Beberapa bulan lalu saya ditelepun seseorang yang menanyakan di mana kira-kira bisa membeli calon indukan burung murai batu ekor panjang. Saat itu saya heran sebab nama yang tertera di HP adalah nama salah seorang member pelatihan penangkaran semut rangrang krotosemut.com. Agung Santoso Mojokerto, itulan nama yang muncul.

Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.

Telur dan mesin tetas Global Fauna Farm Mojokerto
Anakan murai batu baru menetas di mesin tetas Global Fauna Farm

Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.

Sebagian trotolan murai batu Global Fauna Farm

Sebelum bertanya jawab soal murai batu, saya menanyakan bagaimana perkembangan penangkaran semut rangrangnya. “Waduh Om, repot. Saya sudah bisa menghasilkan 4 kg per hari, tetapi perlu tenaga dan waktu yang tidak sedikit. Sebab pada saat sama saya menangkar burung murai batu,” jawab Om Agung di seberang sana.

Empat kilogram per hari? Ya, diapun bercerita tentang pola makan dan wadah penangkaran yang dia modifikasi sedemikian rupa sehingga semut cepat berkembang biak. Sehabis bercerita tentang penangkaran semut (Om Agung adalah member yang tidak datang langsung ke rumah penangkaran krotosemut.com, tetapi hanya member melalui VCD dan panduan tulis yang saya kirim), dia pun bertanya tentang kemungkinan mendapatkan indukan burung murai batu.

“Benar Om, penangkaran semutnya sudah saya bongkar karena harus lebih fokus ke penangkaran murai batu. Saya mau nambah indukan, khususnya yang ekor panjang. Saat ini sudah ada sekitar 300-an indukan, tetapi yang produksi baru sekitar 170 pasang.”

Gila!! Itu teriakan di benak saya. Dan saya pun segera membuat janji untuk main ke Mojokerto. Namun hingga hari ini, janji itu belum bisa saya tepati karena ada saja hal yang membuat saya belum bisa meluncur ke farm Om Agung yang lebih dikenal sebagai Santoso.

Siapa Agung Santoso?

Nama Agung Santoso sudah sangat populer di dunia budidaya burung walet. Dialah salah satu pelopor pengembangan berbagai teknik dan metode budidaya walet dan namanya pun dikenal sebagai konsultan walet sohor, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di negeri tetangga seperti Malaysia dan Singapura.

Ketika dia ikut kursus budidaya semut penghasil kroto, ketertarikannya didorong oleh upaya menyediakan pakan walet dan juga murai batu yang mulai ditangkarkannya. Namun karena dia lebih terfokus pada budidaya murai batu, maka penangkaran kroto pun ditinggalkan.

300 Pasang indukan murai batu

Dapatkan aplikasi Omkicau.com Gratis...

Kandang penangkaran murai batu Global Fauna Farm
Sebagian dari indukan murai batu Global Fauna Farm
Laboratorium riset pengembangan pakan dan peralatan Global Fauna Farm

Penangkaran murai batu Om Agung untuk saat ini bisa disebut sebagai terbesar di Indonesia karena jumlah indukannya sudah ada sekitar 300 pasang.

Berada pada lahan seluas sekitar 2 ha, penangkarannya yang diberi nama Global Fauna Farm berada di Jl.Raya Mojosari – Pacet Km 9 tepatnya di Desa Sampang Agung Kecamatan Kutorejo Mojokerto, Jawa Timur.

Selain terbesar, penangkaran murai batu Global Fauna Farm juga termodern ditilik dari penggunaan berbagai alat untuk pengolahan pakan, penetasan telur dan pembesaran piyikan.

Ditetaskan dengan mesin tetas

Untuk diketahui, semua telur yang dihasilkan oleh pasangan indukan murai batu di penangkaran Om Agung ditetaskan dengan mesin tetas yang dirancang secara khusus sehingga bisa memberikan hasil tetas yang maksimal.

Jika dulu pengambilan telur-telur indukan dilakukan setiap hari Rabu, saat ini semua telur diambil dua hari sekali. Ada satu atau dua telur di dalam sarang, langsung diambil, dikumpulkan dan ditata di mesin penetas berkapasitas 250 telur.

