Ini kisah ironi tentang plasma nutfah yang semula hanya ada di Pulau Jawa, Madura, dan Bali, namun populasinya di kampung halamannya justru makin menipis. Sebaliknya sejumlah penggemar di mancanegara, terutama Eropa, saat ini justru berlomba-lomba memamerkan kesuksesannya dalam menangkar spesies tersebut. Itulah kisah sedih, pilu, soal burung gelatik jawa (Lonchura oryzivora).
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Postur tubuh gelatik jawa seukuran dengan kenari waterslager, yaitu sekitar16 cm. Paruhnya merah, dengan bercak putih mencolok pada pipinya dan menjadi salah satu ciri khasnya.
Dulu, burung dari keluarga Estrildidae ini sering dijumpai di pekarangan rumah, lahan pertanian, bahkan di wilayah perkotaan. Namun sekarang keberadaannya makin sulit ditemui, karena banyak ditangkapi untuk diperdagangkan.
Populasi gelatik jawa di alam liar saat ini diperkirakan hanya sekitar 1.500 – 7.000 individu dewasa. Penurunan ini diaebabkan makin meningkatnya perburuan liar untuk diperdagangkan, juga sering dibasmi karena dianggap hama bagi petani.
Karena populasinya yang makin menyusut, Badan Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN) telah menetapkan gelatik jawa dalam kategori Rentan (Vulnerable / VU) sejak tahun 1994.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Perburuan terhadap gelatik jawa dimulai sekitar tahun 1960-an. Saat itu kalangan petani menganggap gelatik jawa sebagai hama pertanian, karena kerap merusak dan memakan tanaman padi. Di alam liar, burung ini memang kerap terlihat bersama bondol peking (Lonchura punctulata) dan bondol haji (Lonchura maja), terutama ketika mencari makanan.
Puncak perburuan ini terjadi pada akhir dekade 1960-an hingga awal 1970-an. Kebiasaan burung gelatik jawa yang sering berkumpul dalam satu pohon menyebabkan mereka sangat mudah ditangkap secara massal, untuk kemudian diperdagangkan di pasar luar negeri.
Selain itu, adanya kompetisi ekologis dengan burung gereja (Passer montanus) juga menjadi salah satu penyebab makin menyusutnya populasi gelatik jawa di daerah persebarannya: Pulau Jawa, Madura, dan Bali.
Burung dengan penampilan memikat ini sering terlihat berkumpul dalam koloni besar di sebuah pohon yang tinggi dan besar. Mereka secara teratur akan menyerbu area persawahan dan ladang jagung.
Gelatik jawa memiliki kemampuan terbang yang cepat, dengan manuver yang sangat atraktif saat berpindah dari bulir padi yang satu ke bulir padi lainnya. Karena kemampuan itulah, nama gelatik jawa diabadikan pada pesawat terbang Wilga dengan julukan “pesawat gelatik:. Pesawat serbaguna buatan Polandia ini telah diproduksi sejak tahun 1962 hingga sekarang, bahkan generasi Wilga kedua dan ketiga dirakit di Indonesia.
Meski sudah jarang dijumpai di Pulau Jawa, gelatik jawa justru berkembangbiak secara pesat di sejumlah negara, terutama negara-negara Eropa seperti Belgia, Belanda, dan Inggris. Banyak peternak gelatik jawa di negara-negara tersebut.
Bukan sekadar mengembangbiakkannya, para breeder di Eropa juga sukses menciptakan ratusan strain baru gelatik jawa hasil mutasi warna. Sebagian hasil ternak mereka memang diperjualbelikan, namun sebagian lainnya sengaja dilepasliarkan agar bisa berkembangbiak di alam liar.
Ya, burung gelatik jawa justru “bahagia” di mancanegara, bukan di kampung halamannya. Suara gelatik jawa cukup unik. Beberapa iramanya bahkan bisa dimanfaatkan untuk masteran burung kicauan. Silakan buka kembali artikel berikut ini:
Penting: Burung Anda kurang joss dan mudah gembos? Baca dulu yang ini.