Sejauh ini, belum banyak penangkar murai batu yang “berani” memanfaatkan mesin tetas (inkubator) untuk menetaskan telur-telur dari induk betina. Hanya beberapa penangkar saja yang sudah memanfaatkan mesin tetas, misalnya Global Fauna Farm. Padahal mesin tetas bisa membuat piyik menetas secara serentak, sebagaimana day old chick (DOC) pada ayam, day old duck (DOD) pada itik, serta day old quail (DOQ)  pada puyuh.

Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.

Selain itu, kita bisa panen anakan dalam jumlah banyak. Global Fauna Farm, misalnya, setiap bulan bisa panen 380 anakan murai batu. Belum memasyarakatnya mesin tetas pada breeding murai batu disebabkan beberapa faktor, termasuk informasi yang minim mengenai tatacara penggunaannya. Semoga artikel kali ini bisa membuka wawasan baru bagi para penangkar murai batu di Indonesia.

Penetasan alami membuat produktivitas induk rendah.

Selain untuk keperluan meningkatkan produktivitas indukan, dan menyerentakkan penetasan, penggunaan mesin tetas sebenarnya juga bisa menjadi solusi untuk mengatasi induk yang sering mengabaikan telurnya di dalam sarang, atau bahkan memecah dan membuang telur.

Induk murai batu, khususnya betina yang sedang mengeram, membutuhkan suasana kandang yang tenang, nyaman, dan aman dari gangguan hewan seperti tikus, tokek, kucing, atau musang. Ada beberapa induk yang tetap berproduksi dalam lingkungan kandang yang ramai, tetapi tidak sedikit yang merasa terganggu, lantas membuang telurnya.

Beberapa breeder murai batu kerap mengalami masalah seperti ini, di mana induk betina sering mengabaikan telur atau membuang telurnya. Salah satunya Om Trisno, yang kemudian mengakalinya dengan menetaskan telur menggunakan mesin tetas.

Nah, bagi yang ingin mengetahui beberapa tatacara dalam penggunaan mesin tetas untuk “menyulap” telur menjadi anakan murai batu, berikut ini tips yang bersumber dari Om David de Souza, breeder murai batu asal Singapura.

1. Masa inkubasi

Masa inkubasi, atau proses sejak telur dierami induknya hingga menetas, pada murai batu rata-rata selama 12 hari. Namun dalam penetasan alami, biasanya ada toleransi waktu 1-3 hari untuk menunggu telur terakhir menetas. Sebab, sebagian besar burung mengerami telur dalam waktu tak serentak (asinkronisasi penetasan). Berbeda dari ayam, yang baru mulai mengerami telurnya setelah dia mengeluarkan telur terakhirnya.

Berdasarkan pengalaman Om David, masa inkubasi telur murai batu melalui media mesin tetas lebih singkat, yaitu 11 hari. Karena itu, kita harus benar-benar tahu kapan waktunya untuk berhenti memutar posisi telur di dalam mesin tetas.

2. Cara meletakkan telur

Jika Anda menggunakan mesin tetas, yang perlu diperhatikan pertama adalah bagaimana meletakkan telur di dalam inkubator. Posisi yang disarankan adalah ujung telur yang lancip berada di bawah, dan ujung tumpul di bagian atas. Sebab pada ujung telur yang tumpul terdapat rongga udara. Jika diposisikan di bawah, maka akan tertekan oleh material telur.

3. Jadwal memutar telur

Pada ayam, proses pemutaran telur biasanya dilakukan setelah tiga hari awal hingga hari ke-8 atau tiga hari sebelum menetas. Pemutaran telur bertujuan untuk memberikan panas yang merata pada seluruh bagian telur, sekaligus mencegah agar material di dalam telur tidak terlalu kepanasan.

Pada penetasan telur murai batu, pemutaran telur juga bisa dimulai pada hari ke-4, karena saat itulah embryo sudah berkembang. Selanjutnya pemutaran telur harus sudah diakhiri pada hari ke-9, terutama kalau embryo sudah memiliki kelengkapan organ tubuh seperti mata, kaki, sayap, dan sebagainya.

Dapatkan aplikasi Omkicau.com Gratis...

Dalam beberapa kasus, ini bisa terjadi pada hari ke-9 awal (pagi hari), bisa juga pada hari ke-9 akhir (sore / malam). Jadi, patokannya adalah ketika kita meneropong telur pada hari ke-9, sudah terlihat massa padat berwarna gelap (detailnya bisa dilihat pada penjelasan berikutnya).

Pemutaran telur dilakukan secara horizontal, bukan vertikal. Kalau telur diputar secara vertikal, maka ujung yang tumpul suatu saat akan berada di bawah, dan itu bisa mematikan embryo yang sedang berkembang.

4. Peneropongan telur (candling)

Kondisi telur yang baik dan jelek saat diteropong.

Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.

—-

Sama seperti penetasan telur ayam, kita perlu melakukan peneropongan (candling) secara berkala. Berikut ini beberapa poin yang perlu diperhatikan:

  • Jika tidak memiliki egg candler (alat peneropong telur) buatan pabrik, Anda dapat menggunakan senter kecil atau lampu penerang dari kamera HP / smartphone.
  • Peneropongan mulai dilakukan pada hari ke-5 sejak telur dimasukkan dalam mesin tetas. Peneropongan pada hari ke-5 bertujuan untuk memastikan apakah telur infertil (kosong) atau fertil (subur).
  • Peneropongan selanjutnya dilakukan pada hari ke-7 dan terakhir hari ke-9.
  • Pada hari ke-9, embrio sudah berkembang menjadi massa (zat padat) yang gelap dan menempati bagian kecil dari telur tersebut. Jika itu sudah terlihat, maka proses pemutaran telur bisa dihentikan.
  • Untuk mengetahui lebih detail bagaimana isi telur saat kita melakukan peneropongan, silakan buka lagi panduannya di sini.

5. Suhu dan kelembaban mesin tetas

Pengaturan suhu dalam mesin penetas modern

Suhu dan kelembaban merupakan dua faktor penting dalam penetasan telur menggunakan mesin tetas / inkubator.

Suhu ideal adalah 37,4 derajat Celcius, adapun kelembaban sekitar 80 – 85 %.

Sebagian mesin tetas buatan pabrik memiliki pengaturan suhu digital, yang secara otomatis bisa menaikkan maupun menurunkan suhu sehingga tetap dalam kondisi suhu ideal (37,4 derajat). Tentu hal ini bisa terjadi jika kita melakukan penyetelan pada suhu tersebut.

Video penetasan telur MB via mesin tetas

Untuk membangun pemahaman yang lebih utuh, silakan lihat video berikut ini yang berisi panduan penetasan telur murai batu menggunakan mesin tetas / inkubator:

  • Video Bagian 1

—-

  • Video Bagian 2

—-

  • Video Bagian 3

—-

—-

Cara gampang mencari artikel di omkicau.com, klik di sini.