Piyikan yang baru saja menetas diletakkan di inkubator dan diberikan bubur dari tepung yang sudah diracik secara khusus dengan mempertimbangkan berbagai unsur nutrisi dan asam amino yang lengkap dan seimbang.

Dengan penangkaran modern itu, Global Fauna Farm bisa menghasilkan ratusan piyikan. “Pada bulan lalu terhitung ada 380 ekor anakan, jantan betina,” katanya.

Seberapa canggih mesin tetas Global Fauna Farm

Ilmu penetasan murai batu Om Agung memang berawal dari pengalamannya dalam budidaya walet. “Namun secara umum penetasan burung murai batu lebih sulit, khususnya dalam menentukan dan mengatur suhu, kelembaban dan kadar oksigen di dalam mesin tetas,” katanya.

Jadi mesin tetas seperti apa yang digunakan? Berapa harganya? Tidak perlu dirinci di sini, yang pasti untuk gambaran saja adalah harga termometer yang digunakan. Karena keberhasilan dalam penetasan adalah pada akurasi pengaturan suhu, kelembaban dan konsentrasi oksigen, maka Om Agung pun harus menggunakan termometer digital empat titik di belakang dan di depan koma. Maka diapun menggunakan termometer PAR produk AS yang harganya Rp. 70 juta.

Ha? Yang benar saja…. “Kalau untuk termometer tidak bisa tidak harus menggunakan yang bisa sampai 4 digit di belakang koma. Kalau yang 3 digit paling Rp. 15 juta. Kalau untuk higrometer (pengukur kelembaban-red) tidak begitu sulit. Produk Korea atau Jepang juga sudah cukup,” katanya.

Kalau termometernya saja perlu yang Rp. 70 juta, bagaimana dengan harga peralatan lainnya? Wallahu’alam. Yang jelas, Anda bisa menyakiskan penangkaran dan peralatan macam apa yang digunakan sebagaimana gambar yang saya upload di website ini, yang saya muat dengan ijin dari Om Agung dari website dia yang baru sepekan lalu dibuat, globalfaunafarm.com.

Sayangnya di website itu Om Agung Santoso belum menjelaskan secara detail hal-hal yang akhirnya saya tanyakan dan saya tulis di sini. Bahkan soal harga anakan murai batunya juga belum disebutkan di sana. Jadi?

Berapa harga anakan murai batu Global Fauna Farm?

“Saya tidak tahu dijual berapa di pasaran, khususnya di Jakarta karena banyak piyikan saya lari ke sana, tetapi selama ini ada dua teman yang mengambil rutin ke sini. Harga saya patok Rp. 1,5 juta untuk anakan jantan dan Rp. 800.000 untuk anakan betina,” katanya.

Diakuinya, kebanyakan burung murai batu yang ditangkarkannya adalah murai batu ekor panjang. “Kalau anakan trotol di banyak penangkaran murai batu sekitar 8 cm, maka pada umur yang sama murai batu produk saya sekitar 13 cm,”jelasnya.

Bagaimana kualitas suara murai batu Global Fauna Farm?

“Meski saya mengandalkan indukan ekor panjang, bukan berarti dari sisi suara atau mental tidak bagus. Masalahnya saya belum mungkin berkonsentrasi merawat anakan dari farm sini untuk saya buktikan di arena lomba. Ya ternyata memang susah nyetel ya. Kalau kita tambah ini itu, eh malah banyak ngruji dan nabrak-nabrak,” kata Om Agung Santoso mengakui betapa repotnya merawat burung lomba.

Apa kendala dalam penangkaran selama ini?

Yah, namanya usaha penangkaran pasti ada kendala. Jangankan yang kandang ratusan jumlahnya, lha orang cuma punya satu dua kandang saja juga menemui kendala kok ya hehehe. Lantas apa saja kendala yang selama ini ditemui Global Fauna Farm? Yah, kita bahas di kali lain saja dulu ya. Yang penting, di sini sudah saya gambarkan secara global apa dan bagaimana gambaran penangkaran murai batu Om Agung Santoso. Nikmati saja dulu gambar-gambar dari Global Fauna Farm.

Salam sukses penangkaran murai batu. Salam dari Om Kicau.

Cara gampang mencari artikel di omkicau.com, klik di sini.

-7.550085110.743895