Sama seperti cendet dan lovebird, banyak cucak jenggot berjenis kelamin betina yang sering moncer di arena lomba. Sebut saja Ratu Jagad milik Yayang Pangkalanbun, yang bisa dikatakan menjadi salah satu cucak jenggot terbaik nasional saat ini, Yasmin milik M Khadafi dari Aceh Bintang SF Lampung, atau Boom Bali milik Tut De Ariana dari Jalak Bali Team, yang kini terus mencorong di Pulau Dewata.

Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.

Cucak jenggot betina, ketika berumur 8 bulan atau lebih, pasti akan bertelur. Nah, frekuensi bertelur yang terlalu sering akan mempengaruhi penampilannya di arena lomba. Bagaimana cara mengurangi frekuensi bertelur pada cucak jenggot betina, khususnya untuk lomba?

Kurangi frekuensi bertelur agar prestasi CJ betina bertahan lama.

Tips kali ini berdasarkan pengalaman Tut De Ariana dalam merawat Boom Bali, cucak jenggot betina yang sarat prestasi. Meski berkelamin betina, gaco yang satu ini tak mempedulikan jenis kelamin lawan-lawan yang dihadapinya.

Begitu digantang, dia langsung mengeluarkan tembakan-tembakan dahsyatynya, yang menghentak, dan membuat lawan-lawannya keder atau seperti tertekan. Tembakan itu terus dikeluarkan, nyaris tanpa jeda, sejak awal digantang hingga akhir lomba.

Bagaimana merawat cucak jenggot betina sehingga prestasinya bisa bertahan lama di berbagai even lomba?

Cucak jenggot betina

Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.

Menurut Tut De Ariana, karena gaconya berjenis kelamin betina, maka risiko bertelur pun pasti akan selalu ada. Burung betina yang berprestasi tentu memiliki kondisi fisik prima. Kondisi fisiologi serta metabolismenya juga berjalan normal.

Dapatkan aplikasi Omkicau.com Gratis...

Ketika cucak jenggot yang sehat sudah berumur 8 bulan atau lebih, secara alami pasti akan bertelur juga. Ini sesuatu yang tak bisa dihindari, namun bisa disiasati agar frekuensi bertelurnya tidak terlalu sering. Caranya?

“Kurangi extra fooding (EF) berupa jangkrik,” ujar Tut De Ariana, sebagaimana dikutip Agrobur. Kalau diberi jangkrik terlalu sering, dan terlalu banyak, maka burung makin cepat bertelur.

Karena itu, sebaiknya burung setiap hari cukup diberi pakan berupa voer dan pisang. Untuk menjaga kondisinya agar tetap fit, Anda bisa memberikan multivitamin seperti BirdVit, dengan frekuensi tiga kali seminggu.

Selain itu, untuk menjaga kebugarannya, aktivitas mandi dan jemur harus rutin dilakukan setiap hari. Dengan model perawatan minimalis seperti ini, burung tetap sehat dan fit.

Tut De Ariana bersama CJ Boom Bali. (Foto: Agrobur)

Meski demikian, jangkrik tetap diberikan, hanya saja melalui jadwal yang ketat. Tut De Ariana hanya memberikan jangkrik dua kali dalam seminggu, dengan jadwal tetap: Rabu dan Minggu.

“Itu pun jumlah jangkrik yang diberikan hanya satu ekor saja,” tambah dia. Pemberian jangkrik pada hari Minggu dimaksudkan agar birahi burung bisa naik saat dibawa ke lomba.

Hebatnya, Boom Bali bukan sekadar burung lomba. Burung ini juga dijadikan sebagai burung master andalan untuk beberapa cendet milik Tut De Ariana.

Cara gampang mencari artikel di omkicau.com, klik di sini.