Sejauh ingatan saya, ketika awal-awal saya suka berburu burung murai batu di Pasar Burung Karimata Semarang, kondisi burung tangkapan hutan sangat tidak bagus dilihat. Rata-rata burung murai batu yang dijual berbulu jelek, banyak yang patah, tercabut atau terpelintir. Hal itu terjadi karena burung murai batu itu ditangkap dengan cara dipulut atau dipikat dengan cara dijerat dengan getah karet atau getah bendo. Otomatis bulu-bulunya rusak. Sangat tidak indah dipandang. Namun, kebanyakan burung yang saya beli, selamat dan sehat dirawat sampai jadi dan bisa dinikmati kicauannya.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Saat ini sudah berbeda dengan jaman dulu. Di pasar burung manapun atau di para pengepul burung murai tangkapan hutan, kebanyakan burung murai batu asal Sumatera yang dijual terlihat mulus-mulus bulunya. Bulu sayap rata-rata utuh. Paling banter tercerabut ekornya. Tetapi entah mengapa, banyak di antara burung itu tidak bisa bertahan hidup lama. Paling banter satu hingga dua bulan, menemui ajal.
Gejala yang ditunjukkan sama. Awalnya burung-burung itu mau makan dengan lahap kroto, jangkrik atau ulat yang disediakan. Namun berselang sepekan dua pekan, akan menunjukkan gelagat berkurangnya nafsu makan. Lama-lama burung terlihat lemas dan kemudian tidak mau nangkring di tangkringan. Dan akhirnya tidak terselamatkan…
Maaf menyela, kalau burung Anda kondisi ngoss terus dan pengin jadi joss, gunakan TestoBirdBooster (TBB), produk spesial Om Kicau untuk menjadikan burung ngoss jadi joss...
Hal itu pernah saya obrolkan dengan Om Yuli (Julianto Prasetya) yang dulu pernah berjualan burung di Pasar Depok Solo. “Iya saya juga heran, sekarang ini burung tangkapan hutan terlihat mulus-mulus, cuma banyak yang tidak bisa bertahan hidup lama,” katanya.
Saya pun bertanya-tanya, apakah burung-burung itu ditangkap dengan cara diberi umpan pakan yang dicampur zat tertentu sehingga membuat mereka mabuk sempoyongan atau tertidur sehingga bisa dengan mudah ditangkap, baru setelah itu dicekoki air atau zat penawar sehingga bisa sadar kembali? Pertanyaan ini terlintas di benak saya manakala saya ingat cerita cara penangkapan ikan napoleon atau ikan hias air laut menggunakan apotas. Ikan yang terkapar megap-megap terkena racun apotas, bisa hidup lagi setelah dimasukkan ke air laut yang segar tak berapotas.
Kalau saat ini masih sering terjadi penangkapan burung dengan cara diberi umpan berkail, dan jika burung-burung murai batu bakalan yang banyak dijual di pasar itu dijerat dengan umpan berkail, tentu akan terlihat ada kail ketika burung yang mati diotopsi/dibedah. Nyatanya, pada burung-burung bakalan yang mati saat ini tidak ditemukan mata kail di dalam kerongkongan atau alat pencernaannya.
Pertanyaan itu terus mengganggu di benak saya. Oleh karena itu dalam kesempatan ini saya berharap ada teman kicaumania yang tahu cara penangkapan burung-burung murai batu di hutan yang dilakukan saat ini dan bukan cara-cara di waktu lalu.
Jika sobat punya pengalaman dengan burung murai batu bakalan hutan pada beberapa waktu terakhir ini, silakan sharing pengalaman di sini. Salam muraimania, salam dari Om Kicau.
Penting: Burung Anda kurang joss dan mudah gembos? Baca dulu yang ini.
