Sudah lama Om Dedy Setiawan mencoba beternak burung hwamei, bahkan dijalaninya di dua kota. Awalnya di Surabaya sejak 2012, kemudian pindah ke Balikpapan (2014). Butuh perjuangan luar biasa untuk bisa meraih keberhasilan. Berikut ini kisah sukses Om Dedy beternak hwamei, yang sengaja ditulis dengan gaya bahasa orang pertama (“saya”), semoga bisa menginspirasi kicaumania lainnya.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Saya memulai beternak burung hwamei sejak tahun 2012, ketika masih mukim di Surabaya. Ketika itu hampir semua kicaumania (termasuk penjual burung) di Surabaya mengatakan bahwa hwamei tidak mungkin bisa diternak, karena sudah disuntik dengan zat-zat tertentu sehingga telurnya bakal infertil (tidak subur).
Namun saya tidak percaya begitu saja dengan rumors yang berkembang. Apalagi saya pernah membaca artikel di omkicau.com mengenai anakan hwamei di lereng Gunung Merapi, yang kemudian ditangkap dan diperjualbelikan di Pasar Burung Muntilan.
( lihat juga Hwamei datang lagi: Bakal dibuka kelas tersendiri? )
Menurut saya, hwamei di lereng Merapi itu kemungkinan berasal dari burung piaraan yang terlepas, atau bahkan sengaja dilepasliarkan. Hwamei bukanlah burung lokal Indonesia, tetapi dari Tiongkok, yang didatangkan langsung dari sana maupun melalui Vietnam.
Kalau ada anakan hwamei di lereng Merapi, berarti rumors yang menyebutkan hwamei yang diimpor ke Indonesia sudah disuntik sehingga infertil tidaklah benar. Makanya, saya terus mencoba beternak hwamei.
Memang tidak mudah untuk beternak hwamei. Sebab informasi mengenai breeding hwamei sangat terbatas. Saya sempat bongkar pasang kandang hingga empat kali, masing-masing dua kali setting di Surabaya dan dua kali di Balikpapan.
Awalnya saya memiliki dua ekor hwamei jantan dan lima ekor hwamei betina. Tetapi saat pindah ke Balikpapan, Juni 2014, saya hanya membawa seekor hwamei jantan dan dua ekor betina. Sekarang tingggal seekor jantan dan seekor betina, plus satu ekor anakan yang berumur 1 bulan.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Meski hanya seekor, anakan ini sangat istimewa bagi saya pribadi. Pasalnya, anakan itu merupakan hasil breeding sendiri, sekaligus mengkonfirmasi bahwa hwamei-hwamei yang didatangkan ke Indonesia telah disuntik infertil jelas omong kosong belaka.
Tatkala masih di Surabaya, saya mencoba beternak secara alami, tanpa suplemen breeding apapun. Burung hanya diberi pakan alami saja. Namun semuanya tidak membuahkan hasil.
Kemudian saya mencoba ke dokter hewan. Induk jantan dan betina hwamei yang sedang saya ternak kemudian diberi obat tetes dan suntik hormon. Tujuannya agar hwamei betina bisa bertelur. Namun semuanya juga tidak membawa hasil.
Akhirnya saya pun hijrah ke Balikpapan dalam kondisi belum berhasil beternak hwamei. Muncul rasa putus asa, tapi segera saya pendam. Suatu ketika saya melihat video breeding hwamei di youtube. Semangat untuk berternak hwamei kembali muncul.
Selanjutnya, saya melakukan setting kandang di Balikpapan. Kemudian saya memutuskan membeli produk-produk Om Kicau, khususnya BirdMature (produk khusus breeding), BirdVit, BirdMineral, BirdShout, BirdCream, serta dua produk penunjang burung saat mabung yaitu BirdMolt-Pre dan BirdMolt-Post.
Semua produk itu saya beli dari Om Gusti di Balikpapan, dan sebagian lagi dari Om Endar di Surabaya (keduanya merupakan agen produk Om Kicau).
Saya juga merenovasi tanaman di dalam kandang dengan jenis tanaman rimbun seperti bambu cina, kuncup merah, melati, sawo kecik, pisang-pisangan, dan bambu malaysia. Di dalam kandang ini sengaja saya sediakan dua tempat untuk bersarang, agar pasangan induk bisa memilih mana yang paling nyaman.
Alhamdulillah, penantian panjang itu pun tertuntaskan. Maret 2015, saya menemukan telur pertama di tanah. Begitu saya pindah ke kotak sarang, telur langsung dibuang oleh hwamei jantan.
Sebulan kemudian, April 2015, telur kedua pecah di dasar kandang. Baru pada bulan Juni 2015, saya mengintip sarang dan mendapati piyikan hwamei berumur sekitar 5 hari.
Sabtu (25/7) kemarin, saat saya mengirim artikel ini ke omkicau.com, anakan hwamei sudah berumur 1 bulan dan tumbuh sehat. Anakan kemudian saya panen, dipisahkan dari kedua induknya. Kini tinggal membesarkannya hingga dewasa dan rajin berkicau.
Bukan hanya itu, sekarang sudah ada lagi telur keempat. Karena takut dibuang lagi oleh induk jantan, telur saya tetaskan melalui mesin tetas. Semoga bisa menetas dan tumbuh sehat seperti kakaknya.
Bagi yang ingin curhat soal breeding, silakan kontak saya (Dedy Setiawan) di Balikpapan (0852 4618 9280).
Berikut ini galeri gambar ternak hwamei saya di Balikpapan, semoga dapat menambah semangat bagi kicaumania lain yang berminat menangkarnya.
GALERI GAMBAR BREEDING HWAMEI (KLIK DI SINI)
Catatan Om Kicau:
- Selain Om Dedy Setiawan, ada juga kicaumania di Jakarta yang sukses beternak hwamei, yaitu Om Agus Setiawan.
- Banyak peternak yang sukses beternak burung kicauan berkat kerja kerasnya, dan disokong produk BirdMature, antara lain Om Satoto (GRD BF Balikpapan), SKL Bird Farm (Indramayu), dan lain-lain.
ARTIKEL LAIN MENGENAI HWAMEI:
- Panduan penangkaran burung hwamei
- Dengar dan download suara burung hwamei
- Audio terbaru kicauan hwamei di alam liar dan dalam sangkar
- Download 5 variasi kicauan hwamei untuk masteran
- Hwamei: Riwayatmu dulu, riwayatmu kini
- Membedakan hwamei asal China dan Taiwan
Penting: Burung Anda kurang joss dan mudah gembos? Baca dulu yang ini.
Luar biasa perjuangannya, saya tidak bisa membayangkan saat pertama kali Om Dedy tau telur pertama kali dari indukan tersebut, pasti sangat bahagia sekali ya Om…salut atas perjuangan, kesabaran dan ilmu breedingnya yang mumpuni