Wah, ada perkembangan baru nih seputar kepemilikan burung berkicau. Biasanya, apabila sudah kepincut, seorang kicaumania akan membeli –bahasa halusnya take-over— burung yang diincar. Jadi, burung ini seratus persen beralih kepemilikan dari pemilik lama ke pemilik baru. Tapi yang terjadi pada kenari Van Helsing milik Waqi Wafi agak berbeda. Tertarik prestasinya yang terus meroket, Andre “Obelix” Sutanto membeli 50% saham kenari milik sahabatnya itu.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Ya, ini merupakan transaksi yang cukup unik, dan bisa menjadi pola baru dalam pembelian gaco-gaco berprestasi. Tetapi pola ini hanya bisa dilakukan oleh mereka yang sudah bersahabat. Susah dilakukan dua kicaumania yang hanya saling kenal, apalagi sebelumnya sama sekali tidak pernah saling mengenal.
Pembelian 50% saham Van Helsing menyiratkan bahwa kenari lomba pun kini bisa berfungsi sebagai “perusahaan”, atau setidaknya ATM hidup bagi pemegang saham. Tentu ini bukan hanya berlaku untuk kenari saja, melainkan juga pada jenis burung kicauan lainnya.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Seperti diketahui, lomba burung memiliki banyak dimensi. Ada pemain yang sekadar puas kalau gaconya menang, tetapi bukan rahasia lagi kalau sebagian besar pemain mengincar hadiah uang.
Beberapa even di Jabodetabek acapkali memberi hadiah besar, bahkan hingga Rp 50 juta, meski biasanya terbatas pada kelas utama yang didominasi murai batu, kacer, lovebird, dan cucak hijau.
Belakangan, pamor kenari dalam lomba burung makin meningkat, dan beberapa kali dimasukkan ke kelas bergengsi pula. Jika dalam satu even mampu mencetak double winner, apalagi hattrick, tentu hadiah uang yang dikantongi cukup besar.
Belum lagi kalau seorang pemain, atau katakanlah duet pemain, menurunkan gaconya sedikitnya tiga kali dalam sebulan, tentu makin bertumpuk pula rupiah di bawah bantal, he.. he.. he..
Dalam konteks lebih luas, penerapan saham kepemilikan seekor atau beberapa ekor burung juga bisa membawa keuntungan lain yang jarang kita fikirkan sebelumnya.
Misalnya, ada pemain berkocek tebal, dan ingin membeli ketika prestasinya masih bagus. Tentu harga akan lebih mahal daripada sebelumnya.
Selain itu, jika burung mau dijadikan indukan, ini juga mempunyai keunggulan kompetitif. Apalagi jika pasangannya juga memiliki trah juara, tentu peluang memperoleh anakan berkualitas makin besar.
Risikonya, karena burung adalah mahkluk bernyawa, tentu ada berbagai kemungkinan yang sejak awal sudah disadari. Namun, secara keseluruhan, investasi di bidang kenari tetaplah sangat menguntungkan, baik sebagai burung lomba maupun burung penangkaran.
Dalam transaksi yang bersifat take-over, ada dua model yang dilakukan pemilik baru. Pertama, ia akan mengambilalih semua perawatan burung. Entah ditangani sendiri, atau dipercayakan kepada perawat yang ditunjuknya sendiri. Biasanya pemilik baru akan menanyakan pola perawatan yang dilakukan pemilik lama.
Kedua, dia tetap menyerahkan perawatannya kepada pemilik lama, atau perawat yang sejak awal menanganinya. Contohnya lovebird Golden Boy, yang dibeli Om Hany dari Brother SF. Sampai saat ini, perawatan tetap dipercayakan kepada Rizal Brow (JBF). Rizal merupakan pemilik lama (bersama Eko JBF), dan sehari-hari merawat langsung Golden Boy.
Lalu, bagaimana dengan perawatan kenari Van Helsing setelah 50% sahamnya dibeli Andre? Ya, tidak jauh berbeda dengan pola kedua. Artinya burung tetap ditangani Om Waqi yang sehari-hari memang dikenal sebagai pengorbit kenari bertangan dingin.
Sejauh ini, sudah ada beberapa kenari jawara milik bersama (Andre + Waqi) yang dirawat Om Waqi, misalnya Snow White dan Sekar Jagad.
Kenari Van Helsing dalam beberapa bulan terakhir ini terus bersinar prestasinya. Dalam kontes HUT TVRI Jabar (2/3), kenari standar kecil ini mencetak double winner. Sebelumnya, burung ini menjuarai Media BnR Cup di Lapangan Banteng Jakarta, 23 Februari lalu, dan nyeri juara 1 saat berlaga dalam Road to Presiden Cup 3 di Bandung, 9 Februari 2014.
Andre dan Waqi berencana menjadikan Van Helsing sebagai amunisi Jatim Raya Team dalam berbagai lomba burung, khususnya di kelas kenari standar kecil. “Burung ini rencananya akan kita turunkan pula dalam Presiden Cup III di Jakarta, Juni mendatang,” kata Andre.
Om Waqi yang semula mukim di Bandung, dan kini tinggal di Bogor, memperoleh Van Helsing saat tampil dalam Latpres Teras Air Terjun di sekitar Bogor. Saat itu burung tampil sebagai juara pertama, atas nama pemilik lama: Boy (bukan Bang Boy, lho…).
“Ketika masih di pemilik lama, Van Helsing sudah sering juara. Namun karena lomba yang diikutinya kelas pinggiran, jarang sekali terekspose media,” kata Om Waqi. Setelah di tangannya, Van Helsing mulai tampil dalam lomba-lomba dengan level lebih tinggi, bahkan sudah berkelas nasional seperti Media BnR Cup dan HUT TVRI Jabar.
Menurut pemilik lama, Van Helsing merupakan hasil persilangan antara kenari lokal dan kenari holland. Durasi kerjanya memang panjang sekali.
Dalam video terbarunya, yang diunggah di youtube, Van Helsing direkam dengan durasi 41 detik. Tetapi, awal suara langsung terisi yang menandakan sebelum direkam sudah bunyi. Sebaliknya, akhir rekaman terputus yang menunjukkan burung sebenarnya masih bunyi.
Berikut ini video terbaru kenari Van Helsing yang diunggah Om Waqi di youtube, meski ada “gangguan” suara lain di bagian tengah, dan kualitas rekaman yang kurang stabil volumenya. Tetapi cukuplah untuk menggambarkan betapa panjang durasi kerjanya: