Cucak hijau merupakan burung dari keluarga leafbird (cica daun), sehingga bukanlah tipe petarung (fighter) sejati seperti murai batu, kacer, dan cendet. Beberapa CI mania sering menyebutnya semi-fighter. Untuk membuatnya mampu bertempur hebat di lapangan, diperlukan setelan pakan tertentu untuk mendongkrak birahinya agar berada dalam level proporsional: tidak kurang, tidak juga over birahi / OB. Karakter inilah yang menyebabkan prestasi seekor burung cucak hijau di arena lomba agak sulit diprediksi, karena seringkali mengalami pasang-surut.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Menyetel kondisi birahi yang ideal pada cucak hijau memang bukan pekerjaan mudah. Selain harus tahu karakter burung, pemilik / perawat juga mesti memahami bahwa dalam kondisi tertekan, cucak hijau akan mengalami penurunan performa suara. Kondisi tertekan itu bisa berlangsung dalam satu sesi lomba atau lebih.
Penurunan performa ini juga akan terjadi ketika cucak hijau mengalami over birahi (OB) yang datang tiba-tiba, dan tidak selalu bersumber dari faktor pakan. Ketika melihat atau mendengar kicauan burung sejenis, birahi cucak hijau mudah meningkat, ditandai dengan mengeluarkan tembakan-tembakan atau jambulnya terlihat ngentrok.
Maaf menyela, kalau burung Anda kondisi ngoss terus dan pengin jadi joss, gunakan TestoBirdBooster (TBB), produk spesial Om Kicau untuk menjadikan burung ngoss jadi joss...
Tidak hanya melihat atau mendengar sesama cucak hijau, burung ini juga mudah meningkat birahinya jika didekatkan dengan cucak jenggot, kapak tembak, anis merah, bahkan burung gereja. Di sisi lain, ketika cuaca sedang tidak bersahabat, misalnya mendung atau bahkan sudah hujan, birahinya mudah meredup. Dua karakter cucak hijau ini mengilhami CI mania, khususnya di Jogja, untuk melakukan ritual ngecas bareng sesama cucak hijau ketika cuaca sedang tidak bersahabat, yang dilakukan beberapa saat menjelang lomba.
Berbagai kondisi itulah yang membuat prestasi cucak hijau sering mengalami pasang-surut. Jarang sekali dijumpai cucak hijau yang mampu meraih beberapa gelar juara 1 dalam satu even, paling banter nyeri juara 1 alias double winner. Sebagai contoh, saya ingin mengupas dua lomba bergengsi belum lama ini, yaitu Valentine PBI Jogja (17/2) dan BnR Award di Jakarta (3/3).
Analisis cucak hijau di Valentine
Dalam Valentine PBI Jogja, ada lima kelas cucak hijau yang dilombakan, yaitu :
- Kelas Valentine : juara 1 Jamaica (Benny – UBS Ponorogo)
- Kelas Bintang Asmara : juara 1 Jabriq (H Hendy Carton – H2R Bekasi)
- Kelas Dewi Amor A : juara 1 Pandeta (Mr Rudi Menanggal – Surabaya)
- Kelas Dewi Amor B : juara 1 Jamaica (Benny – UBS Ponorogo)
- Kelas Bintang Cupido : juara 1 Narkoba (Dr Bambang – Sumenep)
Bisa dilihat gelar juara 1 dibagi rata oleh beberapa burung, kecuali Jamaica yang berhasil mencetak hasil nyeri. Selanjutnya, mari kita lihat bagaimana posisi burung yang pernah menjadi juara 1 itu di beberapa kelas lain.
Nama Burung | Valentine | B. Asmara | D. Amor-A | D. Amor-B | B. Cupido |
Jamaica | 1 | 6 | – | 1 | – |
Jabriq | – | 1 | 4 | – | – |
Pandeta | – | – | 1 | – | 9 |
Narkoba | 2 | – | – | – | 1 |
Terlihat bahwa Jamaica, meski berhasil nyeri, mengalami penurunan performa saat berlaga di Kelas Bintang Asmara sehingga hanya menjadi juara 6. Begitu pula dengan Jabriq dan Pandeta, yang hanya juara 4 dan juara 9 di lain kelas.
