Beberapa event organizer (EO) di wilayah Jabodetabek mulai memberikan apresiasi tinggi terhadap keberadaan murai batu borneo, yang selama ini dipandang sebelah mata oleh sebagian kicaumania di Jawa. Bentuk apresiasi ini terlihat dari dibukanya kelas khusus murai batu borneo dalam beberapa even di Jabodetabek. Misalnya dalam Seri VIII Liga Ronggolawe Jabodetabek di Bintaro 9 Walk Sektor IX, Tangerang Selatan, beberapa waktu lalu.

Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.

Murai batu borneo

Kelas murai borneo juga kembali dilombakan dalam Seri Penutup (XII) Liga Ronggolawe Jabodetabek di Brigif 202 Tajimalela, Jalan Raya Narogong, Rawa Panjang, Bekasi, 26 Januari lalu.

Hal ini menunjukkan kalau saat ini sudah banyak penggemar murai borneo batu di Jawa, terutama di wilayah Jabodetabek, di samping kepedulian pihak Ebod Jaya selaku sponsor terhadap plasma nutfah asli Kalimantan tersebut.

Bahkan tak sedikit pula yang mendorong Om Kicau agar membantu menghapus stereotype negatif dari sebagian kicaumania terhadap ras murai batu asal Borneo ini.

Sebenarnya Om Kicau sudah beberapa kali mengulas murai batu borneo, antara lain bisa dilihat pada referensi berikut ini :

Ada peristiwa yang membuat Om Kicau agak terenyuh, ketika Om Dimas Aryokusumo minta agar fotonya bersama Total Anarchy, saat menjuarai Kelas MB Borneo dalam Seri VIII Liga Ronggolawe Jabodetabek bisa disusulkan.

Setelah memenangi lomba, Om Dimas langsung pulang, sehingga reporter Om Kicau di Jakarta memang tak sempat menjumpainya.

Ketika berita lomba dan gambar para juara  sudah dimuat (silakan cek di sini), Om Dimas mengirim email berisi foto usai memenangi lomba. “Apabila berkenan, boleh tidak kalau foto saya di-update,” ujarnya.

Om Kicau langsung menjawab bisa, dan saat itu juga foto langsung disusulkan. Om Dimas kemudian menjawab, “Alhamdulillah, semoga kelas murai borneo makin sering dilombakan di tahun 2014. Terima kasih Om Kicau”.

Ada semangat dari Om Dimas, juga dari para penggemar murai borneo lainnya, agar setiap lomba burung berkicau di Jabodetabek selalu menyertakan kelas murai borneo, karena peminatnya cukup banyak. Kalau ini bisa terjadi, maka Jabodetabek akan menjadi “wilayah unik”, karena ada empat kelas murai batu dengan spesifikasi masing-masing, yaitu:

  • Kelas murai batu umum
  • Kelas murai batu ring (hasil penangkaran)
  • Kelas murai batu ekor hitam (blacktail)
  • Kelas murai batu borneo

Semoga daerah lain juga bisa mengikutinya, sehingga pada akhirnya semua jenis burung murai batu di Indonesia bisa terakomodasi dengan baik. Penentu utamanya nanti adalah kelas murai batu umum, di mana beberapa murai hasil penangkaran pernah menjuarai kelas umum. Murai batu ekor hitam juga pernah menjuarai kelas umum.

Kita tunggu, apakah murai batu borneo juga bisa diikutkan dalam kelas umum. Kalau bisa, kita tunggu pula gaco-gaco MB borneo yang mampu menjuarai kelas murai batu umum.

Kicauannya cetar membahana

Dapatkan aplikasi Omkicau.com Gratis...

Hercules, salah satu murai borneo jawara di Kalimantan.

Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.

Naiknya pamor murai batu borneo, khususnya di wilayah Jabodetabek, umumnya karena mereka sudah melihat dan mendengar sendiri suara kicauannya yang cetar membahana.

