Sambungan dari “Penangkaran Anis Merah: Penelitian Kutilang Indonesia (1)“.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Menyediakan makanan
Pemeliharaan kambing dan atau sapi di areal kebun kopi secara langsung akan meningkatkan jumlah cacing tanah yang menjadi makanan utama Anis Merah. Penggunaan kotoran ternak sebagai pupuk akan membuat cacing tidak terkumpul hanya disekitar kandang sehingga jumlah cacing dapat meningkat. Pembersihan atau pemotongan rumput dan menggunakannya sebagai penutup tanah dan pupuk hijau juga akan meningkatkan jumlah cacing.
Maaf menyela, kalau burung Anda kondisi ngoss terus dan pengin jadi joss, gunakan TestoBirdBooster (TBB), produk spesial Om Kicau untuk menjadikan burung ngoss jadi joss...
Penggunaan pupuk kandang dan pupuk hijau akan mendatangkan cacing dari kelompok jenis litter feeder atau cacing pemakan bahan organik. Kelompok jenis cacing yang sering juga disebut sebagai “ecosystem engineer” atau pencipta ekosistem ini paling banyak ditemukan di kebun kopi yang memiliki perindang bawah, perindang atas, dan tanaman pencampur lain (Hairiah, dkk., 2004). Sementara itu penggunaan pupuk buatan, terutama urea (dalam bentuk ammonium sulfat dan sulfur coated urea) secara terus menerus selama 20 tahun dapat menyebabkan pemasaman tanah sehingga populasi cacing tanah akan turun dengan drastis (Ma et al., 1990).
Pencangkulan tanah akan membuat cacing-cacing yang berada di dalam tanah atau kelompok cacing pemakan tanah (geofagus) dapat dengan mudah dimakan oleh Anis Merah. Selain itu, pencangkulan juga dapat meningkatkan kegemburan tanah sehingga pergerakan cacing, terutama dari kelompok jenis pemakan bahan organik, lebih mudah mencari makan di permukaan tanah.
Keberadaan aliran sungai dan genangan air di kebun kopi akan menyediakan cacing dari kelompok jenis pemakan tanah basah (limifagus). Cacing dari kelompok pemakan tanah basah inilah yang sering dimangsa oleh Anis Merah di saat musim kemarau.
Keberadaan cacing tanah memiliki peran yang sangat-sangat penting bagi perkebunan kopi. Banyaknya cacing dalam tanah menunjukkan bahwa tanah dalam keadaan sehat. Cacing tanah berperan dalam menurunkan kepadatan tanah. Perilaku cacing tanah yang selalu membuat lobang dalam tanah membuat kandungan oksigen dan air dalam tanah lebih banyak. Selain memproduksi pupuk organik bagi tanaman, cacing juga mendistribusikan pupuk organik ke daerah perakaran tanaman. Kotoran cacing atau yang biasa disebut casting memiliki kandungan C-organik, N-organik, P, Ca dan Mg tersedia lebih banyak, serta memiliki kandungan unsur-unsur yang beracun seperti Mn dan Al yang lebih sedikit dibandingkan kotoran hewan lain. Casting juga mampu melindungi akar tanaman dari serangan jamur fusarium (subowo, 2002 www.balitbangdasumsel.net/jurnal/Jurnal_ed_02/daftarisijurnal.pdf?id=00002).
Cara termudah untuk meningkatkan jumlah cacing tanah di kebun kopi adalah dengan menutup tanah di kebun dengan pupuk hijau dan pupuk kandang. Selain itu adalah dengan menghindari penggunaan pestisida (racun serangga) dan herbisida (racun pembunuh gulma) dalam pengelolaan kebun kopi. Menjaga keberadaan perindang bawah dan perindang atas, terutama dadap, lamtoro, dan gamal juga akan menjamin keberadaan cacing tanah di kebun kopi. Mempertahankan Dadap sebagai perindang atas mungkin paling baik bagi tanaman kopi, karena guguran daunnya mampu menekan pertumbuhan rumput gulma dan relatif selalu hijau sepanjang tahun (K.Heyne, 1987). Guna menghindari pohon dadap tumbang, perlu dipertimbangkan untuk mengganti tanaman-tanaman yang telah tua dengan tanaman baru.
