Popularitas lovebird, khususnya yang memiliki suara ngekek panjang, kembali melonjak. Banyak kicaumania yang berburu burung ini. Bahkan maraknya kelas lovebird baby di Jabodetabek, Jawa Barat, dan Jawa Tengah membuat beberapa penangkar / breeder kebanjiran order. Mereka pun berlomba-lomba mencetak lovebird belia (umur 4-5) yang siap lomba.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Fenomena kelas lovebird baby terasa menonjol di Jabodetabek. Hampir semua event organizer (EO) membuka 2-3 kelas spesial ini dalam setiap latber / latpres yang digelarnya. Kelas ini juga mulai ramai dalam beberapa gelaran lomba.
Dampaknya ikut dirasakan para breeder lovebird, termasuk Music Bird Farm (BF) Jakarta milik Om Tony Music. Yang menarik, semua anakan lovebird produksi Music BF dirawat langsung oleh induknya sampai umur 45 hari.
“Setelah itu, baru saya masukkan ke kandang besar (koloni) bersama anakan lovebird lainnya, sampai umur empat bulan. Dengan cara seperti itu, burung memang terlihat agak liar dan gesit, tak sejinak jika sejak kecil diloloh manusia,” ungkap Om Tony Music yang juga dikenal sebagai pengorbit lovebird jawara.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Untuk meningkatkan kualitas suaranya, Om Tony melakukan pemasteran sejak lovebird masih anakan. Pemasteran itu dilakukan agar anakan bisa mengikuti dan merespon suara masternya, terutama saat ngekek panjang.
( lihat juga Pemasteran anakan lovebird ala Music BF )
Tak heran jika lovebird belia produksi Music BF menjadi incaran para pemain lapangan. Biasanya lovebird dijual pada umur 3-4 bulan, dan sudah disiapkan atau dikondisikan agar bisa bersaing dalam even latber, latpres, maupun lomba, khususnya di kelas lovebird baby.
Harga lovebird baby ini bervariasi, tergantung warnanya. Sebab Om Tony tidak hanya mencetak lovebird warna hijau standar saja, namun juga lovebird warna eksotik namun memiliki ngekek panjang.
Untuk lovebird baby, warna hijau standar, harga dibanderol mulai Rp 600.000. Adapun lovebird warna eksotik lebih mahal, bahkan bisa mencapai Rp 3,5 juta per ekor untuk umur yang sama.
Kendati harganya relatif lebih tinggi daripada bird farm lainnya, faktanya produk Music BF tetap laris-manis di pasaran. Para pembeli dan pelanggan, terutama dari kalangan pemain, tahu persis bahwa induk yang digunakan merupakan trah juara.
Ya, Om Tony memang memiliki sejumlah lovebird juara yang kemudian dijadikan materi indukan di kandang ternaknya. Beberapa anakannya kemudian kerap menjuarai lomba di Jabodetabek, antara lain Golden Music, Super Music, Green Music, dan lain-lain.
“Sekarang adik-adik Golden Music dan Super Music juga banyak diminati rekan-rekan lovebird mania, terutama pemain lomba. Keduanya merupakan lovebird jenis spangle,” jelas Om Tony.
Mengingat anakan lovebird dibesarkan induknya, tentu produktivitasnya relatif terbatas. Sampai saat ini, Om Tony hanya memiliki 25 pasangan induk yang sebagian besar dipelihara di kandang battery, dan sebagian lainnya di kandang semi-koloni.
“Saya sengaja tak menangkar secara massal, karena harus fokus pada kualitas suara dan warna, terutama jenis pastel hijau, pastel kuning, pastel biru, lutino dan blorok,” jelas Om Tony Music.
Selain karena kualitas genetis indukannya memang bagus, Om Tony juga menduga bahwa faktor perawatan anakan oleh induknya sangat menentukan kualitas anakan, terutama jika nantinya mau dilombakan.
Menurut pengalamannya, banyak manfaat yang didapat dari pembesaran anakan secara alami. Konon, air liur induk mengandung antibodi yang dapat memperkuat kondisi kesehatan anaknya. Tubuh anakan pun terlihat lebih lebih kencang dan langsing.
Setelah besar, kualitas suaranya juga relatif lebih keras dan kasar, serta lebih cepat menirukan suara ngekek panjang induknya. Jika mendengar suara burung lain, dia juga langsung merespons dengan narik ngekek panjang.
Hal ini berbeda dengan anakan lovebird yang sejak kecil diloloh manusia. Burung menjadi jinak dan manca, lebih doyan makan, dan mudah sekali over birahi. (d’one)