif. Karakter induk, terutama jantan, juga sangat menentukan apakah dia bisa dikawinkan secara poligami, atau cukup menggunakan model monogami saja.
Sebagaimana penangkar lainnya, Om Cahyo memulai proses penjodohan dengan menempelkan sangkar jantan dan betina selama 3 hari atau lebih. Kandang penjodohan dilengkapi lampu, agar jantan dan betina tetap bisa melihat di malam hari.
Jika keduanya terlihat sudah berjodoh, maka murai betina dilepas dahulu ke kandang ternak berukuran 300 x 90 cm2, tinggi 300 cm. Murai jantan ditaruh di kandang kotak kecil, tapi berada di dalam kandang ternak selama 2 hari.
Ketika murai batu betina sudah kelihatan birahi dan mulai mengangkut sarang, barulah si jantan dilepas ke kandang ternak. Selama proses pencampuran, kedua burung harus selalu dipantau. Terkadang Om Cahyo sengaja bawa bantal dan tikar sambil berbaring untuk memantau pasangan baru tersebut.
“Kalau si jantan enggak mengejar-ngejar betina, ada kemungkinan penjodohan berhasil. Namun jika jantan masih birahi dan mengejar betina secara ekstrem, maka saya pindahkan lagi ke kandang kecil,” ungkap Om Cahyo yang juga menjadi anggota Asosiasi Penangkar Burung Nusantara (APBN).
Untuk menyiasati murai jantan yang susah dijodohkan karena terlalu birahi, Om Cahyo punya tips khusus. Sayap kanan dan kiri burung diikat menggunakan lakban atau karet. Dengan demikian, si jantan tidak dapat mengejar betina, sehingga bisa menekan potensi kematian pada betina. Cara ini sangat ampuh, karena Om Cahyo sudah membuktikannya sendiri.
Pemasaran trotolan murai batu hasil breeding Aisyah BF dilakukan melalui Facebook dan WhatsApp, serta melalui koneksi teman-teman Om Cahyo. Trotolan jantan dibanderol mulai dari Rp 2 juta hingga Rp 5 juta per ekor. Murai batu betina dijual seharga Rp 1,5 juta (trotolan) dan Rp 2 juta (calon Induk).
Trotolan murai batu hasil penangkaran Aisyah BF diminati para kicaumania di Jambi, Kerinci, Palembang, Batanghari, hingga beberapa daerah di Jawa Barat. Dalam sebulan bisa menjual minimal 25-30 ekor. Kalau diambil harga terendah, omzet Aisyah BF minimal Rp 40 juta / bulan. (neolithikum)
Penangkaran murai batu Aisyah BF
Kontak: Om Cahyo Nofrianto (WA 0852-7238-8686 | FB: Cahyo Nofrianto)
Alamat: Desa Pulau Rengas Ulu, Kecamatan Bangko Barat, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi.
Penting: Burung Anda kurang joss dan mudah gembos? Baca dulu yang ini.