Sebagian kicaumania menganggap, kalau mau bisa juara dalam even besar harus mengenal para juri, setidaknya satu-dua juri yang dianggap pentolan atau berpengaruh. Harus mengeenal pula personel panitia yang berpengaruh. Kalau tidak, jangan terlalu berharap bisa menang.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Kalau tidak menonjol sekali, burung tak bakalan masuk posisi atas. Paling-paling nilainya mentok dan ikut adu tos-tosan. Apes-apesnya, burung tidak masuk juara, tapi ada orang yang ngejar-ngejar untuk bisa membeli burung Anda dengan banderol murah. Alasannya, lha wong tidak juara kok harus dihargai mahal!
Tapi anggapan itu coba ditepis sejumlah pemain, termasuk Om Benny dan kawan-kawan dari Luwes BC. “Tentu kami juga mendengar isu tersebut. Seringlah. Tidak hanya di even PBI, di EO-EO lain juga selalu seperti itu. Tapi kami mencoba berpikir positif,” kata Om Benny, ketua Luwes BC.
Ketika kalah, meski dia menganggap burungnya layak menang, maka pikiran positif tetap akan selalu dikedepankan, menghindari berburuk sangka. “Juri juga manusia seperti kita, bisa saja keliru, tetapi belum tentu karena sengaja kan,” ujarnya.
Berbekal pikiran positip itulah, Om Benny, Londo Sastro, Rudy NRS, Nanang Kris, Lucas, dan lain-lain berangkat ke even Valentine Day di Jogja, Minggu (15/2).
“Kami datang ke sini apa adanya, tanpa harus mengenal para juri maupun para personel panitia. Bahkan tidak ada usaha sedikitpun dari kami untuk bisik-bisik titip nomor gantangan dan semacamnya”.
Dari sekian burung yang dibawa, ternyata dua gaco Luwes BC tampil menonjol sehingga tetap sukses menjadi juara pertama. Keduanya adalah lovebird Rainbow dan Sekar Mayang. Jago lainnya, kenari Bumble Bee milik Noor RS, juga menembus 4 besar.
Sepanjang pengamatan Om Benny, kemenangan Rainbow dan Sekar Mayang juga bisa diterima oleh seluruh peserta lainnya. “Secara sepintas seperti itu, kami tak melihat ada yang komplain setelah juri menancapkan bendera koncer. Semoga sih semua peserta memang melihat burung kami layak. Yang jelas, harapannya para peserta makin dewasa juga, mau menerima apapun keputusan juri. Mau menang atau kalah tetap legowo,” pesan Om Benny.
Luwes BC pun mulai mengajak para peserta lain agar berpikir positif dalam mengikuti lomba. “Main mata mungkin ada. Terus terang aromanya terkadang terasa, tetapi kita sulit membuktikan,” tambahnya.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Hal seperti itu bisa terjadi akibat persengkokolan dua pihak. Boleh jadi, inisiatif datang dari si peserta yang mencoba bergerilya menghubungi juri. Coba perhatikan, sekarang banyak even lomba di mana oknum juri malah bertugas semacam humas, atau memberikan info lomba.
“Nah, kalau semua peserta sejak awal sudah berniat sportif, semua datang apa adanya, tidak perlu berusaha titip nomor gantangan segala. Kan lebih enak buat semua. Sesama peserta juga tidak perlu saling curiga, tidak perlu mengeluh kalah sakti atau kalah nama,” tandasnya.
Bukan dalam even Valentine Day saja Luwes BC mampu membuktikan bahwa juara tanpa kenal juri dan panitia pun bisa. Ini sudah dibuktikan pada semua even lokal, regional, dan nasional yang pernah diikuti Om Benny dan kawan-kawan. (Waca)
Penting: Burung Anda kurang joss dan mudah gembos? Baca dulu yang ini.