Sonny Lie, pemilik anis merah Bali Dancer yang semula mengira membeli burung milik Ir Rusli Bogor (melalui kerabatnya), kemudian disanggah yang bersangkutan, merasa lega setelah menyelesaikan semua masalah ini. Selasa (7/1) lalu, punggawa Mystic SF Semarang itu menghubungi Om Rusli, dan kini semuanya sudah klir. Dalam pembicaraan keduanya terungkap satu hal menarik, yang ternyata membuat Om Rusli gerah, yaitu terapi tanah merah yang diterapkan Sonny Lie.

Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.

Menurut Sonny, pada dasarnya Om Rusli tidak mempermasalahkan nama yang sama, juga dari mana dia membeli burung itu. Sebab itu memang bukan burung milik Om Rusli, sehingga tidak ada sangkut apapun dengannya.

Namun ada dua hal yang membuat Om Rusli merasa mendapat masalah. Pertama, seperti dijelaskan dalam berita sebelumnya (silakan cek di sini), Om Rusli dikomplain beberapa koleganya yang dulu pernah ditolak ketika ingin meminang Bali Dancer miliknya.

Sebab tersiar kabar Bali Dancer pindah tangan ke Sonny Lie, bahkan menjuarai 1st Anniversary TKKM Jogja (17/12) dan Pakde Karwo Cup III di Surabaya (15/12). Padahal anis merah yang ada di tangan Sonny Lie, meski namanya juga Bali Dancer, adalah individu burung yang berbeda dari Bali Dancer di rumah Om Rusli.

Kedua, dan ini belum terungkap dalam berita terdahulu, kegundahan Om Rusli ternyata juga dipicu oleh komplain seorang kicaumania asal Serang, yang mencoba mempraktikkan terapi tanah merah, namun ternyata mati.

Tanah merah tumbukan batu bata di dasar kandang umbaran.

—-

Untuk mengembalikan performa burungnya yang susah nampil, Sonny Lie menerapkan terapi tanah merah. Nah, terapi ini dipraktikkan pula oleh kicaumania asal Serang, karena mengira tips ini berasal dari Om Rusli.

Dia mengira apa yang dilakukan Om Sonny meneruskan metode Om Rusli, sebab saat itu dia menyangka Bali Dancer milik Om Sonny adalah burung yang dulunya milik Om Rusli.

Setelah meniru persis terapi tanah merah untuk Bali Dancer milik Sonny, dan burungnya malah mati, kicaumania asal Serang itu langsung menghubungi Om Rusli dan memprotes keras.

“Jadi,  yang dipermasalahkan Pak Rusli adalah komplain dari beberapa koleganya yang pernah ingin membeli Bali Dancer, tapi ditolaknya. Kedua, protes dari kicaumania Serang setelah mencoba terapi tanah merah dan burungnya malah mati. Pak Rusli menegaskan tak pernah menjual Bali Dancer, juga tidak pernah membagikan tips merawat anis merah melalui terapi tanah merah,” ujar Sonny Lie.

Dapatkan aplikasi Omkicau.com Gratis...

Apakah matinya anis merah milik kicaumania asal Serang itu akibat terapi tanah merah, atau karena faktor lain, Om Sonny mengaku tidak tahu persis. Dia juga tidak tahu apakah batu bata itu ditumbuk sampai halus, atau masih kasar.

Juga apakah burung sebenarnya mengidap penyakit kronis, di mana secara kasat mata susah dilihat dari luar. Penyakit kronis adalah penyakit yang sudah lama menyerang pada burung, efeknya lambat, bahkan bisa tahunan sehingga sering sulit dideteksi.

Tetapi, menurut Om Kicau, terapi tanah merah sebenarnya tidak berbahaya bagi burung. Di alam liar, sebagian besar burung juga memakan remahan pasir untuk membantu kerja organ pencernaannya. Namun perlu diingat, tumbukan batu bata merah harus dicuci bersih dulu, lalu dijemur di bawah terik matahari agar steril, baru bisa disebar di dasar kandang umbaran.

Jika tidak dicuci dan disterilkan, kemungkinannya cuma dua. Tanah merah kebetulan bebas dari agen penyakit, terutama bakteri, jamur, protozoa, dan parasit seperti cacing dan kutu. Yang kedua, tanah merah tercemar agen penyakit, dan ketika burung memakan remahannya, agen penyakit itu masuk ke saluran pencernaan.

Tips bisa sama, hasilnya bisa berbeda

Sonny Lie

Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.

Dalam percakapannya dengan Sonny Lie, Om Rusli hanya mengingatkan agar semua tips perawatan burung, apapun jenis burungnya, belum tentu tepat seratus persen ketika diterapkan pada individu burung yang lain.

“Boleh saja meniru persis, meniru sebagian dan bagian lainnya dimodifikasi, tapi harus dengan pola fikir bahwa cara merawat burung juara milik orang lain belum tentu cocok untuk burung lain. Artinya ketika hasilnya tidak sesuai yang diharapkan, tidak boleh menyalahkan pembagi tips,” tutur Sonny, menirukan pesan Om Rusli.

Sebuah tips memang bisa dilakukan semua orang untuk burung piaraannya, tetapi hasilnya tak selalu sama seratus persen, karena individu burung  yang satu memiliki kebiasaan atau karakter yang tidak selalu sama dengan individu burung lainnya.

Hal seperti ini harus dimengerti oleh semua kicaumania. Fahami karakter burungnya. Apabila burung baru beli, tanyakan kepada pemilik atau perawat sebelumnya mengenai seluk-beluk perawatan dan karakternya.

Jika ingin mengubah pola perawatan, tentu itu hak pemilik baru, namun harus menyadari risikonya, seperti burung ada kemungkinan menjadi rusak atau kurang nampil, atau lebih buruk dari itu. Dalam beberapa kasus, perubahan pola perawatan juga dapat meningkatkan performa burung. Jadi, semua punya risiko, apalagi yang dipelihara adalah makhluk bernyawa.

Di bagian akhir, Om Sonny Lie mengatakan bahwa semua masalah terkait Bali Dancer, antara dirinya dan Om Rusli, sudah rampung. “Apa yang terjadi bisa menjadi bahan pelajaran bagi kita semuanya, tak perlu diungkit-ungkit lagi, karena semuanya sudah klir. Kepada Om Kicau, saya ucapkan terima kasih, karena telah membantu mengklirkan masalah ini,” tandasnya. (Waca)

—-

Cara gampang mencari artikel di omkicau.com, klik di sini.