Breeding murai batu Sultan BF Bandarlampung –Menjadi pegawai negeri sipil (PNS) sudah menjadi cita-cita Om Reza sejak dulu. Hal ini tidak terlepas dari para pendahulunya yang juga bekerja sebagai PNS.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Tetapi Om Reza mewarisi pula “darah pedagang” dari ibunya. Jiwa kewirausahaan melekat kuat pada dirinya. Hobinya bermain burung kicauan, khususnya murai batu, menjadi ajang wirausahanya untuk menambah penghasilan.
Tak hanya beternak murai batu, Om Reza juga punya usaha lain, yakni jual-beli tanaman bonsai. Kedua bisnis tersebut dibingkainya dengan nama Sultan Bird Farm and Bonsai.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Kali ini, omkicau.com akan mengulas khusus breeding murai batunya. Sebagaimana penangkar murai batu pada umumnya, Om Reza semula aktif main di berbagai lomba burung kicauan. Akhir 2016, dia mencoba membuka penangkaran murai batu.
Dengan demikian, usaha penangkaran murai batu Sultan BF sebenarnya baru berjalan setahun lebih sedikit. Jumlah induk yang dimilikinya pun belum begitu banyak, yakni delapan pasangan induk.
Setiap pasang induk menempati petak kandang berukuran 3 m x 1,2 m dengan tinggi 3 meter. Petak-petak kandang ini dibangun sedemikian rupa, sehingga sinar matahari pagi bisa masuk ke dalamnya, dan sirkulasi udara berjalan lancar.
Sebagian besar induk jantan merupakan burung berprestasi, atau setidaknya berasal dari trah juara. “Induk jantan harus berumur dewasa, minimal sudah tiga kali mabung. Kalau induk betina berumur setahun lebih.
Pakan indukan berasal dari bahan-bahan alami seperti kroto, cacing, dan ikan citul. Ketika telur-telur menetas, maka anakan murai batu akan dirawat induknya sampai berumur 25 hari.
Cara seperti ini sangat menghemat tenaga, karena Om Reza tidak perlu bersusah-payah melolohnya. Terkadang, begitu disapih dari induknya, trotolan murai batu sudah dibeli pelanggan. Ada juga yang dijual setelah berumur 1 bulan lebih.
Harga trotolan murai batu produk Sultan BF bervariasi, mulai dari Rp 2,5 juta hingga Rp 3,5 juta per ekor, tergantung kualitas dan silsilah induknya.
Trotolan murai batu produksi Sultan BF tak hanya diminati para kicaumania di wilayah Lampung saja. Pasalnya, sudah beberapa kali Om Reza mengirim pesanan hingga Sumatera Selatan, bahkan sampai ke Bandung.
Meski belum lama berdiri, omzet Sultan BF cukup “wah” juga. Rata-rata mencapai Rp 15 juta hingga Rp 25 juta per bulan. Angka ini jelas jauh lebih besar daripada penghasilannya sebagai PNS.
Tetapi, kata Om Reza, tidak mudah untuk menghasilkan rupiah dari beternak murai batu. Diperlukan ketekunan, keuletan, dan kesabaran tersendiri.
Berbagai kendala pernah dihadapinya, mulai dari kegagalan dalam proses penjodohan, anakan yang mati dihajar induknya sendiri, hingga kandang dibobol maling. Tetapi semua itu dianggapnya sebagai konsekuensi usaha. (neolithikum)
Breeding murai batu Sultan BF
Alamat: Kompleks PLN, JalanKebersihan Gg Lisna No 85
Sukadana Ham, Tanjung Karang Barat, Bandarlampung.