Berternak cacing akan sangat membantu petani perkebunan kopi dalam meningkatkan hasil panen kopi. Hasil pertama berupa kotoran cacing sangat baik digunakan sebagai pupuk tanaman kopi. Hasil kedua berupa cacing dapat digunakan sebagai makanan tambahan untuk Anis Merah di saat musim berkembangbiak. Beternak cacing juga tidak membutuhkan biaya dan tenaga yang besar, terlebih dibandingkan dengan keuntungan berlipat yang akan didapatkan.
Salah satu peternak cacing di Bali yang telah berhasil adalah Luh Ketut Kartini, seorang dosen di Universitas Udayana-Bali, yang beternak cacing di rumahnya di Jl. Kargo Sari II, Denpasar – Bali. Hasil ternak cacingnya diolah menjadi kapsul untuk obat berbagai penyakit berat, seperti tipes, hepatitis, dan stroke ringan.
Mengurangi jumlah pemangsa dan penganggu
Mengurangi jumlah pemangsa dengan berbagai cara mungkin dapat meningkatkan jumlah anak Anis Merah yang dapat dipanen. Meski demikian, masing-masing predator sebenarnya juga saling memangsa. Misalnya ular kita ketahui juga sering memangsa tikus, pidit, tupai, dan bunglon. Sementara itu, burung hantu dan bulusan juga sering memangsa ular dan tikus. Hal ini membuat pembasmian salah satu jenis pemangsa justru dapat meningkatkan pemangsaan telur dan atau anakan Anis Merah di kebun. Misalnya ketika jumlah tupai di kebun berkurang sementara jumlah ular tidak berkurang, maka ular akan lebih sering memangsa Anis Merah untuk bertahan hidup. Sama halnya ketika kita membasmi ular, pidit, tikus, dan tupai, maka burung hantu akan kekurangan makanan, sehingga akan lebih banyak memburu anak dan atau telur Anis Merah di sarang.
Melihat kemungkinan ini, maka cara yang paling efektif untuk melindungi anakan Anis Merah dari pemangsa adalah dengan menyiapkan tempat-tempat bersarang yang terlindung dari kemungkinan serangan pemangsa. Cara lain adalah dengan membasmi semua jenis pemangsa secara bersamaan. Misalnya jika kita telah membunuh seekor tupai, atau seekor tikus, atau seekor pidit dan atau dua ekor bunglon maka kita juga harus membunuh satu ular dan satu burung hantu dalam rentang waktu yang tidak jauh berbeda.
Beberapa peneliti burung melaporkan bahwa beberapa jenis burung dari keluarga Cuculidae, seperti Kangkok erasia, Bubut jambul, dan Pied cockoo (di India dan Cina) sering mengganti telur Anis Merah dengan telur mereka, sehingga tanpa sadar Anis Merah akan membesarkan anak burung lain. Meski demikian,keluarga burung Cuculidae ini paling sering menitipkan telurnya pada sarang kedhis pagar-pagar atau prenjak, sehingga tetap menjaga keberadaan burung-burung lain di kebun kopi kemungkinan akan dapat menyelamatkan sarang Anis Merah dari kehilangan telur dan anaknya akibat ulah burung-burung dari keluarga Cuculidae ini.
Pemanenan
Sarang Anis Merah kadang dapat ditemukan di pohon yang tidak jauh dari jalan, tempat orang biasa berlalu-lalang dan di dekat rumah. Anis Merah termasuk burung yang sensitif, sehingga jika terlalu sering dilihat saat masih membuat sarang, maka sarang yang sedang dibangun akan ditinggalkan. Pengecekan kondisi telur dan anakan di sarang lebih baik dilakukan dengan menggunakan kaca.
