Sebenarnya tak ada istilah murai batu pinggiran, tengahan, atau pojokan, he.. he.. he.. Namun, itulah cara Tedy / Yanto dari Cibubur menunjukkan kerendahan hatinya, meski murai batu Raja Top besutan keduanya kini sudah melejit ke papan atas, mengalahkan burung-burung hebat lainnya. Mengapa Raja Top disebut murai batu pinggiran? Bagaimana perawatannya? Ikuti sekilas perjalanan murai batu Raja Top berikut ini.

Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.

MB Raja Top: Bermula dari latberan, kini moncer di even besar. (foto: kicaumania.or.id)

Murai batu Raja Top menjadi pembicaraan di Jabodetabek, setelah meraih double winner dalam Lomba Burung Berkicau Wali Kota Depok Cup, 9 Maret lalu. Gaco milik Tedy / Yanto dari Cibubur ini sukses menjuarai kelas utama, Wali Kota, dan kelas MB Ring.

Di kelas MB Ring, Raja Top mampu mengalahkan lawan-lawannya yang mengenakan ring terkenal. “Ring yang dikenakan Raja Top bukan ring terkenal. Lihat saja ringnya, hanya bertuliskan angka, yang bisa dibeli eceran di toko burung,” ungkap Om Tedy seperti dikutip kicaumania.or.id.

Menurut dia, Raja Top merupakan burung tangkaran dari seorang breeder kecil, yang menangkarnya pun berkesan asal-asalan. Alhasil, silsilah burung ini juga kurang jelas, karena penangkarnya tak tahu mengenai recording, salah satu aktivitas wajib bagi seorang penangkar.

Recording adalah kumpulan data tentang anakan murai batu, termasuk data mengenai induk betina dan induk jantan. Data ini sangat penting, misalnya untuk melakukan perkawinan balik (back-cross), mencegah perkawinan sedarah (inbreeding), dan sebagainya.

Duet Tedy (kiri) dan Yanto.

Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.

Meski demikian, kualitas materi burung ini tidak perlu diragukan. Dengan tembakan yang dominan, dan volume tembus, burung ini sering meraih sukses di tangan pemilik lama.

Namun, ujar Om Tedy, pemilik lama selama ini hanya membawanya ke latberan saja. Belum pernah dicoba di lomba lokal, apalagi lomba regional seperti Wali Kota Depok Cup.

Om Tedy lalu melakukan take-over, dengan mahar Rp 37 juta, dan mulai dibawa ke lomba yang lebih bergengsi, termasuk Wali Kota Depok Cup. Karena materi dasarnya memang bagus, tak perlu waktu lama bagi Raja Top untuk menorehkan prestasinya.

Dapatkan aplikasi Omkicau.com Gratis...

Murai batu Raja Top in action. (foto: kicaumania.or.id)

Menurut Om Tedy, pemilik lama yang tak mau disebut namanya ini merupakan penghobi burung di Kota Wisata Cibubur. Selama ini dia tak pernah menurunkannya dalam lomba besar, karena memang tidak menyukai lomba besar.

Setelah dibeli, Raja Top sempat sekali dilombakan dalam Gebyar Ronggolawe yang dikemas Ragunan BC. Saat itu, Raja Top moncer di tiga kelas, dengan prestai sekali juara 1, 2, dan 3. Beberapa gaco top di Jabodetabek berhasil dikalahkannya.

Tongkrongan MB Raja Top dari depan. (foto: kicaumania.or.id)

Namun setelah itu, Raja Top mengalami mabung cukup lama. Usai mabung, Raja Top untuk pertama kali turun dalam Wali Kota Depok Cup, dan langsung meraih double winner.

Raja Top kembali turun dalam lomba, tetapi levelnya lebih tinggi lagi, yaitu Happy Anniversary Owen di Lapangan Banteng Jakarta, 23 Maret lalu, dengan hasil juara 4.

Tongkrongan MB Raja Top dari samping. (foto: kicaumania.or.id)
Tongkrongan MB Raja Top dari belakang. (foto: kicaumania.or.id)

Perawatan MB Raja Top

Perawatan murai batu Raja Top relatif mudah. Menurut Joko, perawatnya, burung ini mandi dua kali sehari: pagi dan sore. Extra fooding (EF) jangkrik 7 ekor pada pagi hari, 7 ekor sore hari, ditambah 1 sendok kroto segar.

Kalau mau lomba, burung diistirahatkan tiga hari sebelumnya. EF diperbanyak, termasuk pemberian jangkrik sepuasnya atau semaunya burung.

Cara gampang mencari artikel di omkicau.com, klik di sini.