Gejala kayak mangap mangap trus ga mau makan juga pernah terjadi sama ayam hutan saya om, trus satu satunya cara ya di cangar, (dikasih makan paksa) alhamdulillah ya sehat lagi,
Trus nie kemaren juga beli mb mh baru, gejala sama, trus tak coba dksh makan paksa,, semoga selamat, T.T
ikutan curhat nich he2, om sy pemula tertarik mb krna suaranya tp meliharanya jg pengen dr awal kesannya lebih menantang gt. 1 bln yg lalu sy bl mb bakalan dr grosir brung ocehan d bdg katanya br datang dr sumatra, alhamdulillah smpei skatang masih sehat dan sdh mlai makan pur, awalnya iya sperti saran om kicau mb grabag grubug takut liat orang trus sy pul krondong, ful kroto, sesekali dkasi jangkrik tp ngasinya pk tangan lngsung spy cepet jinak ktanya. skarang sdh agak jinak tp blm bunyi ya sabar aja mungkin skitar 2-3 bln lg mulai ngoceh, mudah2 an.
Hehehe, moga-moga cepat gacuoor Om…
Saya cukup terbantu atas sharing dari teman2, saya dr dulu suka pelihara burung karena acktivitas kerja(jam 8- sampai larut) saya hanya pelihara burung yang tidak ribet( kenari,cendet ). Kemarin saya membeli beli MB di pasar, MB tersebut dalam satu kotak dan jumlahnya banyak kata penjual MB trsebut hasil penangkaran(ada ring di kakinya). setelah saya pilih2 dan bantuan dr pembeli lain akhirnya saya beli (bulu bagus dan ekor tidak brondol).ketika di rumah burung tidak mo nangkring dan hanya di bawah tetapi mo makan baik voor,cacing dan kroto.jika di di dekati pd waktu di beri makan agak beringas nabrak2 kurungan.ketika saya lihat kakinya sebelah kanan agak bengkak di persendian( tidak tahu patah atau tidak) dan ada pengapalan warna kuning seperti terlalu lama dibawah untuk pijakan/kena gesekan sedangkan kiri tidak bengkak tetapi pada persendian ada pengapalan warning kuning dan sudah lepas sebagian. setelah tiga hari mo nangkring dengan dua kakinya tetapi tidak selamanya lebih bnyak di bawah. saya jadi bingung apakah MB saya ini penangkaran atau tangakapan di hutan. Sampe sekarang saya masih khawatir apakah bisa hidup.sambil saya akan coba terapkan informasi perwatan yg ada di internet termasuk dr tetam2 pecinta burung
Ada kemungkinan tangkapan hutan yang dipasangi secara paksa ring bodong/aspal, aseli ringnya tetapi palsu karena bukan hasil penangkaran rumahan.
Menurut saya, burung-burung itu masih ditangkap dengan cara normal. Tetapi burung yang banyak dijual di pasar burung itu, sesungguhnya burung yang sudah drop/sakit. Pengalaman saya dua kali beli burung itu, ceritanya lebìh kurang sama, meski kelihatannya sehat, tetapi burung itu sebenarnya sudah sakit, makanya seperti burung jinak. Kenapa dikatakan sakit? Dari kotorannya menandakan pencernaannya sudah terganggu, sudah berlendir, mencret, kadang kekuning-kuningan dan bening. Abila tidak diganggu suka mejam-mejamkan mata, bulu mengembang, sayap turun. Bila didekati barulah ia kelihatan sehat. Kenapa burung-burung tangkapan hutan yang banyak beredar di pasar seperti itu, karena sudah melewati beberapa kali penyortiran. Tukang pikat nyortir, untuk memenuhi permintaan pelanggannya yang inden. Yang membeli lansung ke tukang pikat nyortir. Sisanya kepengepul, itupun kadang sudah beberapa kali pindah tangan. Bayangkan kalau proses itu lebih dari dua minggu, betapa stresnya burung itu. Lainya halnya dengan burung yang kita beli ditukang pikat, masih giras, kotorannya masih seperti burung hutan, dirawat standar biasanya hidup sampai kita bisa menikmati kicauannya. Salam kicau.
Terima kasih untuk sharingnya, Om.
Salam.
