Avian pox, atau di Indonesia lebih dikenal sebagai cacar unggas (ada juga yang menyebutnya patek), merupakan salah satu jenis penyakit yang menyerang puluhan spesies unggas. Setidaknya sudah ada 60 spesies unggas yang dilaporkan pernah terserang avian pox, mulai dari ayam, kalkun, burung predator (elang), burung hantu, kenari dan burung finch lainnya, lovebird, dan puluhan jenis burung kicauan lainnya seperti murai batu dan kacer.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Serangan cacar unggas terjadi sepanjang tahun, sehingga perlu diwaspadai terutama oleh para penangkar burung. Meski tidak menular pada manusia, sebagaimana flu burung, cacar unggas bersifat menular terhadap sesama burung.
Belum lama ini, wacah cacar unggas sempat melanda Inggris, terutama menimpa pada burung gelatik batu. Bahkan sumber penyebabnya benar-benar baru, yaitu strain baru dari vaksi avian pox. Silakan buka kembali artikelnya di sini.
Dua tipe cacar unggas:
Cacar unggas memiliki dua tipe, yaitu basah dan kering. Berikut penjelasan singkat mengenai kedua tipe tersebut.
1. Cacar unggas tipe kering
Umumnya menyerang kulit pada bagian tubuh yang tidak berbulu seperti daerah sekitar mata, pangkal paruh, sekitar kloaka, kaki dan cakar. Pada bagian tersebut akan muncul benjolan seperti kutil / lesi. Jika diamati sekilas mirip dengan penyakit scaly leg maupun scaly face. Bedanya, cacar unggas tipe kering ini memiliki gejala klinis sebagai berikut :
- Burung terlihat lemah, dan makin kurus karena nafsu makan menurun drastis. Jika kutil muncul di pangkal paruh, hal ini juga membuat burung kesulitan mengambil makanan.
- Nafas tersengal-sengal, karena saluran pernafasannya terganggu oleh kemunculan kutil di pangkal paruh yang notabene berdekatan dengan lubang hidung (nares).
Tipe kering biasanya masih bisa dikendalikan, meski terkadang meninggalkan bekas luka kecil. Yang penting, pastikan burung masih bisa makan, atau Anda yang melolohnya dengan makanan yang lembut.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
2. Cacar unggas tipe basah
Tipe basah justru lebih berbahaya. Sebab sering kali memunculkan infeksi sekunder, sehingga makin memperburuk kondisi burung dan bisa menyebabkan kematian jika tidak segera ditangani. Gejala klinis yang biasa dijumpai pada cacar unggas tipe basah antara lain :
- Bercak putih / plak yang berkembang pada selaput lendir (mukosa) dari mulut, tenggorokan, trakhea, dan paru-paru. Hal ini bisa menyebabkan terjadinya gangguan pernapasan dan kesulitan bagi burung saat makan maupun meloloh anaknya.
- Cacar unggas tipe basah juga melibatkan lesi pada selaput lendir mulut, organ pencernaan bagian atas, serta saluran pernafasan.
Cacar unggas tipe basah dilaporkan jarang terjadi pada burung, tetapi lebih sering pada ayam dan kalkun.
Media penularan :
Virus cacar unggas biasanya ditularkan melalui empat hal berikut ini:
- Nyamuk: Penularan bisa terjadi ketika nyamuk mengigit burung yang terinfeksi (burung yang sakit). Usai menggigit, nyamuk dapat membawa dan menularkan virus ini selama 1 bulan atau lebih.
- Serangga lain: Selain nyamuk, lalat dan beberapa serangga lain juga punya kemampuan untuk menularkan virus cacar unggas.
- Burung terinfeksi: Virus cacar burung dapat ditularkan melalui kontak langsung antara dengan burung yang terinfeksi dan burung yang sehat.
- Wadah pakan / minum / tenggeran: Wadah pakan, wadah minum, tenggeran, dan benda-benda di sekitar sangkar / kandang juga bisa menjadi media penularan. Karena itu, penting sekali mengisolasi burung yang sakit dan membersihkan kandang dan aksesori di dalamnya.
Tindakan Pencegahan
Pencegahan awal bisa dilakukan dengan beberapa tindakan sebagai berikut:
- Usahakan burung-burung liar tidak mendekati burung piaraan Anda di rumah, atau masuk ke kandang penangkaran.
- Jangan membiarkan genangan air di lingkungan sekitar rumah / kandang penangkaran. Selain bisa menjadi sarang nyamuk yang berbahaya bagi keluarga, juga bisa membawa virus cacar avian pox.
- Rutin menjaga kebersihan sangkar / kandang, beserta aksesoris di dalamnya. Misalnya wadah pakan / minum dibersihkan setiap hari, sedangkan dapat tenggeran dibersihkan 1-2 kali dalam seminggu.
Jika ada seekor burung yang sudah terinfeksi, maka harus dilakukan tindak pencegahan untuk burung-burung lain yang belum tertular :
- Isolasikan burung yang sakit, misalnya ke kandang karantina (bagi yang memiliki) atau dijauhkan dari kelompok burung yang masih sehat. Hal ini untuk menghindari kontak langsung antara burung yang sakit dan burung yang sehat.
- Semua sangkar / kandang perlu disucihamakan dengan larutan desinfektan, yang dapat dibeli di apotek terdekat, atau di poultry shop. Anda juga bisa menggunakan FreshAves untuk menyucihamakan sangkar / kandang dan perlengkapannya (metode semprot).
Pengobatan
Untuk burung yang sakit dan sudah diisolasi ke kandang karantina, berikut ini beberapa tindakan yang bisa Anda lakukan :
- Oleskan KitolotPlus Cream langsung ke bagian yang mengalami luka atau lesi, setiap pagi dan sore hari sampai burung sembuh.
- Pastikan mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pengobatan.
- Dalam kondisi belum terlalu parah, biasanya burung sudah sembuh dalam waktu 1 – 2 hari. Jika kondisinya sudah agak parah, diperlukan waktu lebih lama lagi (3 – 4 minggu).
- Lebih dianjurkan lagi agar burung diobati dalam kandang karantina, dengan diberi lampu pijar sebagai penghangat, untuk mempercepat proses penyembuhannya.
Note:
- Khusus untuk tipe basah (antara lain munculnya lendir pada lubang hidung / nares), pengobatan diawali dengan terapi KitolotPlus bentuk cair, yang ditetaskan langsung ke paruh burung. Setelah itu (tanpa harus menunggu kesembuhannya) bisa dibarengi dengan KitolotPlus Cream.
- Penanganan sejak dini untuk tipe basah bisa meningkatkan harapan kesembuhan. Begitu melihat lubang hidung keluar cairan, disertai bintil-bintil / kutil / lesi di sekitar pangkal paruh, segera lakukan tindakan pengobatan seperti dijelaskan di atas.
—
Penting: Burung Anda kurang joss dan mudah gembos? Baca dulu yang ini.