Untuk mengisi kelangkaan informasi tentang penangkaran atau breeding burung cendet, Om Kicau membuat gambaran awal mengenai bagaimana mengenali karakter dan perilaku cendet dalam penangkaran. Sebab, sampai saat ini sulit sekali mendapatkan informasi penangkaran burung cendet di Indonesia. Beberapa ilmuwan di dalam dan luar negeri pernah melakukan penelitian mengenai breeding cendet, yang sebagian jadi sumber inspirasi artikel ini.

Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.

Pengenalan karakter, perilaku, dan kebiasaan burung cendet / pentet / toet (Lanius schach) selama menjalani proses reproduksi atau berkembang biak ini akan menjadi bekal penting bagi Anda yang ingin menangkarkan burung ini.

Sebab, menjadi sebuah ironi, ketika hampir seluruh cendet yang kita pelihara dan / atau dilombakan adalah hasil tangkapan alam. Sulit menemukan cendet hasil penangkaran yang dipelihara sobat-sobat kicaumania dan para pemain di lapangan.

Jika kondisi ini tak segera diubah, entah 5-10 tahun lagi, populasi cendet di alam liar pasti makin menipis, dan lama-lama habis. Itu sebabnya, Om Kicau merasa perlu membuat panduan ini untuk merangsang sobat-sobat yang selama ini sudah menekuni breeding burung, untuk ikut memikirkan penangkaran burung cendet.

Salah satu kunci keberhasilan dalam penangkaran burung, apapun jenisnya, adalah mengetahui karakter serta kebiasaan mereka saat berkembang biak. Karena itu pula, Om Kicau akan mengulas bagaimana karakter dan perilaku burung fighter ini.

Peta persebaran cendet di dunia

Cendet yang dimaksud dalam artikel ini adalah spesies yang memiliki nama resmi bentet kelabu / long-tailed shrike (Lanius schach), yang paling banyak dipelihara kalangan cendetmania serta sering dilombakan. Spesies ini termasuk dalam keluarga Laniidae.

Selain bentet kelabu, di Indonesia terdapat tiga spesies lain yang termasuk dalam keluarga Laniidae, yaitu :

  • Bentet loreng / tiger shrike (Lanius tigrinus), atau kerap disebut cendet macan
  • Bentet cokelat / brown shrike (Lanius cristatus)
  • Tiongbatu kalimantan / bornean bristlehead (Pityriasis gymnocephala)

Berikut ini peta persebaran cendet / bentet kelabu (Lanius schach) di seluruh dunia. Nama-nama yang tertulis adalah nama subspesies / ras. Jadi, kalau dalam peta ini disebutkan bentet, itu berarti Lanius schach bentet, dengan wilayah persebaran Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sunda Kecil (Nusa Tenggara), dan Semenanjung Malaysia.

Secara keseluruhan terdapat 9 ras bentet kelabu, dengan wilayah persebaran seperti terlihat pada peta di bawah ini :

Peta wilayah persebaran ras burung cendet di dunia.

—-

Perilaku dan karakter burung cendet

Cendet sedang menancapkan burung emprit pada duri.

Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.

Meski memiliki penampilan tenangm cendet merupakan predator kecil alias burung pemangsa. Mereka dikenal sangat ahli berburu, dengan gaya akrobatiknya dalam mengejar buruannya.

Bentuk tubuhnya yang rampingmemudahkan cendet menukik dan melakukan akselerasi ketika mengejar buruannya seperti burung – burung kecil ataupun belalang di udara.

Yang membedakannya dari jenis predator lainnya, setelah berhasil memperoleh buruannya, cendet akan menancapkan mangsa pada duri-duri tajam, kemudian menyantapnya.

Hewan buruan menjadi makanan empuk adalah kadal, katak, tikus dan burung-burung kecil seperti emprit. Hal ini dilakukan selain untuk memudahkannya dalam merobek mangsa, juga sebagai tempat penyimpanan bahan makanan mereka, sekaligus tanda pemberitahuan wilayah kekuasaan / teritorialnya.

Melihat sifat dan karakter aslinya itulah, banyak cendetmania yang memberi terapi untulan, baik burung kecil maupun hewan lainnya, untuk membangkitkan kembali kondisi mental cendet ketika ngedrop / stres.