Di daerah saya (tanjung raja, ogan ilir, sumatera selatan. 2 jam dari palembang) juga sama, hampir tiap minggu MB tangkapan hutan masuk ke pasar burung, celakanya burung-burung itu, kalo dibeli hampir pasti mati. MB yang dipelihara hidup di sini MB asal jambi, dibeli langsung ke tukang pikat. Yang menjadi perhatian saya, tukang pikatnya asli orang sini (tanjung raja, sumatera selatan) berangkat ke jambi yang nempuh perjalanan 8 jam, sengaja untuk memikat Mb, biasanya sekitar 2 mingguan pulang bawa Mb antara 5 sampai 10 ekor. Langsung habis terjual. Pertanyaanya, seberapa lamakah populasi Mb hutan jambi bertahan dari kepunahan, mengingat kota saya yang kecil saja tak kurang dari 5 orang tukang pikat yang aktif. Belum ditambah tukang pikat dari daerah lain (kota-kota di sumsel, bengkulu, jambi, pekan baru). Karena hanya di hutan jambilah populasi burung yang para hobbies tahan ngutang untak mendapatkanya itu masih banyak ditemukan. Berangkat dari situlah, saya meski pemula, akan berusaha keras untuk breeding. Salam kicau
Oke Om, ikut prihatin. Moga-moga segera terealisasi breedingnya.
saya terkadang ikut juga mencari mb dan kacer di htn, apalagi sekarang masih musim trotolan mb, biasa saya memelihara mb 3 hr udah mkn voer, klo belum saya tunggu sampek 5 hr, dan klo blm juga ngevoer ( walau mau mkn kroto atau ulat ), lepas aja deh pasti mati. walaupun saya msh pemula, tp saya bs membedakan mana mb yg bunyi pamitan ( mengucapkan selamat tggl alias akan mati ) dgn yg bunyi sehat ( ini berdasarkan pengalaman aja ), yg saya heran sudah mkn voer sekitar satu bln tiba2 sakit terkadang mati, ( mungkin msh pemula kali yach hehehehehehe ….), dan vitamin burung susah di dpt disini, tips bagi kwn2 penghobi mb dan kacer, klo mau beli bakalan htn, cari burung yg seliar mungkin, makin liar burungnya berarti makin sehat itu burung, bakalan htn tdk ada yg jinak, klo jinak pasti sakit atau di tngkp pakek pancingan atau mungkin pakek racun tikus,……., ini pernah saya temukan waktu sy plng ke sragen, kok mb sumatera yg berasal dr tangkapan htn skrng jinak2, tdk seperti th 2005, pasti tdk beres waktu nangkapnya tuch……………………
Terima kasih untuk sharing infonya.
Salam.
@om Dawud : didaerah rumah saya (bintaro)ada beberapa tempat praktek dokter hewan, waktu itu saya sudah ke 3 dokter hewan dan yang 2 pertama tidak bisa memeriksa burung ( hanya utk anjing & kucing) baru ditempat yang ketiga ada 1 klinik bernama Laras Satwa yg mau memeriksa MB saya.
Terima kasih infonya. Semoga bermanfaat untuk teman-teman.
yaaaa…… keburu kabur MB MHku…. gara gara jeruji sangkar putus 1, padahal lagi hari pertama tak coba buka kerodong, gantung di tempat tinggi di bawah rimbunan pohon, entah berapa lama kaburnya yang pasti jadi pelajaran berharga tentang ketelitian dan kewaspadaan terhadap sangkar burung. TIDAK BOLEH DIREMEHKAN>>
selamat jalan Mb ku…..
Saya beli MB hutan memang sih uda delapan bulan udah saya rawat MB nya sehat berstamina Perawatanya juga rutin tapi kenapaya MB nya gak Mau Bunyi2 tuh,kadang2 kesel sendiri paling cuma ngeriwil aja
Wahduhhh… jadi kecut ni perasaan, coz kemarin baru ambil MB mh 1 ekor. masih piyikan dan skarnang msh full krodong, kalo ngebaca semua curhat dari temen-temen diatas jadi gundah gulana bercampur galau juga penasaran….. SEMOGA BISA BERTAHAN MURAI BATUKU……. Amiiiinnnnn……
Numpang share nich,..
kalo kasus d surabaya bisa di bilang lebih extrim lagi, yang ini malah MB sehat tapi gak bunyi/berkicau supaya bisa bunyi sama penjualnya kerongkongannya di masukin pancing yang ukuran kecil agar terasa gatal di tenggorokan lalu MB mau berkicau & bisa di jual dengan harga mahal. Ini terjadi sama seorang temen saya yang kepincut beli MB di pasar burung yang kicauannya rajin, begitu di take over sampai di rumah masih tetep berkicau selang 3 hari ditemukan MB tersebut sudah tak bergerak di bawah sangkar & setelah di otopsi di temukan pancing ukuran kecil ada di dalam tenggorokan MB tersebut.Memang tidak semua kasus tentang MB diatas sering terjadi yang penting bagaimana kita bisa mencegahnya agar tidak terulang, bisa dengan lebih cermat dalam memilih MB & menanyakan lebih detail kepada pedagang asal usul MB tersebut, sukur2 jika sang pedagang mau memberi garansi bahwa MB yang di jual dalam keadaan sehat walaupun harga sedikt mahal yang penting hati kita tentrem.
