Sudah dua tahun ini Om Raya (Raya SF) menjadi pemain lomba, dengan spesialisasi di kelas murai batu. “Selain persaingannya sangat seru, khususnya di Jabodetabek, murai batu memiliki prestise tersendiri,” ujarnya.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Sebagian besar jagoan andalannya merupakan murai batu ring, namun ada juga seekor murai batu ekor hitam. Meski burung hasil penangkaran, Om Raya juga kerap menurunkannya di kelas umum. Misalnya murai batu Mat Petir, yang beberapa kali menjuarai kelas ring dan kelas umum.
Dalam Final Road to Presiden Cup IV di Taman Burung TMII Jakarta (18/9), murai batu Mat Petir tampil sebagai juara 1 di Kelas Ring Konservasi, mengungguli beberapa gaco hebat lainnya seperti Anak Perkasa milik Om Septian (Gudang Peluru).
Mat Petir, murai batu berkode ring Mulyono BF 239, ini juga pernah masuk lima besar Kelas Royal BOB dalam even nasional Royal Cup 2016 di Lapangan Banteng Jakarta (24/7), bersaing menghadapi jawara-jawara dari berbagai daerah.
Ya, dalam even Royal Cup, kelas bergengsi ini dipenuhi beberapa murai batu terbaik nasional seperti Bravo, spesialis kelas bergengsi milik Om Cece (Jakarta), Maha Dewa andalan Om Sien Ronny SF yang dirawat Om Dedy JB di Jambi, dan Mata Angin milik Om Edy MKS (Surabaya) yang beberapa kali menjuarai even nasional.
Padahal, seminggu sebelumnya, Mat Petir sukses menjuarai Festival Mahakarya Konservasi Indonesia di Sentul, Bogor (17/7). Berbekal kemenangan dalam lomba-lomba besar inilah, Om Raya siap menurunkan kembali Mat Petir dalam Presiden Cup IV di Parkir Selatan Senayan Jakarta, Minggu (2/10) mendatang.
“Mat Petir dalam kondisi terbaik, apalagi masa mabungnya masih lama. Burung ini terakhir kali rampung mabung akhir Juni lalu,” jelas Om Raya ketika ditemui omkicau.com di rumahnya, kawasan Pondok Kopi, Jakarta Timur.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Karakter unik murai batu Mat Petir
Murai batu Mat Petir punya karakter unik, yakni cenderung latah. Karena itu, kalau makin ditekan lawan-lawannya di lapangan, burung ini justru akan tampil makin ngedan. Dia bakal membawakan materi lagu-lagu lawan-lawan di sekelilingnya, selain tetap mengeluarkan senjata andalanya sendiri.
Senjata uamanya adalah berondongan suara cililin dan lovebird yang panjang dan bertumpuk-tumpuk, dilanjutkan dengan lagu burung gereja, burung-madu (“kolibri”), dan perenjak. Durasi kerjanya juga mumpuni, rajin banget, didukung volume yang tembus dan gayanya yang ngeplay.
“Materi isian Mat Petir sebenarnya lengkap, meski yang paling dominan adalah tembakan cililin dan lovebird, serta suara burung perenjak. “Ketiga isian ini selaku dibawakannya bolak-balik, diselingi suara isian burung lainnya seperti kenari dan kolibri,” jelasnya.
Selain Mat Petir, Om Raya masih memiliki beberapa gaco andalan seperti Cicak Bin Kadal, Biang Kerok, Terajana, dan Salome; semuanya merupakan murai batu ring. Masih ada lagi Kamerun, murai batu ekor hitam yang juga menjadi andalannya. “Keenam murai ini, termasuk Mat Petir, sudah teruji prestasinya di lapangan,” tambah Om Raya.
Om Raya merawat sendiri murai batu Mat Petir
Dari keenam murai batu andalannya tersebut, hanya Mat Petir yang dirawatnya sendiri tanpa campur tangan joki / perawat. Sebab perawatan Mat Petir relatif simpel, sehingga tidak terlalu merepotkannya.
“Saya rawat Mat Petir sebelum berangkat ke kantor. Setiap pagi buka kerodong, lalu burung dianginkan sebentar, sambil diberi lima ekor jangkrik dan kroto segar,” jelas Om Raya.
Selanjutnya, burung dijemur sebentar, dengan durasi 30 – 60 menit. Usai dijemur, burung mandi. Setelah itu dimasukkan ke kandang umbaran. Sore hari, burung kembali diberi jangkrik dengan porsi yang sama (5 ekor).
Melalui artikel ini, Om Raya mengajak para muraimania lainnya untuk tidak ragu-ragu mengoleksi murai batu hasil penangkaran / ring. Sebab sudah banyak bukti bahwa murai ring pun dapat bersaing melawan murai-murai hasil tangkapan hutan. (d’one)