Om Agus Sanjaya termasuk salah seorang juri independen yang disegani di Blok Tengah, Blok Timur, Blok Barat, bahkan di Kalimantan Timur. Jam terbangnya sudah lumayan banyak, apalagi dia belajar menjadi juri sejak tahun 2003.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Tetapi tidak banyak kicaumania yang tahu proses kreatifnya sehingga bisa menjadi juri yang disegani. “Saya bisa begini karena mendapat banyak inspirasi dari Pak Budi Mik, juri senior di lingkungan PBI (Pelestari Burung Indonesia). Sampai sekarang, saya masih mengidolakan beliau,” ujar Om Agus.
Om Agus Sanjaya sering menulis artikel di omkicau.com, dengan topik sesuai dengan bidangnya yaitu soal kriteria penilaian lomba. Silakan cek beberapa artikel menarik hasil karyanya:
- Om Agus Sanjaya: Banyak pemain pemula tidak tahu penilaian lomba burung
- Kriteria penilaian cucak hijau: Karakter di lapangan dan isian yang membuat juri tertarik
- Bagaimana penilaian lomba burung di kelas lovebird
- 11 Poin penilaian kelas kacer dalam lomba burung berkicau
- Bagaimana penilaian kenari di kelas bebas
Om Agus Sanjaya sejak tahun 1988 sudah aktif menjadi peserta lomba burung kicauan. Saat itu baru ada satu event organizer (EO) lomba burung, yaitu PBI. Suatu ketika dia mengikuti lomba, dan salah seorang jurinya adalah Om Budi Mik.
Om Budi Mik sudah menjadi juri sejak awal 1980-an. Sosoknya yang kalem namun ramah membuat para peserta menaruh hormat kepadanya. Begitu pula yang dirasakan Om Agus Sanjaya. Bahkan Om Agus mulai tertarik mengamati bagaimana cara Om Budi Mik menjalankan tugasnya sebagai penilai burung-burung yang berlomba.
“Saya amati bagaimana cara berjalan Pak Budi di lapangan, bahkan pakaian yang dikenakannya. Saya masih ingat, setiap bertugas, Pak Budi selalu mengenakan pakaian rapi, dengan celana jeans, sepatu sporty warna hitam putih. Aura bijak dan wibawanya sangat kentara,” kenang Om Agus.
Yang lebih penting lagi, dia selalu mencermati bagaimana kinerja Om Budi Mik selama menjalankan tugasnya di lapangan. Semua terekam dalam memori Om Agus Sanjaya. Dia lalu menerapkan prinsip ATM (Amati, Tiru, Mencoba / Melakukan).
Akhirnya, Om Agus Sanjaya malah jarang datang ke arena lomba sebagai peserta. Dia datang sebagai penonton, atau lebih tepatnya ingin mengintip cara-cara juri memberi penilaian.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Pada saat bersamaan, dia mencoba menjadi “juri bayangan”, dengan ikut-ikutan mengamati kinerja setiap burung di gantangan masing-masing. Dari pinggir lapangan, dia pun melihat penampilan serta kinerja seluruh burung yang berlomba.
“Saya lalu membatin burung mana yang layak juara, kemudian pada akhir sesi mencocokkan apakah pilihan saya sama atau tidak dengan pilihan tim juri. Ternyata tebakan saya lebih sering tepat, jarang sekali meleset,” jelas Om Agus.
Om Agus Sanjaya belajar menjadi juri tahun 2003. Awalnya belajar di PJSI, kemudian IKPBS di bawah pimpinan Om Warjo (2006 – 2008). Beberapa kali ditanggap di luar kota, termasuk Pekalongan (even Dupan Cup).
Tahun 2011, Om Agus hijrah ke Balikpapan, Kalimantan Timur, dan menjadi juri di sana. Selanjutnya bertugas di Samarinda, dan sering menjadi juri dalam gelaran di Polder Air Hitam. Misalnya Green East Borneo, Iswahyudi Cup, dan lain-lain.
Sejak tahun 2014, Om Agus Sanjaya balik lagi ke Jawa, dan bergabung dengan Silobur (Sistem Inovasi Lomba Burung) pimpinan Om Yogi Prayogi. Dia sering ditugaskan menjadi juri di Blok Barat, Tengah, dan Timur. Misalnya Duta KM Cup III di Jakarta, Jawara Cup di Surabaya, Road to Silobur Cup Jepara dan Kudus, Muna Cup di Kudus, dan lain-lain.
Om Agus tak ingin menjadi kacang yang lupa kulitnya. Dia selalu mengingat Om Budi Mik yang sudah memberikan banyak ilmu dan inspirasi kepadanya soal penilaian lomba burung, sekaligus bagaimana seorang juri berpenampilan di lapangan.
“Saya sangat kagum terhadap Pak Budi Mik, baik mengenai skill, performa, fokus, eye-catching (enak dilihat), confident, dan lain-lain. Terimakasih Pak Budi Mik,” tutur Om Agus Sanjaya, yang suatu saat ingin berduet satu lapangan dengan Om Budi Mik.
Belum lama ini, Minggu 20 Desember 2015, dia bertemu Om Budi Mix dalam gelaran Piala Wali Kota Solo di Taman Balekambang. “Wah, senang sekali bisa bertemu dengan sang idola,” tandasnya. (OK-2)
Penting: Burung Anda kurang joss dan mudah gembos? Baca dulu yang ini.