Sukses mencetak murai batu Tibra, Desarto BF Jakarta yang dikelola Om Bambang Gunarto bersama dua putranya makin kebanjiran order. Bahkan pembeli rela indent untuk mendapatkan adik-adik Tibra.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Tahun ini murai batu Tibra stabil mengukir sejumlah prestasi dalam even-even besar, antara lain BnR Award (juara 6), Muray Bird Champion (2), Piala Kota Hujan (5), dan lain-lain. Tibra mulai berprestasi sejak umur 6 bulan.
Siapa sebenarnya murai batu Tibra? Mengapa adik-adiknya jadi incaran para pemain murai batu? Tibra merupakan anak kedua dari murai batu Tiban. Sebelum dijadikan indukan, Tiban menjadi salah satu gaco andalan Om Bambang Gunarto di lapangan.
Namun karena sesuatu hal, murai batu Tiban tak memungkinkan lagi dimainkan. Akhirnya Om Bambang isen-iseng mencoba beternak murai batu, dan Tiban menjadi materi induk pertamanya.
“Saya carikan induk betina untuk dipasangkan dengan Tiban. Keduanya saya satukan dalam kandang umbaran biasa, bukan kandang ternak,” jelasnya.
Tanpa butuh waktu lama, keduanya mau berjodoh dan menghasilkan seekor anakan bernama Radin. Dalam periode berikutnya, pasangan ini kembali menghasilkan anakan, salah satunya Tibra.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Sekitar umur lima bulan, murai batu Tibra sudah menunjukkan bakatnya. Burung ini bahkan terlihat fight, ketika didekatkan dengan murai batu yang lebih tua. Suara isiannya sudah keluar.
Pada umur enam bulan, Tibra mulai dibawa ke lapangan.Ternyata mau tampil, bahkan juara pertama dalam even lokalan. Prestasinya berlanjut dalam berbagai even regional.
Akhirnya, setelah melewati masa mabung pertamanya, burung sudah bisa diturunkan dalam gelaran nasional dan meraih juara 2 dalam Muray Bird Champion kemasan BnR di Lapangan Banteng Jakarta.
Kini Tibra memasuki umur dua tahun. Materi lagunya kian komplet, mulai dari suara burung-burung kecil (rambatan, kenari, burung-madu), lovebird, cucak jenggot, hingga tembakan cililin serta cucak cungko.
Kesuksesan murai batu Tibra membuat banyak pemain mengincar adik-adik Tibra. Artinya, kandang Tiban menjadi favorit pembeli. Hingga berita ini diturunkan, sudah ada 19 pembeli yang indent.
Jumlah pasangan induk yang dimiliki Desarto BF memang belum terlalu banyak. Namun hal itu justru bisa membuat Om Bambang dan kedua putranya lebih fokus mengelola ternak murai batunya.
Ada 10 petak kandang ternak yang tampak bersih dan tertata rapi di teras belakang rumahnya, Jalan Kebagusan Wates No 54 (belakang SMPN 175), Jagakarsa, Jakarta Selatan (WA 081 383 10 2605).
Setiap petak kandang berukuran lebar 1,2 cm, panjang 2 meter, dan tinggi 2,5 meter. dengan lantai pleseteran. Bagian depan kandang ditutup kawat ram. Kandang dilengkapi kotak sarang, bak mandi, dan tempat pakan.
Untuk memacu produktivitas indukan, pakan jangkrik diberikan sebanyak-banyaknya, diselingi kroto secukupnya dan cacing tanah, terutama saat induk sedang mengasuh anaknya.
Apabila sudah menetas, anakan murai dibiarkan bersama induknya sampai berumur 6-7 hari. Setelah itu dipanen, sekaligus dipasangi ring Desarto BF, dan ditempatkan dalam kandang pembesaran.
Khusus Tibra belum sempat dipasangi ring. “Karena waktu itu kan hanya iseng-iseng beternak, belum fokus seperti sekarang. Jadi nggak sempat dipasangi ring,” tambah Om Bambang.
Penanganan anakan murai batu sebelum dipasarkan
Pada umur 1 bulan, trotolan murai batu disatukan dalam kandang ombyokan bersama trotolan yang lain. Kandang ombyokan sengaja diletakkan di depan kandang induk, untuk melatih mentalnya agar terbiasa mendengar suara induk jantan.
“Jadi, murai batu sejak anakan sudah terbiasa mendengar suara tembakan murai jantan dewasa. Ya, cara ini cukup efektif untuk melatih mental trotolan murai batu,” kata Om Bambang.
Setelah berumur 2 bulan, trotolan mulai diperkenalkan dengan kandang umbaran. Memasuki umur 3 bulan, trotolan murai batu ditempatkan dalam sangkar terpisah, ditempel dengan burung-burung masteran.
Desarto BF juga memiliki perlakuan khusus terhadap setiap pasangan induk yang ada. Apabila sudah berproduksi sampai lima periode, pasangan induk perlu diistirahatkan dulu.
Induk betina dan induk jantan untuk sementara dipisahkan dalam kandang tersendiri. Selama masa istirahat, induk jantan dan betina harus rutin dijemur. Setelah itu diangin-anginkan sejenak, lantas sangkarnya dikerodong penuh.
“Masa istirahat bagi pasangan induk cukup satu minggu saja. Selanjutnya, induk jantan dan betina ini kembali disatukan dalam kandang ternak,” jelas Om Bambang.
Harga trotolan murai batu produksi Desarto BF bervariasi, paling murah Rp 6 juta / ekor. Tapi khusus trah Tiban, alias adik-adik Tibra, harganya tentu lebih mahal dan pembeli harus rela indent. (d’one)
Penting:Â Burung Anda kurang joss dan mudah gembos? Baca dulu yang ini.
Komentar Terbaru