Secara logika, memang kenari kecil lawan burung bongsor memang kalah. Mulai volume, mental juga lagu. Jadi wajar bila burung kecil hampir pasti kalah melawan burung besar. Senada diungkapkan Om Mac komandan KMYK. “Emang burung kenari lokal sudah sangat kewalahan kalau harus ditrek langsung melawan kenari F1 dan seterusnya, terbukti selama ini yang dominan juara ya kenari-kenari bongsor, minimal AF.”
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Kondisi makin diperburuk dengan peran juri di lapangan. Sudah menjadi keluhan massal para kicaumania. Sejak sesi kenari dimulai juri “tidak menganggap” burung kecil. “Ketika burung bongsor di dekatnya kurang kerja, harusnya burung kecil yang lebih nampil, dengan variasi lagu yang tidak kalah, bisa unggul dong. Kan cuma kalah volume saja. Jelas lebih rajin kok, tapi tetap saja kalah.”
Begitulah keluhan peserta yang mempunyai jagoan kecil. Dicko Gembul, mengaku tak yakin juri sengaja mengesampingkan burung keci. “Sebenarnya bukan tidak diperhatikan, tapi untuk volume dan kualitas burung, saat ini memang yang bagus burung besar, apalagi burung besar umumnya juga dimaster.”
Maaf menyela, kalau burung Anda kondisi ngoss terus dan pengin jadi joss, gunakan TestoBirdBooster (TBB), produk spesial Om Kicau untuk menjadikan burung ngoss jadi joss...
Melalui proses waktu, hingga kemudian terbentuk pendapat bahwa kenari yang layak menang yang bongsor, warna cerah, dan seterusnya yang seperti disebutkan di bagian awal tulisan ini.
Selanjutnya, burung-burung kecil pun mulai tersingkir di arena lomba. Mereka menjadi minoritas. Harga burung-burung kanari lokal pun kemudian merosot. Begitulah gambaran umumnya.
Hingga kini, pakem penilaian di PBI, Papburi, atau EO lain tak ada faktor ukuran postur besar atau kecil. Wahyu, juri senior PBI dari Tangerang menegaskan hal ini.
“Sebenarnya kenari kecil atau apa pun istilahnya tidak kalah kualitas dengan kenari besar,” kilahya.
Tapi, katanya, penggemar sepertinya lebih merasa puas dan mantap, juga lebih enak dilihat, kalau ukurannya lebih gede.
Faktor trend juga ada pengaruhnya. Dari sisi bisnis, yang ukuran kecil sekarang dianggap kurang menggiurkan. Soal pakem penjurian sebenarnya sama, hanya saja kalau irama lagu merasa kurang dihargai, sebabnya karena sekarang kenari kecil adalah minoritas, jadi yang juara pasti yang gede.
Tedi, penggemar kenari dari Salatiga juga mengungkapkan, seharusnya kenari kecil juga bisa menang melawan kenari gede, asal unsur-unsur pakemnya memang sesuai dan bisa bersaing dengan yang besar, seperti variasi lagu, volume dan durasi kerja. Keliru kalau sampai juri tidak mau melirik burung kecil.
Likin pengorbit kenari dari Klaten pun mengiyakan pendapat Tedy.
“Memang faktanya ada segelintir juri yang tampak jelas tidak mau menghargai kenari kecil, tapi itu mungkin juri yang belum tahu pakem penilaian. Namanya lomba burung berkicau, yang dilombakan itu kan kicauan atau suaranya, bukan ukuran tubuhnya, juga bukan warnanya.”
Pungky, salah satu kirmaster kenari yang sedang naik pamornya di Jogja, memberikan pendapat yang lebih jelas. ”Pokok permasalahan kembali ke juri (semua EO). Yang ditakutkan mereka seumpama kenari kecil pamornya naik, otomatis para breeder kenari (bongsor) akan kelimpungan karena harga kenari akan jadi stabil atau murah. Media juga ikut berperan di sini. Kalau publikasi media mau jujur, juri juga jujur, mungkin pamor kenari lokal bisa naik daun lagi. (Bersambung)
Artikel terkait:
- Kenari kecil vs bongsor (1): Pasar lokal “dijegal”, trend disetir importir?
- Kenari kecil vs bongsor (2): Mengejar trend dan gengsi
- Kenari kecil vs bongsor (3): Klasifikasi kenari sumir dan rancu
- Kenari kecil vs bongsor (4): Lokal lebih rajin dan gampang tampil
- Kenari kecil vs bongsor (5): Juri enggan melirik kenari lokal?
- Kenari kecil vs bongsor (6): Para EO & kenari mania sepakat kelas dipisah
Penting:Â Burung Anda kurang joss dan mudah gembos? Baca dulu yang ini.
lha tu bukti nyata burung ane,jelas kerja dari awal mpe akhir ,anteng,bahkan yg nonton pun jd bingung ko ga juara ya..??
yg nonton aja bingung apalagi ane,malah ada yg bilang ”apesmu mas..mas!! sing sabar”
inilah bangsa kita lbh mencntai produk bgsa laen..gmn negara bs mju klw mw main burung sja hrus yg impor atw yg bau2 impor..biar jlek produk sndri coy..
kenari kan emang bukan burung dari indonesia asli to om kayaknya ?