Penangkaran burung murai batu Bowo Bird Farm (BF) di kawasan Citeureup Bogor mengalami perkembangan sangat cepat. Bayangkan! Baru lima bulan beroperasi, Om Saidi selaku pemilik mampu memanen rata-rata 25 ekor anakan murai batu setiap bulan. Jumlah kandangnya pun kini mencapai 44 petak, yang sebagian berisi pasangan induk produksi dan siapan produksi.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Boleh jadi, perkembangan pesat yang dialami Bowo BF Bogor lantaran Om Saidi sebelumnya memang sudah akrab dalam dunia breeding burung. Tujuh tahun lalu, pria asal Kabupaten Pati (Jawa Tengah) ini sudah merintis penangkaran burung cucakrawa.
Semula dia hanya memiliki beberapa unit kandang saja untuk pasangan induk cucakrawa, tetapi kini sudah berkembang menjadi sekitar 40 unit kandang.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
“Setelah berhasil menangkar cucakrawa, saya kemudian melakukan diversifikasi usaha dengan beternak burung jalak bali. Alhamdulillah sekarang sudah ada 15 kandang. Dan, sejak lima bulan terakhir ini, saya juga beternak murai batu karena prospeknya sangat bagus,” jelas Om Saidi.
Kandang cucakrawa dan jalak bali menyatu dengan rumahnya di kawasan Citeureup, Bogor.
44 Petak kandang murai batu di atas lahan 2.000 m2
Khusus untuk murai batu, dia membangun beberapa petak kandang yang terpisah cukup jauh dari kediamannya. Ada 44 petak kandang permanen khusus murai batu, yang dibangun di atas lahan seluas hampir 2.000 meter persegi (m2).
Kandang-kandang permanen ini dibuat dari bahan batako tanpa plester, masing-masing dengan lebar 90 cm, panjang 1,5 meter, dan tinggi 2,5 meter. Lantai kandang cukup dari tanah berlapis pasir. Bagian dalamnya dilengkapi pepohonan sebagai penyejuk.
Semua kandang tertutup rapat, kecuali bagian atas yang sebagian terbuka dan berlapis kawat halus untuk sirkulasi udara. Peranti kandang seperti bak mandi, kotak sarang dari batok kelapa ditempatkan di pojok bagian atas kandang.
“Ada juga kandang khusus untuk induk murai batu yang sedang mabung, yang saya buat dalam ukuran lebih kecil. Biar masa mabungnya lancar, tidak tersendat-sendat,” jelas Om Saidi.
Semua materi indukan sudah diseleksi. Karena yang digunakan sebagai indukan adalah murai batu medan, maka seleksi ditekankan pada ekornya yang panjang, badan besar, dan tentu saja kualitas suaranya.
Induk betina yang digunakan juga berasal dari trah juara, karena sifat-sifat unggulannya bakal diturunkan kepada anakan murai batu berjenis kelamin jantan.
Proses penjodohan calon induk sama seperti yang dilakukan breeder murai batu lainnya. Kedua calon induk disatukan dalam kandang ternak, namun burung jantan dikurung dalam sangkar.
“Setelah beberapa hari saling mengenal, burung jantan dikeluarkan dari sangkar sehingga bisa kontak langsung dengan burung betina. Tetapi pada awal keduanya disatukan, kita harus selalu memantau, sampai mereka tampak benar-benar berjodoh,” tambah Om Saidi.
Jangkrik tanpa batas, diselingi kroto
Agar indukan berproduksi maksimal, Om Saidi memberikan menu jangkrik tanpa batas atau bisa dikatakan sekenyangnya, sambil diselingi dengan kroto.
Biasanya indukan yang sudah berjodoh akan segera merapikan sarang, kemudian kawin. Induk betina bertelur sebanyak 2-3 butir.
Setelah menetas, anakan dibiarkan diasuh oleh induknya hingga melewati umur 7 hari, sebelum akhirnya dipanen dan dipindah ke inkubator. “Sebagian lainnya saya biarkan diasuh sendiri oleh induknya,” kata Om Saidi.
Memasuki umur 2 minggu, anakan murai batu dipasangi ring dengan kode Bowo BF dan Saidi Wong Pati. Ya, dia menggunakan kedua nama ini untuk mengidentifikasi produk breedingnya.
Selanjutnya, anakan dirawat dalam kandang pembesaran hingga menjelang ganti bulu piyikan. Di kandang ini, burung sekaligus sambil menjalani proses pemasteran. Sebab pemasteran sejak trotolan bisa membuat burung makin pintar saat dewasa nanti.
Memasuki umur 1,5 – 2 bulan, anakan sudah bisa dipasarkan. Produk Bowo BF dibanderol rata-rata seharga Rp 2,5 juta / ekor. Jika berasal dari kandang favorit, harga bisa lebih mahal lagi.
Meski baru lima bulan beternak murai baru, produk Bowo BF terbilang laris-manis. Ini tidak lain karena materi induknya pilihan. Pelanggannya umumnya kalangan pemain lomba hingga calon breeder.
Dari tiga jenis burung yang sukses diternaknya, yaitu cucakrawa, jalak bali, dan murai batu, bisa diambil kesimpulan Om Saidi nampaknya tak mengalami kesulitan. Benarkah demikian?
“Kesulitan dan kendala pasti ada. Namun jika kita sabar, ulet, dan pantang menyerah, berbagai kesulitan pasti bisa diatasi. Satu hal lagi, dukungan keluarga sangat penting,” ungkap Om Saidi mengenai kunci sukses beternak burung. (d’one)
Penting: Burung Anda kurang joss dan mudah gembos? Baca dulu yang ini.