Murai batu Sadewa Raja termasuk salah satu contoh burung tak diunggulkan yang mampu menjuarai even akbar Piala Raja 2014. Hebatnya, gaco milik Hakim Arif (Muntilan) ini baru selesai mabung pada H-7 atau 7 hari sebelum Piala Raja digelar. Bahkan ketika bertarung melawan murai-murai terbaik di negeri ini, bulu-bulu murai batu Sadewa Raja belum kering.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Sekitar tiga bulan menjelang Piala Raja, Om Kicau pernah memuat profil murai batu Sadewa Raja dan tips perawatannya. Pasalnya, murai ini dalam beberapa bulan terakhir selalu mencetak kemenangan dalam even besar di Blok Tengah.
( baca juga: Tanpa kroto, Sadewa Raja moncer terus )
Sadewa Raja sukses menjuarai KPU Cup di Purworejo (9/3), Bupati Cup Jepara (20/4), nyeri juara 2 di KMYK Idol Jogja (25/5), juara 1 dan 3 Anniversary Bodem Jogja (8/6), serta juara 1 KLI Cup II Banaran, Bawen (15/6).
Namun, Sadewa Raja belum merasakan even nasional yang diikuti murai-murai terbaik di Indonesia. Sempat didaftarkan dalam Presiden Cup III di Jakarta, 22 Juni lalu, Om Hakim batal berangkat karena ada acara keluarga.
Maka, siapa yang berani mengunggulkan murai batu Sadewa Raja dalam gelaran sebesar Piala Raja? Bahkan sang pemilik pun tak pernah membayangkan. Apalagi dalam kondisi bulu yang masih basah. Sampai Hari-H Piala Raja, bulunya masih basah, karena mabungnya belum tuntas 100 %.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
“Untuk menjemur pun saya belum berani. Tapi karena burungnya mempeng, dan saya juga terlanjur pesan tiket sebelum mabung, ya nekat diturunkan saja. Pokoknya pasrah sama Keajaiban Allah, dan bagaimana burung mau kerja,” kata Om Hakim.
Tetapi sepanjang Sadewa Raja tampil maksimal, dia yakin dan optimis bisa bersaing dengan jagoan-jagoan top lainnya dan bisa nyantol di Piala Raja.
“Tetapi sama sekali nggak kebayang bisa juara pertama, karena kondisi bulunya benar-benar masih basah, dan musuh-musuhnya adalah kumpulan burung terbaik di Nusantara,” tambahnya.
Om Hakim sadar, even besar tidak cukup hanya mengandalkan kehebatan burung saja. Sudah bukan rahasia lagi, nama besar burung dan pemilik terkadang mempengaruhi pantauan juri, setidaknya itu yang sering dirasakannya kalau melihat even-even besar.
Akhirnya Sadewa Raja diturunkan pada dua kelas. Di Kelas Pariwisata A berada di peringkat 10 (kalah tos). Diakuinya, penampilan gaconya memang kurang maksimal saat itu.
Sadewa Raja kemudian tampil lagi di Kelas Sekar Kedaton C. Penampilannya sangat baik, meski tidak sehebat jika kondisinya fit 100 persen.
“Dalam lomba tanpa teriak dan cukup tertib ini, penampilan Sadewa Raja memang sangat kentara. Ia lebih menonjol daripada musuh-musuhnya, dan menjadi juara pertama. Kalau peserta teriak-teriak, saya tak tahu apakah burung bisa terpantau,”kata Om Hakim lagi.
Yang jelas, kemenangan Sadewa Faja membuatnya bangga, terharu, dan merasa surprise. “Sungguh, saya sama sekali tak berpikiran bakal bisa juara pertama, meski semua peserta tentu berharap bisa juara,” ujarnya.
Kini, Om Hakim makin mantap terhadap kualitas murai batu Sadewa Raja. Apalagi kalau bulu benar-benar sudah kering dan siap tempur 100 persen, tentu penampilannya bisa lebih baik lagi. Target berikutnya adalah bisa meraih hasil maksimal dalam even 168 Cup III di Semarang (28/9), Wali Kota Cup Magelang (12/10), dan Launching BnR Jogja (19/10).
Perawatan mudah, penampilan stabil
Sudah banyak muraimania yang kepincut penampilan Sadewa Raja. Menurut Om Hakim, penawaran tertinggi saat ini mencapai Rp 100 juta. Namun dia enggan melepasnya, karena prestasi Sadewa Raja masih panjang.
Selain itu, burung ini sangat mudah dalam perawatan dan setelannnya. Penampilannya pun selalu stabil dari even yang satu ke even lainnya.
“Kalau saya lepas, cari ganti burung seperti Sadewa Raja susahnya setengah mati. Mungkin duit hasil penjualannya habis buat beli burung baru, yang belum selevel Sadewa Raja,“ kata Om Hakim.
Selama mabung pun, perawatan burung ini sama seperti biasanya, yaitu setiap pagi dan sore diberi jangkrik 5/5, tanpa perlu kroto. Di luar perawatan itu, burung dalam kondisi full kerodong dan full masteran.
“Untungnya, masa mabung Sadewa Raja pendek, hanya sekitar dua bulan. Saya punya feeling, murai ini sepertinya ingin sekali main di Piala Raja. Soalnya mabungnya rampung seminggu sebelum Piala Raja. Bahkan ketika bulu-bulunya masih basah dan belum berani jemur, kondisi burung mempeng untuk bertarung, dan alhamdulillah bisa juara pertama,” tutur Om Hakim.
Sebelum mabung, hampir setiap pekan Sadewa Raja dilombakan. Sekali lomba kuat main 2-3 kali dan selalu tampil bagus sehingga hasilnya juga memuaskan.
Oh ya, Om Hakim juga beternak murai batu. Ada 13 kandang indukan di daerah Gulon, Muntilan, dan sebagian besar sudah berproduksi.
Sebagian besar indukan adalah murai batu medan atau ekor panjang, berasal dari gaco-gaco jawara di berbagai lomba sehingga punya karakter fighter yang kuat.
Selama ini, dia memang belum melakukan aktivitas promosi, tapi pemasaran produknya tetap lancar karena sudah punya jejaring pelanggan.
“Sekarang untuk mendapat anakan murai di kandang saya harus antre satu atau dua bulan. Soalnya produksinya belum bisa mengimbangi jumlah pembeli. Sebenarnya mau tambah indukan, tetapi cari materi indukan yang bagus kan tak mudah. Terkadang sudah dapat penjantan sesuai standar, tetapi cari betina yang cocok juga tidak selalu bisa cepat,” tambahnya.
Bagi pembaca yang ingin berbagi informasi dengan Om Hakim Arif seputar perawatan dan breeding murai batu, silakan kontak di nomor HP 0817.243.541 / Pin BB 23883e3c. (Waca)
Penting:Â Burung Anda kurang joss dan mudah gembos? Baca dulu yang ini.