Cendet juga memiliki kebiasaan memuntahkan ampas / sisa-sisa makanan yang tidak bisa dicernanya seperti kulit yang keras (eksoskeleton) dari invertebrata, bulu burung atau mamalia dan tulang. Pakan yang tak bisa dicerna akan dimuntahkan sekitar 1 jam setelah memakannya.

Bentuk muntahan yang keluar dari pencernaan cendet.

—-

Hal yang sama berlaku pada burung cendet dalam sangkar, di mana mereka kerap memuntahkan makanan, setelah memakan voer atau jenis pakan lainnya.

Perkembangbiakan burung cendet

Di alam liar, burung cendet akan berkembang biak pada musim panas. Namun untuk burung yang diternak di kandang penangkaran, musim kawin bisa terjadi kapan saja sepanjang burung jantan dan burung betina sama-sama birahi, dan ini memerlukan asupan pakan berprotein tinggi.

Pemberian suplemen khusus untuk burung penangkaran, misalnya BirdMature, juga bisa membuat indukan cendet bisa menjalankan reproduksi tanpa tergantung pada musim.

Burung cendet sedang menyantap mangsanya.

—-

Untuk memulai penangkaran, setidaknya Anda harus mempersiapkan kandang penangkaran dan induk jantan serta induk betina yang sudah terseleksi.

Usahakan kedua calon induk sudah berumur 1 tahun atau lebih, agar lebih siap kawin. Selain itu, cendet yang sudah dewasa  / mapan bisa meminimalisasi kemungkinan munculnya perilaku tak terduga dari cendet muda saat hendak dijodohkan.

Sexing atau membedakan jenis kelamin burung cendet memang gampang-gampang susah, karena baik jantan dan betina memiliki warna bulu dan penampilan yang hampir sama. Namun ada beberapa metode yang dapat membantu dalam melakukan sexing. Silakan buka kembali panduannya di sini.

Kandang penangkaran burung cendet

Di alam liar, cendet membangun sarang dalam rimbun dedaunan pada pohon. Jika mau menangkar, Anda bisa menggunakan kandang aviary. Sebab hingga saat ini belum ada catatan mengenai penangkaran cendet dalam kandang soliter, apalagi sangkar gantung.

Dapatkan aplikasi Omkicau.com Gratis...

Kandang aviary perlu didesain agar memberi kesan alami, dengan memasukkan beberapa tanaman berdaun rindang di dalam kandang.

Beberapa penangkar cendet di luar negeri menggunakan kandang berukuran sangat luas. Ini bisa dimaklumi, karena tujuan menangkar untuk tujuan konservasi. Dengan menggunakan kandang sangat luas, diharapkan burung tetap memiliki sifat dan naluri aslinya. Jika sudah dewasa, burung hasil penangkaran ini dilepasliarkan ke alam bebas.

Bentuk kandang penangkaran dan tempat sarang.

—-

Sarang burung cendet di alam liar berbentuk seperti mangkuk terbuka, dengan ukuran besar dan lebar, yang diletakkan di pohon pada ketinggian kurang dari 5 meter. Sarang ini dibangun dengan menggunakan beberapa bahan sarang seperti daun bambu, rumput kering, ranting, dan terkadang menggunakan bahan sintetis yang ditemukannya seperti rafia.

Dalam penangkaran, tempat sarang sebaiknya menggunakan bahan rotan atau besek yang dapat diselipkan di antara ranting tanaman yang ada dalam kandang. Bisa juga menggunakan tanaman buatan yang ditempelkan pada tempat bersarang mereka (besek / rotan  , sehingga cendet menganggap sarang tersebut aman dan layak digunakan. Masukkan beberapa bahan sarang di dalamnya, dan sebagian lagi disebar di lantai kandang.

Proses penjodohan burung cendet

Sebelum memulai penangkaran, terlebih dahulu harus menjodohkan sepasang burung cendet. Adapun proses perjodohannya sama seperti cara menjodohan jenis burung kicauan lainnya.

Pose burung betina (kiri) saay mendengar kicauan jantan.

Secara umum, cendet yang sudah birahi bisa terlihat dari penampilan dan gayanya, yang dikenal dengan sitilah nagen. Cendet jantan terlihat sering menegakkan tubuh dan kepalanya sambil berkicau di depan burung betina. Burung betina akan menanggapinya dengan sesekali menurunkan sayap dan menggetar-getarkan kedua sayapnya alias ngleper..