Di sejumlah pasar burung, murai borneo juga makin mudah dijumpai. Sayangnya, sebagian pedagang belum mau terbuka soal dagangannya. Demi meraih keuntungan, mereka umumnya mengklaim burung yang dijualnya adalah murai batu lampung atau murai batu jambi, padahal murai batu borneo.

Jadi, pedagang juga harus ikut membantu menjelaskan burung yang dijualnya, kalau mereka masih mengakui dirinya sebagai bagian dari kicaumania. Katakan saja yang sebenarnya. Sebab, sebagaimana jenis burung kicauan lainnya di pasaran, pasti ada yang berkualitas bagus, sedang, dan kurang bagus. MB borneo pun begitu.

Untuk membedakan murai batu borneo dari murai batu asal Sumatera, biasanya para penggemar memperhatikan warna bulu di bagian dadanya yang berwarna kuning kecokelatan, serta kepalanya yang hitam, dengan ujung ekor yang lebih melebar.

Ukuran tubuh tidak bisa dijadikan patokan baku, apalagi kalau tidak ada burung lain sebagai pembanding. Sebab, meski rata-rata berukuran sedang, ada pula murai borneo yang posturnya lebih besar daripada murai batu asal Sumatera.

Panjang ekor dari burung murai batu asal Kalimantan ini bisa mencapai 10 hingga 18 cm yang tergantung dari habitat asalnya. Contohnya saja untuk murai batu asal Kalimantan timur, Kalimantan barat dan Kalimantan selatan rata-rata memiliki ekor yang lebih pendek dari murai batu asal Kalimantan tengah.

Soal daerah asal sebenarnya juga tidak bisa dijadikan ukuran, kendati yang popular saat ini adalah murai batu borneo dari Banjar dan Palangkaraya. Dari beberapa referensi yang ada, murai borneo dari dua daerah ini dapat dibedakan dari ciri-ciri fisiknya.

Murai borneo dari Palangkaraya cenderung memiliki ciri-ciri fisik yang hampir mirip dengan murai batu asal Sumatera. Karena itu pula, para pedagang nakal kerap mengklaim murai batu asal Palangkaraya sebagai murai batu lampung.

Adapun murai borneo asal Banjar lebih banyak dicari karena diyakini memiliki sifat fighter yang bagus. Ciri-ciri lain yang membedakan kedua murai borneo ini adalah :

  • Murai borneo dari Palangkaraya memiliki ukuran tubuh sedang, dengan bentuk memanjang.
  • Murai borneo dari Banjar memiliki warna bulu dada lebih terang daripada murai borneo asal Palangkaraya.
  • Panjang ekor murai borneo dari Banjar lebih pendek (10 – 15 cm), adapun murai borneo asal Palangkaraya bisa mencapai 15 – 18 cm.
  • Gaya tarung murai borneo asal Palangkaraya dan Banjar memiliki sedikit sekali perbedaan, murai batu asal Banjar akan mengembungkan seluruh bagian depan tubuhnya sehingga terlihat bulat sedangkan murai batu borneo asal Palangkaraya sedikit mengembungkan tubuh di bagian perut hingga dada bagian atasnya, namun hal tersebut tidak mutlak dan tergantung dari kondisi burung murai batu tersebut.

Kelebihan murai borneo, selain mentalnya yang baik, adalah sangat aktif dengan suara-suara isian yang cukup kasar. Burung ini juga mudah dimaster dengan suara-suara baru. Perawatannya pun tidak terlalu sulit, sehingga makin banyak digemari.

Kini murai borneo tidak lagi terpinggirkan, karena sudah bermunculan kelas-kelas khusus dalam arenaa latber, latpres, dan lomba. Hal ini berimbas pada meningkatnya harga burung.

Sebelumnya, murai borneo yang sudah rajin bunyi biasa dibanderol dengan harga Rp 750.000 – Rp 850.000. Kini harganya bisa mencapai lebih dari Rp 1,2 juta. Belum lagi kalau burung pernah berprestasi di lapangan, tentu harganya makin  melambung tinggi.

Cara gampang mencari artikel di omkicau.com, klik di sini.