Analisis cucak hijau di BnR Award
Dalam BnR Award, ada empat kelas cucak hijau yang dilombakan, yaitu :
- Kelas Jatijajar A : juara 1 Dea Lova (Joko Emerald – Cikarang)
- Kelas Jatijajar B : juara 1 Putra Andalas (M. Raffa – Jayakarta Team)
- Kelas AMB : juara 1 Giok Hijau (Yudi Voltus – Jayakarta Team)
- Kelas Ebod Vit : juara 1 Giok Hijau (Yudi Voltus – Jayakarta Team)
Bisa dilihat gelar juara 1 juga dibagi rata oleh beberapa burung, kecuali Giok Hijau yang berhasil nyeri. Selanjutnya, mari kita lihat bagaimana posisi burung yang pernah menjadi juara 1 itu di beberapa kelas lain.
Nama Burung | Jatijajar A | Jatijajar B | AMB | Ebod Vit |
Dea Lova | 1 | 13 | – | – |
Putra Andalas | – | 1 | – | – |
Giok Hijau | – | 5 | 1 | 1 |
Terlihat bagaimana Dea Lova yang menjadi penampil terbaik di Jatijajar A, tiba-tiba anjlok di Jatijajar B dan harus puas menjadi juara 13. Bahkan Giok Hijau yang mencetak double winner pun hanya di urutan kelima pada Kelas Jatijajar B.
Pasang surut prestasi cucak hijau di arena lomba sebenarnya juga dijumpai pada jenis burung lain, termasuk murai batu dan kacer. Karena mood burung untuk bertarung sangat dipengaruhi berbagai faktor, baik internal (pakan saat lomba, dan perawatan jelang lomba) maupun eksternal (mental saat menghadapi keriuhan burung lain dan penonton).
Hanya saja, untuk cucak hijau, pengaruh birahi akibat pemberian pakan saat lomba dan perawatan jelang lomba terlihat lebih dominan. Kita pernah mendengar murai batu Happy Birthday (Akia Jambi) pernah mencetak quattrick (empat kali juara 1) dalam satu lomba, atau kacer Solo Berrick (Halley WS Jogja) yang bahkan mencetak pentatrick (lima kali juara 1) dalam satu lomba.
Tetapi kita jarang mendengar ada cucak hijau yang mencetak hattrick (tiga kali juara 1) dalam satu lomba. Umumnya hanya nyeri atau double winner. Perkecualian baru terjadi dalam Piala Tabanan (3/3), ketika cucak hijau Histeris milik Agung Tattoo mampu mencetak quattrick, atau Arjuna (Herman Mandiri) yang mencetak hattrick di Kapolres Cup Salatiga.
Semua itu terjadi karena untuk membuat cucak hijau punya semangat tempur tinggi harus dilakukan melalui setelan pakan harian, jelang lomba, dan saat lomba. Tetapi semuanya tetap mengacu pada karakter dan kebiasaan burung, maupun faktor eksternal seperti daya adaptasi terhadap lingkungan baru.
Terbukti Histeris yang tak tertandingi di Piala Tabanan, sama sekali tidak berdaya ketika berlaga di Valentine PBI. Histeris hanya menjadi juara 5 di Kelas Dewi Amor B dan juara 9 di Kelas Bintang Cupido. Pandeta milik Rudi Menanggal Surabaya yang berjaya di Valentine PBI, juga gagal menjadi yang terbaik di BnR Award, karena hanya menjadi juara 5 di Kelas Jatijajar A.
Tetapi justru di sinilah menariknya kelas cucak hijau, karena gelar juara tak didominasi burung yang itu-itu saja. Burung yang setelan birahinya sangat tepat di arena lomba, dan memiliki daya adaptasi tinggi terhadap lingkungan baru, sama-sama punya peluang untuk juara.
Just sharing, semoga bermanfaat.
—
Penting: Burung Anda kurang joss dan mudah gembos? Baca dulu yang ini.