Burung cendet adalah burung teritorial sepanjang tahunnya. Di luar masa berkembang biak. setiap individu burung akan selalu menjaga wilayahnya. Namun pada musim bekembang biak / kawin, sifat teritorialnya beralih ke penjagaan sarang saja.

Karena itu, tidak jarang dalam satu wilayah terdapat beberapa pasangan induk cendet yang berkembang biak. Namun, lokasi sarang yang terlalu berdekatan bisa memicu konflik di antara mereka.

Potensi konflik makin besar jika pasangan induk mulai tidak akur lagi, misalnya karena salah satunya “pindah ke lain hati”. Masalah ini umum terjadi dalam dunia hewan, di mana burung betina bisa mempunyai lebih dari seekor pejantan (baca artikel Burung betina sering selingkuh).

Karena itu, dalam penangkaran cendet, hindari menggantung burung sejenis di sekitar kandang penangkaran, untuk meredam konflik dan keributan di antara mereka. Penggunaan dinding samping dari tembok, seperti pada kandang murai batu, bisa mencegah potensi konflik.

Pakan indukan selama di penangkaran

Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi, khususnya protein, maka pada hari-hari pertama burung berada dalam penangkaran, berikan pakan hidup dalam jumlah cukup. Usahakan pakan hidup itu adalah sesuatu yang sering dikonsumsi burung di alam liar.

Kalau cendet peliharaan bisa diberi extra fooding (EF) seperti jangkrik, kroto, dan ulat hongkong, maka cendet dalam penangkaran sebaiknya diberi  pakan hidup yang bervariasi. Beberapa allternatif pakan hidup yang bisa diberikan adalah :

  • Kadal kecil dan orong-orong
  • Tikus kecil / tikus anakan ( bisa diberikan selama induk meloloh anaknya )
  • Serangga seperti jangkrik dan belalang hijau.
  • Katak dan ikan kecil seperti cere atau guppy.

Perilaku cendet saat berkembang biak

Telur cendet.

Selama berkembang biak, induk jantan dan betina bahu-membahu dalam membangun sarang. Kemudian indukan betina akan bertelur sebanyak 4 – 6 butir telur, yang hanya dierami induk betina selama 13 – 16 hari.

Apabila anakan sudah menetas, berikan jangkrik, belalang hijau, dan anak tikus kepada burung induk, yang sebagian akan digunakannya untuk meloloh anak-anaknya.

Anakan cendet mulai keluar sarang setelah umur 14-19 hari. Mereka tetap dalam perawatan indukannya hingga 1-2 bulan kedepan. Apabila ingin merawatnya sendiri, Anda bisa menyapihnya saat berumur 1 bulan.

Namun, untuk tahap awal breeding, biarkan anakan tetap dalam perawatan induknya sampai umur 2 bulan, karena akan lebih aman. Jika breeding sudah berjalan lancar, bolehlah memperpendek masa penyapihan pada umur 1 bulan.

Kalau sudah mahir lagi, Anda bisa menyapihnya pada umur 1-2 minggu, dengan teknik pelolohan yang dapat dilihat pada dua referensi berikut ini:

Yang perlu diperhatikan, jangan menyapih anakan ketika sudah berumur lebih dari 2 bulan. Sebab induknya, terutama jantan, akan merasa terganggu oleh keberadaannya, bahkan tega membunuh anaknya sendiri (sungguh teganya… teganya… teganya…).

Jika sudah disapih, maka cendet-cendet trotolan ini akan menjalani perawatan khusus, yang panduannya bisa dilihat pada artikel Tips perawatan cendet trotolan.

Jika bisa memperoleh trotolan, sukseslah penangkaran Anda.

—-

Itulah beberapa tips mengenai pengenalan karakter burung cendet dalam penangkaran, beserta panduan awal mengenai teknis penangkarannya. Hanya satu tujuan Om Kicau menulis artikel dan panduan ini, yaitu segera muncul penangkar-penangkar cendet di Indonesia, agar tak kalah dari rekan-rekan kicaumania di India yang sudah mampu melakukannya.

Hanya melalui penangkaranlah, kelak kita masih bisa memelihara burung cendet dalam sangkar, atau melihat dan menurunkan cendet dalam lomba burung berkicau. Tanpa penangkaran, percayalah suatu saat anak-cucu kita hanya bisa melihat cendet dari gambar atau dokumentasi video di youtube.

dan menjadi inspirasi bagi Anda.

—-

Cara gampang mencari artikel di omkicau.com, klik di sini.