Ini kisah tersisa dari kesuksesan penyelenggaraan Lomba Burung Berkicau Anniversary Ke-4 PBBK Krajan di Desa Sidoluhur, Kecamatan Godean, Sleman, Minggu (13/1). Sengaja saya tulis dalam artikel terpisah, agar semua kicaumania –khususnya penggemar burung cucakrowo dan tledekan– bisa memperhatikan masalah ini secara lebih bijak. Ketika beberapa kelas dibanjiri peserta, khususnya lovebird, Ketua PBBK Krajan Mr Bay dan semua kru panitia deg-deg-plus menanti kedatangan peserta yang membawa burung cucakrowo dan tledekan.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Seperti diberitakan sebelumnya (cek di sini), Panitia PBBK Krajan berusaha untuk peduli terhadap kelas cucakrowo dan tledekan yang belakangan mulai ditinggalkan sejumlah event organizer (EO). Sikap EO ini dilatarbelakangi rekam jejak selama ini, di mana dua kelas tersebut memang cenderung sepi penonton.
Tetapi berangkat dari semangat “siapa lagi yang bisa menyelamatkan cucakrowo dan tledekan jika bukan kicaumania sendiri dan EO lomba”, maka PBBK Krajan pun berinisiatif tetap membuka dua kelas ini dalam Anniversary Ke-4.
“Ya kami sangat sadar ini kelas sepi, namun kami tetap berusaha mengakomodasi agar para penggemar cucakrowo dan tledekan tetap bisa melombakan burungnya, tanpa harus menunggu even-even yang diadakan PBI (Pelestari Burung Indonesia). Apalagi PBI sekarang sudah jarang menggelar lomba,” jelas Mr Bay, komandan PBBK.
Namun apa mau dikata. Detik demi detik berlalu, belum ada peserta yang datang membawa cucakrowo. Umumnya mereka membawa lovebird, murai batu, kacer, cendet, cucak hijau, anis merah, dan beberapa jenis burung lomba lainnya.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini. |
Satu peserta datang membawa tledekan, dan inilah peserta pertama di kelas tledekan. Beberapa menit kemudian, datang lagi peserta dengan membawa burung yang sama. Namun bagaimana cucakrowo? Ah, ternyata sampai lomba dimulai pukul 10.00, tak ada satu pun yang bawa cucakrowo. Tledekan juga cuma dua burung, dan tidak memenuhi batasan minimal peserta lomba.
Karena itu, dengan sangat terpaksa, dua kelas itu akhirnya batal digelar. Sebagian penonton yang ingin melihat aksi cucakrowo dan tledekan hanya bisa gigit jari, dan harus sabar menunggu gelaran Valentine PBI Jogja di di lapangan Pemda Sleman, Denggung, tanggal 17 Februari mendatang.
Ya, ini membutuhkan solusi bersama, agar burung yang pernah popular di Indonesia, yaitu cucakrowo dan tledekan, bisa kembali eksis seperti dulu. Kalau EO lomba sudah berusaha, namun tidak ada respon dari kicaumania, ya harus bagaimana lagi?
Semoga gambaran di lomba tidak terekspresikan secara sama di level kicaumania yang jarang mengikuti lomba. Artinya, masih banyak pemelihara cucakrowo dan tledekan di negeri ini, meski tak semuanya ingin berlomba, dan hanya menjadikannya sebagai penyanyi di rumah: menghilangkan kesuntukan, kepenatan, atau justru membangkitkan semangat baru dalam beraktivitas. (Waja-Jogja)
—
Penting:Â Burung Anda kurang joss dan mudah gembos? Baca dulu yang ini.
Wah sayang sekali batal digelar karena pesertanya yang sedikut hanya dua
sepertinya memang perlu banyak disosialisasikan ke masyarakat luas tentang burung cucakrowo dan burung tledekan, jangan sampai burung ini tidak lestari baik di alam liar maupunsebagai burung peliharaan..
nanya om klo TBB dikasihkan ke burung bahan bagus ndak om.makasih
Sebaiknya umur 3 bulan ke atas. Sebenarnya burung sejak menetas sudah memiliki kadar testosteron dalam tubuhnya, tetapi makin bertambah umur kadarnya terus bertambah. Umur 3 bulan bisa menjadi titik start yang bagus agar saat dewasa nanti produksi hormon testosteron alaminya stabil.