Berangkat dari hobi burung kicauan, sejak tiga tahun lalu Syahabudin memulai breeding murai batu dengan nama Izumi Bird Farm di kawasan Kalibata, Jakarta Selatan. Namun seiring perkembangan penangkarannya, kini lokasi breeding sudah dipindah ke Cibinong, Bogor, yang areanya lebih luas dan hawanya lebih asri. Induk yang digunakan adalah trah unggulan, bahkan beberapa anakannya sudah moncer di lapangan.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Saat ini ada 10 kandang indukan produktif, di mana semua induk jantan pernah berjaya di berbagai even di Jabodetabek. Ke-10 induk jantan tersebut adalah Kaldera, Panorama, Jambrong, Galaxy, Braja, Baja Hitam, Diego, Romeo, Mata Dewa, dan Galeo.
“Istilahnya, Izumi BF menjual anakan trah juara. Induk murai batu jantan harus memiliki mental lapangan yang baik, volume keras, serta fight di lapangan. Ketiga unsur tadi harus dimiliki induk jantan,” kata Syahabudin.
Kini sudah ratusan produk Izumi BF yang tersebar di tangan para koleganya (umumnya kalangan pemain), bahkan beberapa di antaranya moncer di lapangan.
Syahabudin sudah lama menekuni burung kicauan, terutama murai batu dan lovebird. Ini dilakukannya sebagai hobi, di sela-sela kesibukannya sebagai desainer grafis serta bisnis percetakan.
Namun setelah mendapat ilmu beternak burung dari H Ahmad Fahmi, breeder cucakrawa dan murai batu Royhan BF di kawasan Warung Buncit, Jakarta Selatan, dia mulai tertarik untuk menjadi penangkar murai batu.
Kini, tiga tahun berlalu, Izumi BF yang berlokasi di kawasan Cibinong, Bogor, terus mengalami perkembangan pesat sehingga sudah ada 10 kandang produktif.
Tak hanya murai batu, Izumi Bird Farm juga sudah lama sukses menangkar lovebird dan kenari. Diversifikasi usaha ini diperlukan, terutama untuk subsidi silang jika dalam waktu tertentu produksi mengalami penurunan akibat indukan mabung.
Selama menjalankan usaha penangkarannya, OmSyahabudin merasa lancar-lancar saja, tidak ada kendala berarti, mulai dari penjodohan hingga produksi dan perawatan anakan.
“Indukan baru istirahat berproduksi kalau memasuki masa mabung. Biasanya dipindah ke sangkar biasa dan full kerodong, sampai rampung masa rontok bulunya,” jelasnya.
Setiap pasangan induk bisa menghasilkan 2-3 ekor anakan. Tetapi karena waktu produksi tidak selalu sama, biasanya dalam sebulan dia bisa memanen minimal 8 ekor anakan.
Izumi BF yang juga members 666 Team saat ini memiliki beberapa gaco hasil breeding sendiri, yaitu Mat Angin, Ojolali, dan Gemilang. Ada lagi beberapa anakan yang punya prospek bagus, antara lain Bunda Putri dan Valentino.
Proses penjodohan
Untuk menjodohkan calon induk, Om Syahabudin melakukannya sama seperti penangkar lainnya. Murai batu jantan dan betina dimasukkan dalam sangkar masing-masing di ruang tertutup, kemudian kedua sangkar didekatkan.
“Kalau sudah tampak jodoh dan burung jantan terlihat tidak galak, keduanya dimasukkan ke kandang breeding. Meski demikian, hari-hari pertama disatukan harus tetap dipantau, jangan sampai burung betina diserang burung jantan. Biasanya murai jantan lebih agresif dan galak,” jelasnya.
Proses penjodohan, berdasarkan pengalaman Om Syahabudin, biasanya berlangsung 2-3 hari. Yang terpenting, burung betina sudah siap kawin, burung jantan sudah nggacor, dan kondisi keduanya sama-sama fit.