Di awal musim penghujan atau sebelum bulan Desember, pemanenan dapat dilakukan saat anakan masih berumur dibawah 8 hari. Pada pertengahan musim panen atau setelah bulan Desember, umur yang paling aman untuk memanen anakan Anis Merah di sarang adalah pada umur 8 – 9 hari setelah menetas atau pada umur kemukuas (Box 2.Tahapan umur anakan Anis Merah di sarang). Anakan yang dipanen pada umur lebih dari 14 hari juga sering mengalami kematian karena stress. Umur pemanenan yang tepat akan mengurangi resiko kematian dalam perawatan setelah dipanen.
Tingginya tingkat kematian dalam perawatan setelah dipanen dapat menyebabkan kerugian pada pengecer maupun pengepul. Ketika pengecer ataupun pengepul “berhenti” bekerja, maka ada kemungkinan Anis Merah tidak akan dapat menjadi komoditas ekonomi. Oleh karena itu kerjasama yang baik diantara petani, pengecer, dan pengepul adalah kunci keberlanjutan nilai ekonomi Anis Merah.
Box 2.Tahapan umur anakan Anis Merah di sarang
Penyediaan cacing disekitar sarang yang telah dipanen dengan menyangkul tanah, memotong rumput, menabur pupuk kandang, dan secara langsung meletakkan cacing dalam wadah tertentu akan mempercepat induk bersarang kembali disekitar sarang yang telah dipanen. Induk akan bersarang kembali satu sampai dua minggu setelah anaknya dipanen.
Kadang induk akan menggunakan kembali sarang lama yang telah dipanen, terlebih jika saat memanen sarangnya tidak ikut kita ambil. Jika induk membuat sarang baru, maka jarak dengan sarang yang telah dipanen biasanya kurang dari 20 meter bahkan kadang hanya tiga sampai lima meter. Dalam satu musim berkembangbiak atau selama musim hujan masih berlangsung, dari satu pasang induk dapat dipanen sampai empat kali meski umumnya hanya dua kali. Jika dari setiap sarang dapat dipanen 3 anakan, maka dalam satu musim penghujan jumlah maksimal anakan yang dapat dipanen dari satu pasang induk adalah 12 anak. (BERSAMBUNG, silakank lik Penangkaran Anis Merah: Penelitian Kutilang Indonesia (3))
LIST TULISAN PENANGKARAN:
- Kunci sukses penangkaran burung
- Mengenal lebih dekat penangkaran Gould Amadin
- Manajemen sirkulasi kandang penangkaran
- Penangkaran Anis Merah: Penelitian Kutilang Indonesia (3)
- Penangkaran Anis Merah: Penelitian Kutilang Indonesia (2)
- Penangkaran Anis Merah: Penelitian Kutilang Indonesia (1)
- The Amazing: Foto-foto penangkaran alam AM
- Menangkar anis merah
- Kandang penangkaran burung
- Ngobrol asyik di Lintang BF
- Menangkar lovebird di kandang koloni
- Q-A Penangkaran LB (1), Sangkar dan Gangguan
- Q-A Penangkaran LB (2), Gangguan
- Q-A Penangkaran LB (3), lanjutan Gangguan
- Q-A Penangkaran LB (4), Telor Kopyor
- Q-A Penangkaran LB (5), lanjutan Telor Kopyor
- Q-A Penangkaran LB (6), Agar tidak kagetan
- Q-A Penangkaran LB (7), LB tidur bareng
- Q-A Penangkaran LB (8), Perawatan dasar
- Q-A Penangkaran LB (9), Warna tren
- Q-A Penangkaran LB (10), Pindah Kandang
- Q-A Penangkaran LB (11), Pengeraman
- Q-A Penangkaran LB (12), Sesama Jantan Akur
- Q-A Penangkaran LB (13), Beda anakan dan dewasa
- Q-A Penangkaran LB (14), Rangkuman
- Glodok untuk LB