Nice info.
Mau ikutan sharing pengalaman punya mb mh, 4 bulan lalu saya beli mb mh, perawatan yg saya lakukan setelah 3 hari full krodong, saya coba kasih jangkrik dr tgn dan akhirnya muraynya mau, sudah ngelpon beberapa kali, memasuki minggu ke 4 keliatan burung sakit, bulu mekar dan gk lincah besoknya badannya kaku dan jatuh ke dasar sangkar, saya bawa ke dokter hewan, akhirny diberi obat puyer yg saya suntikan ke dalam jangkrik, akhirnya muray saya sembuh sayangnya 2 hari kemudian burung terlepas dan gk balik. Baru2 ini saya beli lg mb mh tetapi dgn perawatan yg berbeda, seminggu full krodong gantang ditempat sepi, saya kasih jangkrik, kroto campur voer, setelah seminggu mb saya pindah kek kandang penangkaran (kebetulan baru buat, niat breeding mb) dan didkeatnya saya kasih air mancur kecil, pake alat yg buat aquarium gk lama setelah itu mb mulai ngoceh, sampai sekarang mb mh saya salalu ngoceh tiap pagi asampai sore klw mendengar suara air mancur dan sudah mau makan voer.
Terima kasih sharingnya Om.
mau tanya emangnya dokter hewan buka praktek untuk burung ya?
Ada yang bisa menangani burung ada yang tidak, tentunya karena perlu keahlian khusus. Kebanyakan dokter hewan, ketika kuliah, lebih terfokus pada penanganan hewan besa (sapi, kuda, dll), dan jenis unggas, atau hewan peliharaan yang dianggap “elite” seperti anjing, kucing dll. Sementara kalau menangani burung kebanyakan ya hanya untuk praktek bedah, misalnya dengan menggunakan burung merpati.
Bener bangets… lw dgr suara air mengalir MB HUTAN RAJIN BUNYI…!!!
mB AQ jUgA JADI RaJiN….!!!
Kemarin baru beli MB,bulu kepala mulus bulu sayap kusam bulu ekor gak ada. Semoga dgn perawatan seadanya tapi bsa bertahan sampai siap latber dkampung…
Om……tak kira juga pakai kail…..soalnya cerita pakar burung yang sering ke pasar Depok juga gtu,tp belum ada yang riset untuk bedah…..
ketar ketir juga padahal aku baru take 2 ekor tadi siang dengan harga lumayan………moga2 aja selamat and bisa mendamaikan hati dengan kicaonya…..
Om, ikutan curhat ya. Kalau pengalaman saya untuk menjaga supaya MB hutan tetep hidup yaitu dengan memberi sebanyak mungkin ulat kandang. Soalnya dari pengalaman dengan pemberian ulat kandang lebih banyak berhasilnya ketimbang dengan kroto. Setelah melewati masa kritis 3minggu – 1 bulan, dan diyakini burung tidak terlalu stress. Baru makanan diganti dengan kroto campur voor yang komposisinya 30 %voor, 70%kroto untuk pertama kali, demikian pemberian bertahap. Kalau mandi cukup semprot aja, selama ini burung-burung koleksi saya, harus mandi desinfektan dulu sebelum masuk rumah, artinya tiap kali beli, sampai rumah harus mandi, apapun caranya.
