Kisah keberhasilan Om Alamsyah Lazuardi, atau kerap disapa Kimseng, sebagai breeder murai batu terbilang unik. Dua tahun silam, akunting salah satu perusahaan perkebunan kelapa sawit di Jakarta ini diberi cenderamata seekor ciblek oleh rekan kerjanya. Ciblek dipeliharanya hingga jadi dan rajin bunyi. Inilah awal mula Om Kimseng mencintai dunia burung, yang lalu mengantarnya sebagai penangkar sukses murai batu di Bekasi.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
“Ciblek pemberian rekan itulah awal mula saya memelihara burung, dan membuat saya jatuh cinta pada dunia burung kicauan,” kata dia.
Dari ciblek, Om Kimseng mulai melirik bisnis penangkaran murai batu. Dia belajar breeding dari H Fahmi, penangkar cucakrawa dan murai batu yang lebih dulu sukses.
“Akhirnya, beliau menjadi guru saya dalam menangkar murai batu hingga berhasil saat ini,” jelasnya yang kini mengelola Kimseng Bird Farm (BF), penangkaran murai batu berkualitas di Bekasi.
Ada beberapa pesan H Fahmi yang sampai sekarang tetap dipegangnya. Misalnya, selama beternak jangan pamrih dalam memberi pakan burung. Berikan dengan ikhlas.
“Itung-itung ibadah memberi makanan kepada makhluk Tuhan. Kalau kita mengurusnya secara benar, dan kebutuhannya dipenuhi, pasti burung rajin berkembang biak,” tuturnya, menirukan pesan sahabatnya ini.
Begitu juga keberadaan semut yang kerap mengganggu produktivitas burung, terutama mengganggu piyikan yang baru menetas.
“Kata Ustad Fahmi, itu tak perlu dikhawatirkan. Otak kita lebih besar daripada otak semut. Masih banyak jalan keluarnya untuk mengatasi semut,” tambah Om Kimseng.
Pesan-pesan penuh makna inilah yang membuatnya tetap semangat mengembangkan penangkarannya. Tak terasa, dari 14 kandang yang dibangunnya, lima pasang indukan sudah rajin produksi, bahkan nyaris tanpa henti.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Untuk menambah materi indukan, Om Kimseng rajin hunting pejantan dari rekan-rekan penghobi burung. Biasanya dia membeli murai batu jantan yang sudah berprestasi, meski hanya di ajang latberan. “Induk jantan yang kita gunakan semuanya sudah berprestasi. Adapun sebagian besar induk betina menggunakan anakan dari Ustad Fahmi,” lanjutnya.
Boleh jadi, Om Kimseng lebih mempercayakan materi indukan betina dari hasil breeding sahabatnya ini. Sebab H Fahmi, pemilik Royhan BF, selalu menyediakan produk yang semuanya berasal dari trah juara. Terbukti, anakan produksinya juga berkualitas bagus.
Lazimnya penangkaran murai, extra fooding (EF) seperti jangkrik sangat menentukan produktivitas indukan. Untuk itu, Om Kimseng memberinya puluhan ekor jangkrik, sedikit kroto segar, dan cacing untuk pasangan induk yang siap kawin.
Selain itu, dia menambah beberapa ikan cere atau ikan-ikan kecil yang banyak hidup di saluran air. “Oh ya, saya juga mengunakan BirdMature produk Om Kicau secara rutin, dan terbukti berhasil,” jelasnya.
Kandang yang digunakan dibuat permanen di kediamannya, kawasan Jatibening I, Pondok Gede, Bekasi. Konstruksi kandang tertutup, hanya bagian depan dan separuh atasnya yang dibiarkan terbuka.
Kandang berukuran 1,5 x 1,5 m2 dan tinggi 3 meter. Lantai tanah, tetapi dilapisi pasir. Bak mandi dan pepohonan dalam pot juga disediakan di dalam kandang. Tanaman yang digunakan sejenis beringin, binahong dan pohon sirih. “Fungsinya untuk suplai oksigen saja. Sirkulasi udara menjadi lebih nyaman dan alami,” katanya.
Bak mandi harus selalu diisi air bersih. Keberadaan sarana mandi ini membuat pasangan induk merasa lebih nyaman dan menjadi produktif.
Pada saat cuaca panas, terutama siang hari, burung lebih sering mandi. “Bak mandi saya tempatkan di lantai, ada juga yang ditempel di tembok kandang. Adapun pepohonan kecil ditempatkan dalam pot, itu sudah bisa membuat suasana lebih sejuk,” tambah Om Kimseng.
Panen anakan murai batu umur 7-8 hari
Anakan yang menetas baru dipanen umur 7-8 hari, kemudian ditempatkan dalam boks atau kotak sarang yang dilengkapi lampu penghangat.
“Seminggu setelah anakan dipanen, pasangan induk akan kembali berproduksi. Rajinnya indukan berproduksi antara lain karena disokong BirdMature,” jelasnya.
Selama masih di boks, anakan diberi adonan voer dicampur jangkrik halus yang sudah dibersihkan. Perawatan dilakukan hingga anakan belajar makan sendiri (sekitar umur 28 hari), selanjutnya dipasangi ring Kimseng.
Ternyata di sela-sela kesibukannya sebagai akunting, Om Kimseng masih bisa mengurus penangkaran murai batu. Pesanan pun mengalir tiada henti. Produknya benar-benar laris manis.
Berapa harganya, Om? “Untuk anakan yang masih trotalan sekitar dua hingga tiga juta per ekor. Itupun tak pernah nyisa, baru bertelur sudah di-inden,” tandasnya. (d’one)
Penting:Â Burung Anda kurang joss dan mudah gembos? Baca dulu yang ini.