Beberapa spesies burung parasit memiliki misi khusus saat berkembang biak. Mereka tak mau mengerami telur-telur yang dihasilkannya, tetapi menitipkannya pada burung lain yang menjadi inangnya. Jika misinya ditolak, di mana si inang tidak mau dititipi telur untuk dierami, burung parasit akan berperilaku seperti mafia. Wah, kok bisa gitu ya? Tetapi itulah hasil penelitian yang dilakukan Max Planck Insitute for Evolutionary Biology belum lama ini.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Para peneliti menemukan hubungan ini mirip dengan sekelompok mafia yang boleh menjalankan bisnisnya sendiri asalkan selalu membayar iuran.
“Kami menguji dan mengkonfirmasi hipotesis mafia yang cukup kontroversial di kalangan ilmuwan,” kata Maria Abou Chakra, ketua tim peneliti sekaligus penulis hasil penelitian ini.
Dalam hipotesis mafia disebutkan, burung parasit akan menunjukkan perilaku agresif seperti menghancurkan telur milik inangnya, jika telur burung parasit ditinggalkan atau tidak dierami oleh burung inang tersebut.
“Perilaku ini mirip dengan praktik pemerasan pada kehidupan segelintir manusia yang hidup dalam kelompok mafia atau gangster. “Burung parasit akan memaksa inangnya untuk bekerja sama. Mereka tidak memberikan pilihan pada burung inang. Jika misinya ditolak, burung parasit akan memberikan balasan keji terhadap burung inang. Jadi, inang mau tak mau harus merawat telur milik burung parasit,” kata Abou Chakra.
Para peneliti dari Max Planck Insitute for Evolutionary Biology menambahkan, burung inang juga menyadari risiko yang bakal diterimanya jika mereka menolak dititipi telur-telur milik burung parasit. Itu sebabnya, selama ratusan atau bahkan ribuan tahun lalu, mereka terpaksa harus mau diajak bekerja sama, yaitu mengerami telur-telur burung parasit yang dititipkan ke sarangnya.
“Beberapa burung inang mencoba membuang telur asing (milik burung parasit) yang ada dalam sarangnya. Tapi jika burung parasit tahu, maka sarang si inang akan dihancurkan. Akhirnya, burung inang dipaksa harus mau menerima telur-telur dari burung parasit tersebut, termasuk merawatnya jika sudah menetas,” kata Abou Chakra.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Untuk menguji hipotesis ini, para peneliti mengembangkan model matematika dalam risetnya. Dari situ terungkap, burung parasit meletakkan tidak lebih dari 1 butir telur ke dalam sarang burung inang, yang membuat burung inang mungkin mau menerima atau bahkan menolaknya.
Tapi sebuah model yang lebih kompleks menawarkan lebih dari 1 butir telur ke dalam sarang burung inang, sehingga burung bisa membuang salah satu telur, dan hanya merawat satu telur yang dititipkan burung parasit. Namun setiap penolakan selalu berujung pada perusakan sarang burung inang.
Para peneliti mencermati, keseimbangan antara burung inang dan burung parasit tak pernah terbentuk. Sebaliknya, jika burung inang lebih sering meninggalkan telur burung parasit, maka burung parasit akan menjadi lebih agresif, sampai akhirnya burung inang mau menerima telur parasit.
Yang menarik di sini adalah, beberapa spesies burung parasit justru memiliki telur dengan pola dan warna yang sama sekali berbeda dari telur asli milik burung inang.
Para peneliti lalu berteori, hal ini mungkin menguntungkan burung parasit , sehingga mereka bisa bertelur di sarang berbagai jenis burung inang, lalu berlaku seperti mafia pada sejumlah spesies burung inangnya.
Sumber: Jurnal Scientific Reports
Berikut ini beberapa artikel lain terkait burung parasit:
- Burung kedasih, tak secantik namanya
- Penyamaran anak kedasih melalui evolusi sementara
- Burung cuckoo lebih kejam daripada kedasih
- Video unik: Piyik cuckoo pun culas
Semoga bermanfaat dan bisa menambah pengetahuan kita.
Penting: Burung Anda kurang joss dan mudah gembos? Baca dulu yang ini.