Penguasa kelas lovebird di Jabodetabek dalam dua tahun terakhir ini terus berganti. Jika semula kelas ini pernah didominasi Janda, gaco milik dokter Mulyana, posisinya mulai digeser oleh Mata Dewa milik Ardhy Happard. Kini, giliran lovebird Golden Boy milik Hany Faroko dari Brothers SF yang melejit di wilayah ini. Meski demikian, Janda dan Mata Dewa pun hingga kini tetap berprestasi dengan frekuensi juara yang berbeda-beda.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Dalam Liga Ronggolawe Jabodetabek 2013/2014, juara umum kelas lovebird ditempati Mata Dewa, adapun Golden Boy berada di posisi runner-up. Namun, sekadar ilustrasi, Mata Dewa turun sejak seri pertama hingga seri terakhir (XII) di Bekasi, 26 Januari lalu.
Golden Boy baru turun di beberapa seri terakhir, namun selalu meraih 1-2 gelar juara 1 dan beberapa posisi tiga besar. Tak heran apabila poinnya bertambah begitu cepat, dan langsung berada di urutan kedua pada seri penutup.
Setelah LRJ 2013/2014 berakhir, Golden Boy terus dilombakan. Kalau tidak ada lomba besar, burung tetap diturunkan dalam even sekelas latber maupun latpres. Inilah salah satu kunci kestabilan prestasinya.
Berikut ini empat even besar yang diikuti lovebird Golden Boy selama empat pekan berturut-turut:
- Media BnR Cup di Jakarta, 23 Februari 2014 (sekali juara 1)
- HUT TVRI Jabar di Bandung, 2 Maret 2014 (2 kali juara 1)
- Wali Kota Depok Cup, 9 Maret 2014 (2 kali juara 1)
- Mr Granat Open di Jakarta, 16 Maret 2014 (tiga kali juara 1)
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Delapan kali meraih gelar juara 1 selama 4 pekan berturut-turut jelas membuktikan kestabilan prestasi Golden Boy. Apalagi persaingan lovebird di Jabodetabek dan Jawa Barat sangat ketat, dan sebagian besar kelas selalu full peserta.
Lalu, bagaimana kiat sang pemilik dan mekanik dalam menstabilkan gaconya ini hingga bisa berprestasi terus nyaris tanpa henti?
Seperti diketahui, salah satu kendala yang kerap dialami pemain lovebird adalah tentang birahi burung. Lovebird merupakan salah satu burung yang rentan mengalami over birahi. Akibatnya, burung menjadi nakal, senang turun-naik, main di jeruji, dan perilaku lainnya saat di lapangan.
Untuk menyiasati hal ini, Om Rizal Brouw selaku mekanik Golden Boy rajin membawa burung ini ke arena latber, selain berlomba pada hari Minggu. Jadi, di luar hari lomba (Minggu), lovebird ini selalu turun di arena latber, sehingga dalam seminggu bisa tiga kali turun.
Hari Selasa, Golden Boy biasanya diturunkan di Latber / Latpres HSBF Bekasi. Meski kelasnya latber, even ini selalu dipenuhi pesertanya. Kelas lovebird biasanya diikuti 60 – 70 ekor burung per sesi. Ya, benar-benar tak jauh berbeda dari suasana lomba.
Setelah istirahat sehari, burung kembali diturunkan dalam latber di lokasi berbeda. Om Rizal biasa membawa Golden Boy di Pasar Burung Narogong, Bekasi, setiap Kamis.
“Sengaja kita turunkan di arena latber. Tujuannya bukan semata untuk juara atau mencari hadiah Lebih penting dari itu adalah untuk mengendalikan birahinya,” kata Om Rizal.
Dengan sering dipertemukan lawan-lawannya, seminggu tiga kali, birahi burung relatif lebih stabil. Perilakunya menjadi lebih tenang.
“Ketika burung tampil dalam lomba sesungguhnya, yaitu hari Minggu, kinerjanya bisa lebih maksimal,” tandas Om Rizal.
Melihat prestasi Golden Boy yang nyaris tiada henti, Om Hany Faroko selaku punggawa Brothers SF makin tertantang untuk berburu lovebird prospek lainnya, sebagai pelapis bagi Golden Boy.
“Ya, saya baru ambil lovebird juara dari Solo. Namanya Liontin, untuk melapis Golden Boy, sehingga Brothers SF punya beberapa amunisi yang bisa diandalkan,” kata Om Hany. (d’one)
–