“Kalau syarat itu terpenuhi, pasti cepat jodoh dan cepat berproduksi. Untuk induk betina, saya menggunakan hasil ternak sendiri, karena otomatis mewarisi darah bapaknya yang juara,” kata Om Syahabudin.
Konstruksi kandang breeding
Pasangan induk yang sudah berjodoh ditempatkan dalam kandang petak, berukuran 1,2 x 1,2 m2, dengan tinggi 3 meter.
Dinding belakang dan samping kiri-kanan terbuat dari batako. Adapun dinding depan dari kawat halus, sehingga sinar matahari pagi bisa masuk dan sirkulasi udara lancar. Bagian atap bersifat tertutup.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Di dalam kandang disediakan tanaman dalam pot, agar burung lebih nyaman serta merasa seperti di habitat aslinya. Selain itu, bak mandi disediakan di sudut kandang. Air di dalam bak harus diganti secara rutin sehingga selalu dalam kondisi bersih.
Extra fooding (EF) indukan
Extra fooding (EF) selama masa praproduksi (sebelum bertelur) terdiri atas jangkrik yang diberikan sekenyangnya, kroto, dan ulat hongkong. Ulat hongkong juga diberikan selama dalam proses penjodohan.
Ketika induk betina sudah bertelur, ulat hongkong kembali diberikan. Begitu pula dengan kroto dan jangkrik.
Namun, apabila telur-telur sudah menetas, pemberian ulat hongkong dihentikan, diganti dengan cacing tanah, agar birahi induk tidak terlalu birahi.
Perawatan anakan
Anakan murai batu dipanen, atau diangkat dari sarangnya, minimal pada umur 1 minggu. Ada dua cara pemanenan. Pertama, dipanen umur 1 minggu untuk selanjutnya dibesarkan pemiliknya. Kedua, diasuh induknya sampai umur 20 hari, baru dipanen.
Kedua cara ini punya kelebihan dan kekurangan. Kalau dipanen lebih cepat, anakan lebih cepat jinak, lebih mudah mengkonsumsi voer, dan lebih mudah dimaster dengan berbagai suara jenis burung lainnya.
Jika dipanen pada umur 20 hari, pemilik tak perlu repot meloloh, dan burung lebih cepat besar. Hanya saja, anakan murai batu lebih giras atau gesit, sehingga proses penjinakan lebih lama.
Selain itu, anakan murai batu cenderung hanya menyukai jangkrik, kroto, ulat hongkong, dan cacing, sehingga pemilik harus melatihnya agar mau makan voer.
Om Syahabudin melakukan dua cara ini, sesuai dengan permintaan pemesan. Sebab tidak sedikit pemesan yang lebih menyukai anakan yang dibesarkan induknya, dengan alasan lebih alami.
Untuk anakan yang dipanen lebih cepat, Om Syahabudin melolohnya dengan kroto segar yang bersih, ditambah jangkrik muda (tanpa kepala dan kaki-kakinya), dan cacing. Piyik-piyik ini ditempatkan dalam kandang khusus yang diberi lampu penghangat.
Memasuki umur 2 minggu, anakan mulai diperkenalkan dengan adonan voer. Saat itulah, ring kode bisa dipasang pada kaki anakan murai batu, dalam hal ini ring Izumi.
Pada umur 28 hari, anakan murai batu sudah belajar nangkring, dan sudah belajar makan sendiri. Jika sudah berumur 1 bulan atau lebih, burung siap dipasarkan atau diambil para pemesan yang sebelumnya sudah inden. Harga anakan murai produk Izumi BF bervariasi, mulai dari Rp 2 juta – Rp 2,5 juta / ekor, tergantung kondisi burung. (d’one)
Semoga bermanfaat.
—
Penting: Burung Anda kurang joss dan mudah gembos? Baca dulu yang ini.