Om Anggara Bandung bertanya ke saya apakah benar burung kenari lomba bakal drop kalau dikawinkan. Saya jawab, “Tiga atau dua hari sebelum lomba, kalau kenari jantan saat bunyi kelihatan agak mengepak-ngepakkan sayap, malah perlu dikawinkan Om agar tidak gedabrugan nabrak-nabrak jeruji pas lomba.” Loh?
Iya lah… namanya burung kawin, itu sangat normal. Makhluk hidup yang tidak bisa menyalurkan hasrat biologinya, tentu akan bermasalah.
Entah dalam jangka panjang atau jangka pendek. Begitu juga dengan burung-burung piaraan kita. Banyak burung jawara, tanpa diketahui sebabnya tiba-tiba suka nabrak-nabrak sangkar, isian tidak keluar, cuma ngeriwik saja dan sebagainya, bisa jadi itu karena tidak pernah bisa melepaskan hasrat biologis.

Mungkin ada penghobi yang punya pengalaman bahwa burungnya jadi bermasalah di lapangan karena (sering) dikawinkan. Menurut saya, berdasar pengalaman banyak penghobi lain, tentu bukan karena dikawinkan kalau kemudian burung jadi bermasalah. Pasti ada sebab lain, apakah itu perubahan perawatan yang tidak disadari atau karena perubahan kondisi lingkungan – fisik maupun psikis – dan atau karena kekurangan salah satu unsur asupan yang penting dan sebagainya.

Dapatkan aplikasi Omkicau.com Gratis...

Suatu ketika Om Yuli (Julianto Prasetya) – yang sudah lama bermain burung lomba-, datang ke rumah saya dan melihat kenari saya berbunyi, dia langsung berkata, “Dikawinkan dulu Om itu kenarinya kalau mau dilombakan.”

Maaf menyela, kalau burung Anda kondisi ngoss terus dan pengin jadi joss, gunakan TestoBirdBooster (TBB), produk spesial Om Kicau untuk menjadikan burung ngoss jadi joss...

Sebelum saya menyahut setuju, dia sudah melanjutkan, “Burung yang berkicau sendiri (tanpa lawan) sambil ngepak-ngepak sayap seperti itu, akan nabrak-nabrak sangkar saja kalau dilombakan. Bunyinya pasti jadi pendek-pendek.” Saya sepenuhnya setuju.

Murai batu Mas Samino Lintang Songo (entah diberi nama apa saat itu), selalu moncer di lapangan meski burung itu dalam posisi ditangkarkan. Artinya, itu burung selalu “melayani” betinanya. Toh bisa tampil prima.

Jadi, memang sekadar mitos (atau tepatnya rumor) kalau dikatakan burung lomba bakal ngedrop kalau dikawinkan. Tentulah, semua ada porsi dan batasnya. Kalau setiap hari dikawinkan lantas dilombakan, hehehehe, tentu mana tahan-lah. Ya kan?

Untuk alasan ilmiah mengapa penyaluran hasrat biologis perlu untuk kestabilan fisik dan mental burung lomba, maka kita perlu memahami dulu apa dan bagaimana alat reproduksi burung dan kaitannya dengan kesehatan fisik (secara tidak langsung adalah kesehatan mental/psikis). Kalau sempat saja silakan  dibaca halaman Alat Reproduksi Burung (klik saja). Sayangnya, saya belum sempat menterjemahkannya secara baik dan benar untuk Anda.

Tanpa perlu membaca hal yang rumit-rumit, kita bisa kok pakai “sense” saja untuk menjawab pertanyaan ini: “Apakah makhluk hidup perlu kawin?”

Nah, begitu sobat, sedikit catatan dari saya tentang perlunya kawin bagi burung peliharaan kita agar tidak bermasalah, entah dalam waktu dekat atau dalam jangka panjang.

Salam hangat dari Om Kicau.

Cara gampang mencari artikel di omkicau.com, klik di sini.

-7.550085110.743895