Semula hanya ada satu spesies burung kacamata / pleci (keluarga Zosteropidae) yang dimasukkan dalam daftar burung dilindungi di Indonesia, yakni opior jawa atau javan grey-throated white-eye (Heleia javanica). Penetapannya sebagai burung dilindungi itu berdasarkan PP No 7 / Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Saat itu opior jawa ditulis dengan nama ilmiah Lophozosterops javanica. Sekarang para ornitholog dunia bersepakat dengan nama baru Heleia javanica. Tapi ketika burung pleci marak dilombakan, opior jawa tidak termasuk jenis yang dilombakan.
Beberapa spesies burung pleci yang sering dilombakan antara lain kacamata jawa / javan white-eye (Zosterops flavus), mountain white-eye (Zosterops montanus), oriental white-eye (Zosterops palpebrosus), dan black-capped white-eye (Zosterops atricapilla).
Dari beberapa jenis pleci yang sering dilombakan tersebut, kacamata jawa kini dimasukkan dalam daftar burung dilindungi berdasarkan peraturan terbaru: Permen LHK No P.92 / Tahun 2018. Ada dua spesies pleci lainnya yang menghuni list merah, yakni kacamata sangihe / sangihe white-eye (Zosterops nehrkorni) dan kacamata wallacea / yellow-ringed white-eye (Heleia wallacei).
Berikut ini profil singkat empat spesies burung kacamata / pleci yang dilindungi di Indonesia.
1. Opior jawa
Opior jawa / javan grey-throated white-eye (Heleia javanica) merupakan burung endemik di Pulau Jawa. Ciri khasnya antara lain tenggorokannya berwarna abu-abu, lingkar mata tidak lengkap, dan memiliki kekang kuning.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Ada dua subspesies / ras burung opior jawa, yakni ras javanica yang hidup di Jawa Tengah dan ras frontalis yang hidup di Jawa Barat.
Burung opior jawa memiliki banyak nama alias, sesuai dengan daerah masing-masing. Misalnya, ada yang menyebutnya sebagai pleci kapur, pleci pupur, cucak jempol, cucak gentong, menyok, serta piyer.
Opior jawa jantan mampu bersuara ngerol jika dipancing dengan suara panggilan burung betina. Adapun burung betina hanya memiliki nada panggilan (call) mirip suara anak ayam.
2. Kacamata jawa
Burung kacamata jawa / javan white-eye (Zosterops flavus) memiliki wilayah persebaran di Pulau Jawa dan Kalimantan. Panjang tubuhnya hanya 9,5 – 10 cm, dengan warna tubuh dominan kuning.
Tubuh bagian atas kuning zaitun, sedangkan tubuh bagian bawah kuning. Irisnya cokelat, paruh dan kaki kehitaman. Sekilas mirip dengan kacamata laut, tetapi postur kacamata jawa lebih kecil, warna lebih terang, dan tanpa bintik hitam pada kekang.
Di arena lomba, terkadang dibuka kelas pleci dakun (dada kuning). Sebagian pleci dakun termasuk dalam spesies ini, baik dakun maput (mata putih) maupun dakun macok (mata cokelat).
Karena permintaan konsumen yang meningkat, tidak heran kalau populasi burung kacamata jawa di alam liar makin menurun. Sebab pleci yang dijual di pasar / kios burung umumnya merupakan hasil tangkapan hutan. Tentu saja kerusakan hutan serta berkurangnya areal hutan di Kalimantan dan Jawa juga ikut andil terhadap penurunan populasi burung ini.
Karena populasinya di alam liar kian menurun, maka status konservasi kacamata jawa mengalami perubahan. Kalau semula berstatus Hampir Terancam / Near Threatened (NT), kini ditingkatkan menjadi Rentan / Vulnerable (VU).
3. Kacamata sangihe
Nasib burung kacamata sangihe / sangihe white-eye (Zosterops nehrkorni) lebih mengenaskan lagi. Spesies ini paling langka dan terancam punah. Bahkan kacamata sangihe pernah dikabarkan sudah punah, karena para ilmuwan terakhir kali mendengar suaranya pada tahun 1999 di Gunung Sahendaruman dan Gunung Sahengbalira, Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara.
Sesuai namanya, kacamata sangihe merupakan burung endemik Kepulauan Sangihe. Masyarakat setempat menyebutnya burung mata mawiera.
Panjang tubuhnya sekitar 12 cm. Tubuh bagian atas berwarna hijau-zaitun, tunggir kuning-hijau mencolok, dan ekornya hijau kehitaman.Bagian dahinya berwarna hitam, dengan lingkar mata putih lebih lebar daripada pleci umumnya.
Suara kicauannya tidak jauh berbeda dari kacamata dahi hitam, tapi terdengar lebih tipis / halus. Selain itu, irama dan lagu-lagunya terdengar mengalun lebih cepat.
Detail lengkap burung kacamata sangihe bisa dilihat di sini.
4. Kacamata wallacea
Berbeda dari spesies pleci lainnya, burung kacamata wallacea (Zosterops wallacei) tak mempunyai lingkar putih di sekitar mata, melainkan kuning terang. Itu sebabnya, burung ini disebut sebagai yellow-ringed white-eye, meski ada juga yang menyebutnya yellow-spectacled white-eye.
Suara kicauannya juga berbeda dari pleci pada umumnya. Suara pleci wallacea cenderung ngerol dan lantang, tak ubahnya suara burung opior atau jenis warbler.
Kacamata wallacea pernah menjadi topik perbincangan hangat di kalangan plecimania. Pasalnya burung endemik Nusa Tenggara ini pernah dijumpai dalam kandang ombyokan di beberapa pasar burung.
Sebenarnya IUCN menetapkan kacamata wallacea dalam status Risiko Rendah / Least Concern (LC). Namun karena wilayah persebarannya sangat terbatas (Flores, Sumbawa, Komodo, Rinca, Lembata, dan Sumba), populasinya bisa menurun drastis jika tidak dilakukan upaya perlindungan hukum.
Burung kacamata wallacea memiliki panjang tubuh 11 cm. Bagian dahi, muka, serta tenggorokan berwarna kuning. Adapun perut keputihan dan tunggir kuning.
Detail lengkap burung kacamata wallacea bisa dilihat di sini.
Bagaimana dengan pleci auri, buxtoni, dan monty?
Bagaimana dengan pleci auriventer, buxtoni, dan montanus yang juga sering dilombakan, bahkan kerap menempati kelas tersendiri?
Sebenarnya auriventer (sering disingkat menjadi auri) dan buxtoni merupakan subspesies atau ras dari spesies burung kacamata biasa / oriental white-eye (Zosterops palpebrosus). Sedangkan pleci montanus (monty) merupakan spesies tersendiri, dengan nama kacamata gunung alias mountain white-eye (Zosterops montanus).
Meski pleci auri, buxtoni, dan monty saat ini belum termasuk burung dilindungi, para plecimania perlu segera memikirkan upaya penangkarannya. Beberapa kicaumania sudah mampu melakukan hal tersebut, antara lain Om Sugeng, Om Ridho Renan, Om Decky, dan lain-lain.
Kalau tidak segera dilakukan penangkaran, boleh jadi beberapa tahun ke depan makin bertambah spesies burung pleci / kacamata yang dilindungi. (OK-1)