gmn gk mati om, karna penggemarnya dan permintaan pasar yang terus meroket jadidan harga yang lumayan.itu merupakan salah satu paktor penyebab penagkapan dengan berbagai cara, dilampung banyak dijumpai murai batu yg ditangkap menggunakan pancing saya dan beberapa kawan perna mencoba membuktikan kami beli burung dipasar katanya baru datang dari daerah beberapa hari kemudian burung tersebut satmina menurun nafas tersengal2 begitu kita cek pakai rasiologi (usg) ternya pd tenggorokannya terdapat pancing yang sangat halus. itulah pengalaman saya sungguh tragis sekali memang…
Kalo ane masih penasaran ama ‘ciblek/prenjak’…. kebanyakan mati…. kasusnya sama
sekedar berbagi pengalaman…jika kita ingin membeli burung bakalan tangkapan hutan
pertama, pastikan burung pilihan kita terlihat atau kelihatan sehat
kedua, buka mulutnya/paruhnya kalau kelihatan berwarna merah muda segar mudah2an burung itu sehat…tapi kalau kelihatan berwarna kuning / warnanya tidak segar bisa dipastikan burung itu sedang menderita sakit atau keracunan.
mudah2an bisa sedikit membantu.
maaf om ada sedikit wacanan terlepas benar atau tidak, dan maaf bila wacanan dari blog yg saya temukan ini tak berkenan di rekan2… http://muraibatusumatera.blogspot.com/2011/04/pemikat-tidak-sama-dengan-penangkar.html
numpang sharing
mungkin ada baiknya beli burung mb dari tangkaran lebih mudah jinak,selain jinak juga sebagai pelestarian supaya tidak punah,padahal mb tangkaran yang saya beli dari indukan pejantan maupun betina yang masih liar,tapi kenyataan mb tersebut juga anakannya sekarang gacor,apalagi dari kecilnya mb trotol dah terbiasa di tempat ramai,mentalnya meskipun bukan indukan juara tapi mental juga bagus,karena memang burung mb sifatnya fighter.
saya juga mengalami hal yang sama mas, malah saya baru beli belum ada 1 minggu ini.. eh si murai mati.. padahal nggak ada tanda2 kerusakan di bodynya…. bingung saya…
Untuk tambah pengalaman aja ni memang kabanyakan burung2 tangkapan di hutan sewaktu menangkapnya banyak memakai racun tikus yg dicampur pada umpan makanan sehingga burung tangkapan tidak akan kuat bertahan lama …………..maka dari itu marilah bersama sama kita cegah pembelian burung tangkapan hutan dengan mencegah pembelian burung tangkapan hutan akan dapat membantu melestarikan burung2 yang ada di alam dari kepunahan dan mengurangi pemakaian pestisida yang akan meracuni ekosistem burung tersebut. Kalau kita hobi burung lebih baik kita membeli dari para penangkar burung yang sudah ada dan kita juga dapat menjadi penangkar burung dan ikut membantu melestarikan burung2 yang semakin lama semakin berkurang di alammya.
ikut nimbrung bagi pengalaman, sy jg penghobi burung murai kalo dah bosan dengan MB di rumah saya jual kemudian mencari lagi ke hutan sama teman yang udah pengalaman cari, dan kebetulan waktu itu lagi mujur dapat MB 5 ekor, teman ambil 2 saya di kasi 3 (maklum konco akrap banget) dari 3 burung ini yang hidup cuma 2, yang satunya mati setelah perawatan penjinakan selama 5 hari padahal mb ini yang bodinya utuh dan saya naksir banget untuk jadi jagoan ,perawatan nya pun sudah memakai produk omkicau, mungkin si mb ini lagi inggat keluarganya kali sehingga stress jadi malas makan. dan yang 2 nya sudah bunyi tapi sudah di beli teman( susah sih habis di rayu terus) cara nangkapnya masih pakai cara lama lem tikus, makanya kalo mau punya MB tangkapan hutan gratis tanpa beli ..ikut masuk hutan menyusur sungai, siul-siul atau hidupkan MP3 murai kalo ada burungnya pasti langsung datang , dengan ikut menyaksikan penangkapan burung ikta akan lebih tau kondisi burung tsb. seperti apa? dan nggak kalah penting kita bisa tau karakter suara mb itu. tapi ini bukan kami jadikan profesi cuma selingan doang paling 6 bln sekali itu pun nggak tentu . maap kalo ada yang salah…ini sekedar selingan
Seharusnya orang tak perlu memburu seperti itu. perlu kita jaga kelestarian hewan dan lingkurang kita.