Ada yang berbeda antara even Liga Sumatera 2013 dan lomba burung lainnya. Meski Liga Sumatera merupakan even yang bisa dibilang paling akbar di Sumatera, panitia sengaja tidak membuka kejuaraan single fighter (SF). Semua diarahkan untuk bergabung dalam bird club (BC) yang mewakili provinsi masing-masing. Even ini sudah merampungkan seri pertamanya di Medan, 24 Maret lalu. Seri kedua akan berlangsung di Musi Rawas, Sumatera Selatan, Minggu, 21 April mendatang.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Mengapa peserta tidak boleh mengibarkan bendera SF masing-masing, dan mengapa pula harus bergabung dalam BC atau tim yang mewakili provinsi? “Ini memang dimaksudkan agar peserta dari satu provinsi bisa kompak bersatu, bukan malah bersaing sendiri-sendiri. Sebab ini kompetisi antar-provinsi, sehingga mereka akan terus berusaha datang ke semua (7) seri Liga Sumatera,” ungkap Andre, salah seorang panitia.
Hal yang sama juga ditekankan Ketua BnR Wilayah Sumatera, Muhammad Khadafi, yang juga penggagas Liga Sumatera 2013. Sejak putaran pertama di Medan yang dijubeli peserta, persaingan memang terjadi di antara BC-BC yang mewakili provinsi masing-masing.
Siap tampil full team
Dalam seri kedua Liga Sumatera 2013 di Musi Rawas (21/4) nanti, sejumlah provinsi sudah memastikan hadir secara full team, seperti Bengkulu Team, Jambi Team, serta Lampung Team. Yayan dan Isyap, koordinator untuk Bengkulu Team, ketika dikonfirmasi omkicau.com membenarkan bakal turun dengan kekuatan penuh.
“Ya, untuk seri di Musi Rawas dan putaran selanjutnya, kami berusaha tampil full team dengan kekuatan terbaik, dan berharap bisa meraih predikat BC terbaik. Itu harapan kami. Kami sadar, lawan-lawan tidak enteng, terutama di kelas utama kacer dan murai batu. Selalu sulit memprediksi kelas ini, sebab jagoan-jagoan yang bertanding memiliki kualitas merata, dan hampir setiap provinsi memiliki burung andalan yang hebat-hebat,” kata Yayan.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Khadafi memastikan semuanya akan berjalan sesuai dengan koridor fair play. “Kami di BnR sudah punya standar dan pakem dalam penilaian. Semua mengacu pada kinerja, kualitas, dan materi burung saat tarung di lapangan. Jadi juri tak akan melihat siapa pemiliknya. Insya Allah, itu sudah harga mati bagi kami,” tandasnya. (Waca Jogja)
Selamat berlomba
—
Penting: Burung Anda kurang joss dan mudah gembos? Baca dulu yang ini.